JAKARTA (Pos Sore) — Deputi Dirjen Badan Atom Internasional (IAEA), Alexander Bychkov, berkunjung ke Indonesia pada 20-22 Agustus 2014 untuk bertemu dengan berbagai stakeholder terkait. Kunjungan ini terkait kesiapan infrastruktur pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Djarot Sulistio Wisnubroto, mengungkapkan, pada 2009, Indonesia secara komprehensif telah melakukan swa-evaluasi tentang kesiapan infrastruktur pembangunan PLTN fase 1. Evaluasi ini mengacu pada panduan IAEA tentang status pengembangan infrastruktur PLTN secara nasional yang terdiri dari 19 aspek.
“Tahapan kesiapan infrastruktur sudah dievaluasi IAEA melalui Integrated Nuclear Infrastructure Review Mission (INIR) yang menetapkan Indonesia sudah berhasil menyelesaikan fase 1 dan memungkinkan untuk dapat melangkah ke fase 2, yakni persiapan pelaksanaan kontruksi,” kata Djarot.
Infrastruktur tapak PLTN yang sudah siap dan dinyatakan layak berdasarkan hasil studi kelayakan, adalah tapak Semenanjung Muria, Jawa Tengah, dan tapak di Pulau Bangka, Bangka Belitung. Batan juga telah melakukan studi awal untuk mendapatkan tapak potensiaL di Provensi Banten dan Kalimantan Barat.
Kebijakan Energi Nasional (KEN) sendiri menyebut energi nuklir akan dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik pada 2015-2019 dengan mempertimbangkan faktor keselamatan yang ketat. Batan juga telah mempertimbangkan untuk membangun dan mengoperasikan reaktor daya eksperimental atau reaktor daya non komersial.
Djarot menegaskan, meski PLTN sebagai alternatif terakhir pengganti sumber energi, bukan berarti harus menunggu cadangan minyak dan energi di Indonesia, habis. Kalau ini patokannya, jelas Indonesia akan sangat terlambat. “Kami menantikan Presiden baru untuk melanjutkan proyek pembangunan PLTN di Serpong, Tangerang Selatan, Jawa Barat. “Proposal dan ‘blue print’ sudah kami bikin. Teknologi itu aman. Tinggal mau tidak memulainya,” ujarnya.
Alexander Bychkov, mengatakan, kesiapan infrastruktur diperlukan untuk mendukung implementasi PLTN yang meliputi cakupan luas, baik dari aspek infrastruktur lunak maupun infrastruktur keras. “Kami memberikan pelatihan melalui para ekspert yang kompeten. IAEA akan memberikan dukungan teknis maupun bantuan peralatan kepada Pemerintah Indonesia,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Alexander juga berkesempatan menemui Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta, serta stakeholder lainnya. (tety)