Ketum PBNU, KH Said Aqil Siroj dan Katib ‘Aam PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dalam momen Harlah ke-94 NU pada 2020 di PBNU Jakarta. (Foto: NU Online)
Possore.com – Suasana menjelang Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) yang rencananya digelar Desember 2021, semakin ramai saja. Selain komentar muncul dari pihak luar, komentar dan pendapat dari kalangan intern NU sendiri kini juga semakin terang terangan.
Antaranya, datang dari cucu pendiri NU KH Wahab Chasbullah, Gus Aam alias KH Agus Solachul Aam Wahib Wahab yang terang terangan menyentil Ketua Umum PBNU sekarang, KH Said Aqil Siradj.
Pernyataan Gus Aam disampaikan Refly Harun melalui podcastnya Sabtu tengah malam yang dikutip possore.com Minggu (10/10).
Sebelumnya, kelompok yang menamakan diri Ikatan Gus – Gus Indonesia (IGGI) mengeluarkan sikap, yang menyatakan, sudah saatnya orang orang muda memimpin (PBNU).
Proses kaderisasi organisasi harus berjalan dengan regenerasi kepemimpinan. “Tujuannya agar NU terus maju seiring perkembangan zaman,” kata Dr H Ahmad Fahrur Rozi, Ketua IGGI, Jumat (8/10).
Rozi mengatakan, sudah seharusnya setiap pemimpin menyadari bahwa masa kepemimpinannya terbatas dan diperlukan regenerasi untuk mempersiapkan kader muda. “…m asa dua periode sudah sangat cukup untuk melahirkan pemimpin baru,” lanjut Rozi.
KH Said Aqil Siradj sendiri disebut sebut telah menyatakan kesiapannya kembali maju memimpin NU untuk kali yang ketiga.
Sebelumnya, seorang aktivis muda Faizal Assegaf melontarkan pernyataan, saatnya orang di luar pulau Jawa memimpin PB NU. Ia mengusulkan Hidayat Nur Wahid (HNW) yang juga politisi Partai Keadilan Sejahtera menggantikan Said Aqil.
Melalui cuitan di akun Twitter pribadinya @faizalassegaf, dia mengatakan saat ini banyak figur ulama luar Jawa yang memiliki potensi untuk NU, Misalnya dari Aceh, Papua, Maluku, Makassar, atau NTB..
Kubangan Politik Praktis
Gus Aam menyebutkan, PBNU kini terjebak dengan dinamika poltik praktis dan pragmatis, terseret jauh ke daam kubangan politik praktis yang tidak menentu. Yang jelas-jelas merugikan jamiyah dan mengaburkan orientasi dakwah dan pelayanan terhadap umat sebagai tujuan utama dan penting yang menjadi bagian dari misi NU.
Hal itu diperparah dengan beberapa pernyataan-pernyataan Ketum PBNU KH Said Aqil Siradj yang tidak konsisten. Yang seringkali membibungungkan, mengecewakan dan meruntuhkan marwah dan wibawah jamiah, serta berdampak pada stigma negatif di kalangan masyarakat terhadap institusi NU, yang pada akhirnya menyakiti hati umat Islam, serta berimplikasi terhadap rapuhnya ukhuwah Islamyah.
PBNU juga disebut mengalami disorientasi gerakan, lebih ingin menguasai umat dan bukan melayani umat. Hal demikian tentulah sangat bertentangan dengan nilai nilai khittah NU. Lebih jauh, PB NU disebut terjebak ke dalam arus pragmatism dan materialism.
Gus Aam mengakui, hingga saat ini calon ketua umum PBNU yang bakal maju dan terkuat saat ini, di antaranya Muhaimin Iskandar, Yahya Staquf, dan SAS atau Said Aqil Siradj. Namun menurut Gus Aam, ketiga caketum PBNU ini mempunyai kekuataan dari sisi finansial, dan kekuasaan dan jabatan, Namun ketiganya belum memiliki konsep yang jelas untuk menata NU agar kembali ke khittahnya.
Refly Harun mengungkapkan, pernyataan Gus Aam yang juga Ketum NU Khitah 1926 itu cukup panjang, dan sengaja dikirimkan kepadanya untuk dibacakan pada tayangan video YouTube di kanalnya. (lya)
