JAKARTA (Pos Sore)—Menteri Perindustrian,M.S Hidayat mengaku resah melihat ketimpangan perbandingan ekspor furnitur kerajinan rotan antara Indonesia dan Vietnam yang begitu tajam.Dari total ekspor mebel dunia mencapai US$124 miliar, Indonesia hanya mampu menyumbang ekspor senilai US1,7 miliar (hanya 1,5 persen/peringkat ke-13).
“Saya sangat resah melihat perkembangan ini.Namun, kita tidak boleh menyerah,lebih baik kita buat target konkret agar produksi dan ekspor terus meningkat.”
Angka ini jauh tertinggal dibanding Vietnam yang menduduki peringkat ke-4 dengan nilai ekspor mecapai US$4 miliar. Padahal dari sisi bahan baku,Indonesia memiliki sumber alam hutan yang berlimpah. Jika dibandingkan dengan Malaysia saja, Indonesia juga jauh tertinggal.Ekspor furnitur Malaysia pada 2013 mencapai US$2,4 miliar (peringkat ke-8) di dunia.
“Saya sangat resah melihat perkembangan ini.Namun, kita tidak boleh menyerah,lebih baik kita buat target konkret agar produksi dan ekspor terus meningkat,”ungkap Hidayat di sela pembukaan pameran International Furnitur Expo (IFEX) 2014,di PRJ,Selasa (11/3).
Dengan begitu,kata Hidayat, target ekspor sebesar US$5 miliar pada 5 tahun mendatang diharapkan bisa tercapai.Kendati pimpinan pemerintahan berganti,katanya, produksi harus terus berjalan dan mendapatkan pasar yang lebih baik.
Menteri Perdagangan, Muhammad Ludfi, yang hadir pada kesempatan itu, menyatakan ada yang salah dalam pengembangan industri berbasis bahan baku alam ini. “Kita berada di wilayah yang sangat kaya dan luas mencapai 6.600 km. Penduduk yang besar diatas 200 juta, nilai ekspor hanya US$1,7 miliar (seperempat Vietnam),1,5 persen dari pasar dunia,berarati ada yang saLah dari sistem kita.”
Mestinya, pengembangan industri,katanya,harus mendekati konsumen dan bahan baku.”Jika kemudian terjadi permasalahan, ini tanggungjawab saya.Walaupun posisi saya hanya sebagai pemain cadangan dalam pemerintahan yang hanya tinggal 8 bulan ini,kita harus terus semangat membenahi ini.”
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI),Sunoto, mengaku optimis bisa mencapai target US$5 miliar dalam 5 tahun mendatang.Posisi yang saat ini diraih,katanya, jangan menjadi kendala dalam mengembangkan sayap di dunia global.
“Kita akan menjalin kemitraan dengan seluruh stakeholder.Mulai dari pelaku industri skala besar,menengah dan kecil,pelaku kerajinan nasional,para disainer,media, organisasi kemasyarakatan dan lainnya.”
Hanya saja, untuk mencapai target di atas, kata dia, perlu dijaga ketersediaan suplai bahan baku dalam jangka pajang, menciptakan disain kreatif dan unggul, promosi dan pemasaran,penetrasi pasar ke luar negeri,regulasi dalam bentuk peremajaan peralatan permesinan,pengurangan pajak,dukungan suku bunga pijama murah dan percepatan pembangunan infrastruktur.”(fitri)