21.6 C
New York
25/04/2025
Aktual

Haryono: Saya Hanya Minta Ditambah Umur 1 Hari Lagi.

JAKARTA (Pos Sore) – Tak ada hingar bingar musik, dan tak ada pesta meriah. Hanya untaian doa bersama yang bergema, potong tumpeng, lalu satu per satu anggota keluarga menyalaminya bercipika-cipiki, dilanjutkan dengan uluran tangan ucapan selamat dari para kerabat.

Itulah suasana sederhana acara peringatan Hari Ulang Tahun ke -76 Prof DR Haryono Suyono, yang digelar di kediamannya, Jl.Pengadegan Barat No.4, Jakarta Selatan.   tepat tanggal 6 Mei pekan ini.  Acara ini hanya dihadiri oleh anggota keluarga, sahabat dan mitra kerja Prof Dr Haryono Suyono.

Sebagaimana diketahui, selain mengetuai Yayasan Damandiri, mantan Kepala BKKBN  dan  Menko Kesra /Taskin di era Presiden Soeharto ini juga memimpin sejumlah lembaga sosial seperti menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Wredatama RI (PWRI), Ketua Umum Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), Ketua Umum Himpunan Pramuka Wreda (Hiprada) dan Ketua Umum Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS). Tak salah jika kemudian, salah satu untaian doa yang sempat bergema adalah permohonan agar Haryono Suyono diberi kesehatan, panjang umur dan terus berkarya memajukan bangsa.

Seraya menyatakan terimakasih atas kedatangan para sahabat dan mitra kerjanya, Haryono  mengatakan, “Saya hanya minta agar umur saya ditambah satu hari lagi, dan besoknya saya akan berdoa yang sama seperti saat ini,” kata Haryono.

Ia menekankan, acara HUT-nya yang ke 76 ini tidak boleh diisi dengan pesta, namun harus dengan lanjutkan kerja. Hal senada juga diungkapkan  Triadi Suparta yang merupakan suami dari anak pertama  Haryono Suyono, Dra Ria  Indriastuti, saat memberikan kata sambutan mewakili keluarga.

Tampak hadir, di antaranya Ketua Dewan Pengawas Yayasan Damandiri Dr Fuad Bawazier, Sekretaris Yayasan Damandiri yang juga sahabat dekat Haryono Dr Subiakto Tjakrawerdaja, Rektor Universitas Trilogi Prof Dr Ir Asep Saepuddin, MSc, Ketua Presidium Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI) Dr Sri Hartati P Pandi, MPH, Rektor Unitas Prof Dr Ir H M Zulman Harja Utama, MAP,  para pengurus dari Yayasan Indra dan DNIKS, serta  dokter-dokter yang tergabung dalam Yastroki.

Tak ketinggalan, para pengelola Posdaya se-DKI Jakarta Selatan di bawah binaan Universitas Pancasila beserta Lurah Lenteng Agung Susan Jasmin Zulkifli.

Sementara itu, Ketua Kwartir Daerah Provinsi DKI Jakarta Prof Dr Hj Sylviana Murni, SH, MSi, usai penandatanganan naskah kerja sama dengan Yayasan Damandiri, mengatakan rasa kagumnya pada Triadi yang juga membidani bagian organisasi dan hukum di Kwartir Daerah DKI Jakarta. “Beliau sangat jeli dan cermat bagaimana menghadapi persoalan di masyarakat,  hingga akhirnya beliau turut ambil peran sebagai pencetus pramuka menjadi ekstra kurikuler di sekolah. Bahwa, pramuka bukan hanya di lingkungan sekolah, tapi juga masyarakat,” kata Sylvi.

Menurutnya, pramuka harus cepat bergerak. Ketika ada tawuran, pramuka solusinya. Ketika isu Jakarta International School merebak, pramuka juga solusinya. “Program pengembangan ini menjadi program prioritas  kami.pramuka yang berkarakter harus mengabdi pada masyarakat, pramuka harus berada di mana-mana dan dicintai masyarakat,” kata Sylviana.

Di sela acara penandatanganan kerja sama (MoU) antara Yayasan Damandiri, Hipprada dan Kwarda DKI Jakarta ini, satu persatu tamu-tamu Prof Dr Haryono Suyono berdatangan hadir. Tampak  Siti Hediati Soeharto, SE yang biasa disapa Mbak Titiek Soeharto dan kini menjadi salah satu calon jadi anggota DPR RI, diikuti Ketua Yayasan Supersemar Soebagyo, SH dan tamu-tamu penting lainnya.“Memang kalau profesor ulang tahun sahabat datang jauh dari mana-mana ingin mengucapkan selamat, agar aura panjang umurnya bisa menyebar. Karena beliau menyumbangkan rumah pribadinya untuk masyarakat,” komentar Sylviana.

Sebagai Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Pariwisata, Sylviana juga tidak melepas kedinasannya untuk menyosialisasikan program pengembangan pramuka berbasis masyarakat di lingkungan kedinasan. “Saya tidak akan lupa, program KB berhasil berkat Prof Dr Haryono Suyono,” tambahnya.

Prof Dr Haryono Suyono yang pada hari itu terlihat bahagia karena dikelilingi orang-orang yang mencintainya mengaku hari ini menjadi hari yang sangat spesial untuknya. “Rasanya seperti 17 tahun. Peristiwa ini luar biasa. Ada deputi Gubernur DKI Jakarta, ada puteri dari pembina saya yang hampir selama32 tahun, yaitu Ibu Siti Hediati Soeharto turut hadir,” kata Haryono

Haryono mengenang masa lalunya. Begitu menjadi doktor dari Universitas Chicago, Amerika Serikat, ia langsung ditugaskan  Presiden Soeharto dan diberi penghargaan Bintang Mahaputra Utama. “Setahun kemudian saya diangkat menjadi Kepala BKKBN. Eselon I golongan IIIC. Berdasar  Keputusan Presiden RI saya ditetapkan jadi notulen dengan golongan 4C. Tapi gaji saya tetap sesuai golong IIIC,” kelakarnya.

Pada zaman Pak Harto, kenang Haryopno, pemerintah tak membuat rumah sakit indah, tapi dokternya ditugaskan dari desa ke desa. “Jadi, ada istilah dokter keliling, bidan masuk desa, Inpres Desa Tertinggal (IDT), Inpres sekolah dasar di desa-desa dan lainnya,” ungkapnya seraya menyayangkan langkah itu saat ini tidak dilanjutkan.

Dalam kesempatan itu, Haryono  menyambut gembira jalinan kerjasama dengan Hipprada dan akan segara ditindaklanjuti dengan program aksi. Memperbaiki pramuka berbasis sekolah tidak bisa dikerjakan dalam waktu singkat. Sekolah Dasar (SD) kekurangan tenaga pelatih kepramukaan. Guru yang punya fungsi sebagai model mendidik, sekarang punya saingan dengan kecanggihan teknologi. Juga kesenjangan orangtua dan murid sangat merosot.

“Guru bisa dikalahkan handphone yang bawa pesan lebih menarik. Solusi guru dengan mudah dapat disaingin “profesor Google” karena memiliki jawaban lebih luas. Oleh karena itu kewibawaan guru sebagai pembina pramuka berbasis sekolah ditantang apakah bisa memberikan ilmu falsafah dan Pancasila yang luhur,” tambah Haryono. (junaedi) 

 

Leave a Comment