YOGYAKARTA , PosSore — Tidak pernah terbayangkan oleh Agung Setiawan, seorang pria asal Bantul, Yogyakarta, bahwa dirinya akan menjadi pengusaha yang produknya menembus pasar ekspor internasional. Awalnya, Agung hanya seorang tukang parkir di Pasar Klitikan Niten, Bantul, dengan penghasilan rata-ratanya Rp 30 ribu per hari.
Kisah perubahan hidup Agung dimulai dari sebuah pertemuan yang tak terduga. Suatu hari, ia membantu seorang wisatawan asal Belanda yang tersesat dan mengalami kerusakan sepeda. Setelah membantu memperbaiki sepeda, Agung berkenalan dengan wisatawan tersebut. Ketika ditanya tentang pekerjaannya, Agung menjawab dengan jujur bahwa ia hanya seorang tukang parkir, meskipun sebenarnya ia adalah seorang sarjana ekonomi.
Tersentuh oleh ketulusan Agung yang menolak uang pemberiannya, wisatawan itu merekomendasikan Agung kepada temannya yang seorang pengusaha di bidang ekspor-impor di Belanda. Ia memberikan nomor telepon temannya dan menyarankan Agung untuk menghubunginya. Inilah awal mula perubahan besar dalam hidup Agung.
Sebelum terjun ke bisnis limbah kayu jati, Agung pernah mencoba berbagai usaha, termasuk di bidang properti dan penjualan pakaian, namun semuanya berujung pada kebangkrutan. Akhirnya, ia harus menerima pekerjaan sebagai tukang parkir untuk menghidupi keluarganya.
Dengan semangat dan kerja keras, Agung mendirikan CV Woodeco Indonesia pada 2 Mei 2017. Perusahaan ini memproduksi wall panel dari limbah kayu jati yang sudah tidak digunakan lagi oleh industri furnitur. Produk-produk olahan kayu jati dari CV Woodeco Indonesia ternyata mendapat sambutan positif di pasar internasional dan berhasil diekspor ke berbagai negara seperti Belanda, Jerman, Jepang, Amerika, dan Australia dengan brand “TEAK BARK”.
Agung, yang dikenal menyukai warna merah, berbagi tentang pencapaian bisnisnya yang sangat menggembirakan. Ia menjelaskan bahwa dari kegiatan ekspor produk olahan kayu jati yang dikelola oleh perusahaannya, CV Woodeco Indonesia, ia berhasil meraup keuntungan hingga mencapai 600 juta rupiah per tahun.
Keberhasilan ini merupakan buah dari kerja keras dan dedikasi Agung dalam mengembangkan usahanya. Melalui inovasi dan kualitas produk yang dihasilkan, CV Woodeco Indonesia mendapatkan sambutan hangat dari pasar internasional, yang berkontribusi signifikan pada pendapatan tahunan perusahaan.
Sebagai Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Hubungan Antar Lembaga di DPD HIMKI (Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia) Yogyakarta selama dua periode, Agung juga aktif dalam berbagai organisasi bisnis. Ia selalu menekankan pentingnya semangat juang, kejujuran, dan berbagi ilmu kepada sesama pelaku usaha.
“Saya merasa beruntung dan bersyukur bisa bergabung di HIMKI. Di sini saya mendapat bimbingan dari para mentor tentang cara berbisnis yang baik dan benar, termasuk cara ekspor produk ke luar negeri,” tutur Agung salam percakapan dengan PosSore Jumat (2/8).
Kini, Agung tidak hanya sukses dalam bisnisnya, tetapi juga aktif sebagai mentor ekspor di wilayah Yogyakarta, membantu para pelaku usaha UMKM untuk sukses di pasar internasional. Prestasi dan dedikasinya membuat Agung layak mendapatkan berbagai penghargaan, seperti Best of Innovating Jogja 2020, Best of Indonesian Success Supplier Alibaba 2021, dan Best of UKM Go Global Pertamina 2022.
“Dalam menjalankan bisnis, modal utama adalah semangat juang dan pantang menyerah. Seorang pengusaha harus jujur, tidak curang, dan siap berbagi ilmu serta pengalaman dengan orang lain,” pesan Agung kepada para pelaku bisnis.
Pria yang biasa disapa dengan Aguy itu memiliki filosfi ‘’Eksportir Mesraaah’’ dalam menjalani hidup dengan ikhlas dan tampa pamrih terus berjuang dengan semangat untuk menjemput kehidupan yang lebih baik.
Filosofi hidup “Eksportir Mesraaah” yang dipegang teguh oleh Agung Setiawan, atau Aguy, mencerminkan semangat hidupnya yang penuh ketulusan dan tanpa pamrih. Mesraaah, dalam bahasa Jawa, berarti ramah atau hangat, dan filosofi ini menggarisbawahi pentingnya menjalani kehidupan dengan hati yang ikhlas, terbuka, dan selalu siap membantu sesama. Aguy percaya bahwa kesuksesan sejati tidak hanya diukur dari pencapaian materi, tetapi juga dari bagaimana kita memperlakukan orang lain dengan kebaikan dan kejujuran.
Dengan filosofi ini, Aguy selalu berusaha menjalani setiap hari dengan semangat dan keikhlasan, tanpa mengharapkan imbalan atas setiap bantuan yang diberikan. Ketika menolong wisatawan asal Belanda yang tersesat, Aguy tidak pernah berpikir tentang apa yang akan dia dapatkan sebagai balasan. Tindakannya yang tulus justru membuka jalan baginya untuk memasuki dunia bisnis ekspor yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.
Filosofi “Eksportir Mesraaah” ini mengajarkan bahwa tindakan baik yang dilakukan dengan hati yang tulus akan selalu membawa kebaikan kembali kepada kita, meskipun mungkin tidak secara langsung.
Selain itu, filosofi ini juga mencerminkan komitmen Agung alias Aguy untuk terus belajar dan berkembang. Dalam perjalanannya, dia tidak pernah ragu untuk mengambil kesempatan belajar dari berbagai pelatihan dan mentor yang dia temui. Semangat untuk terus belajar ini bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk membagikan ilmu dan pengalaman kepada sesama pelaku usaha yang membutuhkan. Aguy selalu percaya bahwa dengan saling berbagi dan membantu, komunitas bisnis akan semakin kuat dan maju bersama.
Pada akhirnya, “Eksportir Mesraaah” adalah tentang menjalani kehidupan dan bisnis dengan integritas dan kepedulian terhadap sesama. Aguy menunjukkan bahwa sikap ramah, jujur, dan ikhlas dalam setiap tindakan tidak hanya akan membawa kesuksesan pribadi tetapi juga dapat menginspirasi dan memberdayakan orang lain. Filosofi ini menjadi fondasi kuat bagi perjalanan hidup dan karier Aguy, menjadikannya sosok yang dihormati dan dicintai di komunitasnya.
Dengan perjalanan hidupnya yang inspiratif, Agung Setiawan membuktikan bahwa ketulusan dan kerja keras dapat mengubah nasib seseorang dari tukang parkir menjadi eksportir sukses. (aryo)