JAKARTA (Pos Sore) — PT Merck Tbk (“Merck”) menjalin kemitraan dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang dituangkan dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) tentang program komunikasi, informasi dan edukasi mengenai pertumbuhan anak.
Penandatangan kerja sama ini dilakukan oleh Presiden Direktur PT Merck Tbk, Evie Yulin bersama Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN, Nopian Andusti, S.E.,M.T yang disaksikan oleh Kepala BKKBN, Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) beserta jajaran manajemen kedua belah pihak secara virtual, Kamis, 24 Februari 2022.
Kerjasama ini sebagai upaya mendukung pemerintah dalam percepatan penurunan angka stunting di Indonesia. Stunting sendiri masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang dihadapi anak-anak Indonesia.
Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 memang menunjukkan angka stunting telah turun sebanyak 3,3 persen menjadi 24,4 persen. Bandingkan dengan data 2019 yang angkanya mencapai 27,7 persen. Meski demikian, angka tersebut masih lebih tinggi dibandingkan angka yang dianjurkan WHO yaitu di bawah 20%.
Untuk itu, pencegahan stunting masih menjadi perhatian serius pemerintah agar upaya mempersiapkan Generasi Emas Indonesia pada 2045 tidak terhambat.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. (H.C) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) menyadari, pertumbuhan dan perkembangan menjadi salah satu aspek penting bagi kesehatan anak.
Untuk itu, berbagai permasalahan kesehatan yang masih dihadapi anak Indonesia, termasuk stunting harus segera diatasi. BKKBN sendiri telah ditunjuk Presiden Republik Indonesia sebagai pelaksana upaya percepatan penurunan stunting nasional hingga 2024.
“Kami siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan upaya tersebut,” tegas Kepala BKKBN.
Melalui program Indonesia Cegah Stunting, BKKBN telah mengerahkan dukungan ribuan tenaga Penyuluh & Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PKB/PLKB).
BKKBN juga menyebarkan para kader yang di seluruh Indonesia untuk mengedukasi mengenai pentingnya pemantauan tumbuh kembang anak dan penegakkan deteksi dini stunting.
“Kami sangat mengapresiasi upaya Merck dalam memaksimalkan program Indonesia Cegah Stunting ini. Kami berharap melalui kolaborasi ini pencegahan stunting hingga 14% pada tahun 2024 dapat terwujud secara optimal,” ujarnya.
Stunting sangat mengganggu perkembangan anak
Dokter spesialis anak konsultan endokrinologi anak, Prof. dr. Madarina Julia, MPH., Ph.D, Sp.A(K) mengatakan, perawakan pendek adalah salah satu keluhan gangguan pertumbuhan yang sering menjadi alasan seorang anak untuk dibawa ke dokter spesialis anak.
“Orang tua cemas, mengira anaknya menderita stunting. Tidak banyak yang menjelaskan bahwa stunting hanyalah salah satu dari berbagai penyebab perawakan pendek,” jelasnya.
Mengutif WHO, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang mengalami asupan nutrisi yang buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat.
“Kita perlu takut kepada stunting karena beberapa penelitian di beberapa negara menunjukkan stunting adalah suatu kondisi yang akan sangat mengganggu perkembangan anak, terutama perkembangan kognisi,” tegasnya.
UNICEF menegaskan stunting akan membuat seseorang mempunyai prestasi pendidikan yang lebih buruk, lebih cenderung putus sekolah atau tidak mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maupun penghasilan/ pendapatan yang lebih rendah sebagai seorang dewasa.
Karena berkaitan dengan asupan nutrisi yang buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat, anak stunting tentu mempunyai riwayat gizi dan riwayat kesehatan yang kurang baik.
Anak stunting juga sangat mungkin mengalami gangguan perkembangan. Untuk mendiagnosis stunting, selain tinggi badan yang pendek, anak stunting juga kurus dan mempunyai masalah perkembangan.
Untuk dapat mendeteksi dini masalah ini, selain harus dipantau panjang atau tinggi badannya, setiap anak juga harus rutin ditimbang berat badannya, diukur lingkar kepalanya dan dinilai perkembangannya.
Ia menegaskan, stunting harus dapat dideteksi dan mendapatkan penanganan dini sehingga perkembangan otak pada 1000 hari pertama kehidupan tidak terganggu.
Namun, kesalahan penanganan stunting, seperti memberikan tambahan susu atau makanan tinggi kalori kepada anak yang tidak memerlukan, bisa sangat merugikan. Anak akan menjadi individu obes yang berisiko mengalami diabetes mellitus dan berbagai penyakit tidak menular di kemudian hari.
“Upaya pemantauan tumbuh kembang anak secara berkala penting untuk diterapkan oleh semua orang tua,” tegasnya.
Kemajuan teknologi telah memungkinkan orang tua untuk bisa memantau tumbuh kembang anak melalui aplikasi tumbuh kembang.
“Deteksi dini stunting maupun perawakan pendek lainnya sangat penting. Dengan penanganan yang cepat dan tepat, tumbuh kembang anak dapat kembali optimal,” tambah Prof. Madarina.
Komitmen Merck cegah stunting
Presiden Direktur PT Merck Tbk, Evie Yulin mengatakan, sebagai perusahaan sains dan teknologi terkemuka, Merck berkomitmen untuk ikut serta dalam meningkatkan kualitas kesehatan anak Indonesia. Juga mendukung upaya pemerintah dalam percepatan penurunan angka stunting.
Sebagai salah satu program Public Private Partnership, Merck bekerjasama dengan BKKBN untuk mengedukasi para Kader Bina Keluarga Balita (BKB), tenaga kesehatan, serta masyarakat khususnya orang tua mengenai deteksi dini stunting.
Selain itu, mengedukasi perbedaannya dengan gangguan pertumbuhan pada anak yang menjadi salah satu keahlian Merck, yaitu menangani defisiensi hormon pertumbuhan pada anak.
Merck memahami minimnya informasi terkait penyakit ini menjadi kebutuhan bagi masyarakat khususnya orangtua yang membutuhkan.
Pihaknya berharap melalui rangkaian program edukasi ini, para tenaga kesehatan, kader dan orang tua dapat lebih memahami tentang pentingnya pemantauan tumbuh kembang anak.
Dengan cara ini dapat mencegah terjadinya stunting, juga dapat lebih memahami dan mendeteksi gejala growth hormone deficiency (GHD) sedini mungkin sehingga dapat menentukan pengobatan ataupun terapi yang sesuai.
Merck Indonesia bersama BKKBN mengadakan rangkaian program edukasi secara berkesinambungan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait masalah gangguan pertumbuhan pada anak.
Selain itu, melalui pengenalan Kartu Kembang Anak (KKA) Online dalam bentuk aplikasi dari BKKBN, masyarakat diharapkan juga dapat lebih memperhatikan siklus tumbuh kembang anak agar tidak terjadi miskonsepsi perihal stunting dengan perawakan pendek.
Pihaknya berharap melalui kolaborasi dengan BKKBN, angka stunting di Indonesia dapat semakin menurun. Masyarakat juga dapat memahami perbedaan stunting dengan perawakan pendek.
“Serta melakukan pemantauan maupun pemeriksaan berkala tumbuh kembang anak dan berkonsultasi langsung dengan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan terdekat,” tutup Evie Yulin.