Dalam moment perayaan ini, Aliansi Kebangsaan juga meluncurkan buku terbaru Dr. Yudi Latif berjudul “Apa Jadinya Dunia Tanpa Indonesia?: Epos Sumbangsih Cerlang Nusantara sebagai Pandu Masa Depan” yang diterbitkan oleh Kompas Gramedia.
Ini adalah buku kelima dengan tema Pancasila dan kebangsaan yang telah ia tuliskan selama lebih dari satu dekade.
”Setelah empat buku itu, saya berpikir apa yang belum saya lakukan? Ternyata yang belum adalah Pancasila untuk dunia,” ungkap Yudi yang juga pakar Aliansi Kebangsaan.
Buku ini mengajak kita untuk merenung dan membayangkan jika dunia tanpa Indonesia. Tanpa rempah-rempah yang menggoda lidah peradaban.
Tanpa samudera penghubung tiga benua. Tanpa gaung perubahan yang menggema. Gundah gulana seorang Yudi Latif yang tertuang dalam buku setebal 750 halaman itu.
Buku ini bukan sekadar kumpulan fakta, tapi berusaha menghidupkan kembali 22 simpul penting yang menegaskan arti strategis Indonesia — geografi kosmopolitan, warisan hayati, spirit pembebasan yang menginspirasi dunia.
Gaya bertuturnya yang bernas, Doktor bidang Sosiologi Politik dan Komunikasi dari Australian National University pada 2004, ini menyingkap jati diri bangsa yang kerap terlupakan oleh warganya sendiri. Dan, itu menjadi tamparan keras buat kita sebagai warga negara Indonesia.
Dalam buku ini, Yudi Latif yang pernah menjabat Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP), mengajak kita untuk menumbuhkan kebanggaan kolektif sekaligus refleksi kritis.
Bahwa sejarah panjang Indonesia dengan sejumlah keunggulannya, bisa menjadi pandu bagi masa depan Indonesia dan dunia. Indonesia bukanlah pinggiran sejarah, melainkan nadi dunia!
Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo berharap, karya terbaru Yudi ini dapat membuka cakrawala masyarakat untuk memahami signifikansi kekayaan alam, kemanusiaan, dan peradaban Nusantara bagi dunia.

1 comment
Ada ada saja, masak iya….manusia Indonesia terutama pemimpinnya banyak yang membebek…..