POSSORE.ID, Shanghai — Shanghai awal September 2025 terasa hidup. Gedung-gedung pencakar langit yang biasa menjadi simbol kota metropolitan itu seakan semakin berkilau ketika ribuan pelaku industri furnitur, desainer, hingga penyedia teknologi manufaktur dari berbagai penjuru dunia tumpah ruah di sana.
Selama empat hari, 9–12 September, Shanghai menjelma menjadi panggung global lewat dua hajatan besar: China International Furniture Fair (CIFF) Shanghai dan China International Furniture Machinery & Woodworking Machinery Fair (WMF) 2025.

Suasana di National Exhibition and Convention Center (NECC) benar-benar memikat. Di satu sisi, CIFF memamerkan ragam furnitur mutakhir—dari desain inovatif, material ramah lingkungan, hingga konsep hunian modern yang menekankan gaya hidup hijau. Di sisi lain, WMF tampil mengusung tema “Tech-Driven Mastery, Connecting Globally”, memperlihatkan teknologi terkini mulai dari mesin CNC, sistem otomatisasi, smart manufacturing, sampai solusi berkelanjutan yang menjadi kunci masa depan industri.
Tidak berhenti di pameran, seminar teknis, forum diskusi, dan program business matching juga menegaskan Shanghai sebagai episentrum industri furnitur dan teknologi woodworking dunia. Bagi pelaku industri, pengalaman ini bukan sekadar menonton, melainkan belajar, menyerap inspirasi, dan membayangkan masa depan.
Salah satu yang hadir dan menyimak dengan saksama adalah Heru Prasetyo, Wakil Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Bidang Organisasi dan Hubungan Antar Lembaga. Ia menilai, apa yang dipertontonkan di Shanghai bukan sekadar pameran, melainkan contoh nyata bagaimana dua sektor—furnitur dan mesin pendukung—bisa berpadu.
“Kombinasi CIFF dan WMF menunjukkan bagaimana pameran furnitur dan mesin pendukung bisa saling melengkapi. Dari desain hingga teknologi produksi, keduanya memberikan gambaran jelas tentang arah masa depan industri global. HIMKI ingin menjadikan IFEX dan IndoWood Expo sebagai ajang yang menghadirkan kekuatan serupa,” ujar Heru.
Heru percaya, IFEX (Indonesia International Furniture Expo) yang sudah lama dikenal sebagai salah satu pameran terbesar di Asia Tenggara punya peluang besar untuk melompat lebih tinggi. Dengan membawa tren desain global sekaligus memperluas jaringan buyer internasional, IFEX dapat menjadi magnet lebih kuat. Sementara IndoWood Expo bisa berkembang sebagai platform teknologi, mesin, dan material pendukung yang menyatu dengan kebutuhan industri furnitur.
Lompatan Baru Menuju Ajang Kelas Dunia
HIMKI ingin menjadikan kedua pameran ini bukan sekadar etalase produk, tetapi juga pusat edukasi, inovasi, dan kolaborasi internasional. “Kami ingin IFEX dan IndoWood Expo tidak hanya menjadi etalase produk, tetapi juga pusat edukasi, inovasi, dan kolaborasi internasional,” tegas Heru.
Optimisme itu berpijak pada apa yang ia saksikan di Shanghai. CIFF sukses menampilkan tren desain sesuai gaya hidup konsumen global, sementara WMF membuktikan bahwa teknologi adalah motor utama industri. Keduanya menjadi referensi berharga bagi Indonesia untuk melangkah lebih jauh.
Tidak berlebihan jika HIMKI menargetkan IFEX dan IndoWood Expo menjadi ajang terpadu yang mempertemukan produsen furnitur, pelaku industri mesin, desainer, hingga buyer global dalam satu platform. Apalagi, dua pameran ini digelar dengan kolaborasi kuat: IFEX oleh HIMKI bersama Dyandra Promosindo, sedangkan IndoWood Expo hasil kerja sama HIMKI, Dyandra Promosindo, dan Pablo Publishing & Exhibition.
“IFEX dan IndoWood Expo adalah momentum kita bersama untuk memperkenalkan keunggulan Indonesia ke mata dunia. Dengan terus belajar dari ajang internasional, kami percaya keduanya akan menjadi magnet penting bagi industri global,” tutup Heru penuh keyakinan. (aryodewo)