12.9 C
New York
23/05/2025
Aktual

Dua Pebasket Serukan FIBA Cabut Larangan Jilbab

WASHINGTON (Pos Sore) — Dua atlet Muslimah meminta Federasi Bola Basket Internasional FIBA untuk mencabut larangan berjilbab selama pertandingan. 

Permintaan serupa juga berlaku untuk pencabutan larangan memakai ikat kepala bagi pemain beragama Sikh.

“Bola basket menjadi bagian integral dalam hidup saya dan saya berdoa hal itu akan tetap berlanjut pada tahun-tahun mendatang lagi. Sayangnya aturan diskriminatif FIBA yang melarang pemain menutup kepala selama bertanding justru membuat saya dan juga banyak orang lain di seluruh dunia seperti Bilqis tak bisa mengejar keinginan kami, ” ujar Indira Kaljo, seorang pebasket Muslim dalam suratnya kepada FIBA.

Berdasarkan aturan FIBA, jilbab dilarang dipakai selama pertandingan. Alasannya agar pertandingan tetap terlihat netral tanpa adanya kecondongan agama tertentu.

Namun larangan ini mengandaskan harapan para pemain Muslim perempuan yang dilarang ikut bertanding pada pertandingan luar negeri.

“Berdasarkan aturan FIBA, jilbab dilarang dipakai selama pertandingan. Alasannya agar pertandingan tetap terlihat netral tanpa adanya kecondongan agama tertentu.”

“Memakai jilbab selama olahraga tidak membahayakan pemain yang memakainya atau para pemain lain. Malah hal itu memberi keselamatan karena rambut tertutup dan tidak terurai atau bergerak kemana-mana sehingga dapat mengganggu,” papar Bilqis Abdul-Qaadir kepada FIBA.

“Saya bisa buktikan bahwa saya tidak pernah mengalami cedera lantaran rambut tertutup. Malah hal itu menyelamatkan saya dari kemungkinan terkena gegar otak” tambahnya.

Dukungan CAIR
Kasus yang dialami para pemain Muslim muda ini mendapat dukungan dari kelompok Dewan Hubungan Amerika-Islam CAIR. Grup advokasi Muslim terkemuka di Amerika ini menyebutkan menyerukan pembolehan pemakaian jilbab selama pertandingan bola basket.

“Tanpa perubahan kebijakan diskriminasi ini, wanita Muslim dan pemain laki-laki Sikh akan terus dihambat untuk bertanding bila tetap mematuhi ajaran agama mereka. FIBA harus memperluas akses internasional untuk keuntungan bola basket dengan mencabut larangan menjadi menutup kepala mengikuti ajaran agama,” jelas Direktur Komunikasi Nasional CAIR Ibrahim Hooper.

Permintaan senada untuk membolehkan pemakaian ikat kepala sesuai anjuran agama Sikh dalam pertandingan bola basket juga disuarakan dua politisi Amerika. Mereka menyerukan agar para pemain Sikh boleh memakai ikat kepala.

“Permintaan senada untuk membolehkan pemakaian ikat kepala sesuai anjuran agama Sikh dalam pertandingan bola basket juga disuarakan dua politisi Amerika.”

Tuntutan itu muncul setelah dua pemain Sikh, Amritpal Singh dan Amjyot Singh diminta untuk melepaskan ikat kepala atau turban dalam turnamen FIBA Asia Cup bulan lalu di Tiongkok.

FIBA berkilah para pemain tidak boleh memakai pakaian yang dapat membahayakan pemain lain.

Namun dua politisi Amerika itu menilai tidak ada bukti yang menunjukkan sebuah ikat kepala dapat membahayakan selama pertandingan bola basket. Mereka juga menyebutkan badan sepakbola dunia FIFA justru mengizinkan pemain untuk memakai ikat kepala.

“Dewan Asosiasi Sepakbola Internasional FIFA mengizinkan pemakaian jilbab bagi Muslimah dan ikat kepala bagi pemain Sikh pada Maret lalu.”

Mei lalu, seorang mahasiswa Muslim dari New York memenangkan hak untuk ikut dalam pertandingan gulat sekalipun memelihara jenggot. Kebijakan itu membatalkan larangan sebelumnya yang membuatnya tak dapat mengikuti kompetisi turnamen satu musim penuh.

Sementara Dewan Asosiasi Sepakbola Internasional FIFA mengizinkan pemakaian jilbab bagi Muslimah dan ikat kepala bagi pemain Sikh pada Maret lalu.

Pada Juni 2011, seorang Muslimah dari Atlanta diperbolehkan untuk mengikuti pertandingan angkat besi internasional sekalipun berjilbab. Hal itu terjadi setelah badan yang mengatur olahraga angkat besi dunia memodifikasi aturannya guna mengakomodasi kepercayaan atlet Muslim. (onislam/meidia)

Leave a Comment