BOGOR (possore.id) — Tokoh perempuan Indonesia, Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd, menilai peringatan Hari Kartini yang diperingati setiap 21 April bukan sekadar memperingati sosok perempuan Jawa bernama Raden Ajeng Kartini. Bukan hanya mengingatnya sebagai tokoh emansipasi perempuan.
Menurut Ketua Umum Gerakan Wanita Sejahtera (GWS), Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd, peringatan Hari Kartini juga harus dimaknai sebagai pengingat atas perjuangan panjang dan kontribusi luar biasa perempuan dalam pembangunan bangsa.
Mantan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) periode 2004-2007, itu mengingatkan bahwa Kartini bukan satu-satunya pahlawan perempuan nasional. Dalam catatannya, saat ini Indonesia memiliki total 16 pahlawan nasional perempuan.
Sebanyak 15 lainnya yaitu Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia, Dewi Sartika, Maria Walanda Maramis, Opu Daeng Risaju, Andi Depu, Ratu Kalinyamat, Martha Christina Tiahahu, Nyi Ageng Serang, Rasuna Said, Fatmawati, Roehana Koeddoes, Siti Hartinah, Malahayati, dan Siti Walidah.
Lantas mengapa RA Kartini lebih dikenal luas dan menjadi ikon tokoh emansipasi perempuan? Jawabannya karena ia meninggalkan warisan intelektual yang terdokumentasikan dalam surat-surat harian yang kemudian dibukukan menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Surat-surat tersebut berisi curahan hatinya akan pentingnya emansipasi perempuan, dan perjuangan perempuan untuk mencapai kesetaraan gender. Catatan-catatan ini bahkan disimpan di museum Belanda, menjadi bukti pemikiran Kartini yang melampaui zamannya.