05/11/2025
AktualEkonomi

Dari Bali ke BSD City: Semangat Tak Padam Pengrajin Bali di Tengah Badai Global

NUSA DUA BALI – Di balik gemericik kolam resort Nusa Dua, puluhan pengrajin Bali menyulut api optimisme. Dalam Roadshow IFEX 2026 yang digelar di Hotel Santika Premiere Siligita (3/6), DPD Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Bali menyatakan keyakinannya: produk lokal takkan tenggelam meski diterjang gelombang yang melanda global.

“Di situasi sulit ini, kita masih bisa berkumpul dan melangkah bersama,” ujar Ketua DPD HIMKI Bali Hani Duarsa dengan mata berbinar. Acara yang melibatkan 70 pelaku usaha, pemerintah, hingga kontraktor pameran ini menjadi ruang afirmasi bagi industri kecil-menengah yang menjadi tulang punggung sektor mebel Bali.

Roadshow IFEX 2026 digelar di Hotel Santika Premiere Siligita (3/6) Nusa Dua Bali

Hani Duarsa mengatakan kepindahan IFEX 2026 ke ICE BSD City sebagai simbol kemajuan: “Tempat baru yang lebih luas ini wujud komitmen kami menampilkan desain terbaik dengan kualitas internasional.” Keyakinan ini bukan tanpa dasar. Warisan budaya Bali yang melekat pada setiap ukiran kayu, anyaman rotan, dan tekstil tradisional telah memberi DNA unik bagi produknya.

“Lihat detail artistik ini,” katanya seolah menunjuk produk imajiner, “Bahan alami ramah lingkungan, sentuhan buatan tangan turun-temurun – inilah yang membuat furnitur Bali bersaing global.” Di tengah lesunya pasar, IFEX 2026 disebutnya momentum pembuktian: “Produk lokal Bali bisa unggul di ajang internasional.”

Ia menambahkan bahwa penyelenggaraan roadshow ini merupakan bagian dari langkah bersama dalam menjawab tantangan geopolitik dan merusak perekonomian dunia yang berdampak pada sektor usaha. “Sebagai wadah bagi para pelaku industri kecil dan menengah, HIMKI Bali terus mendorong anggotanya untuk tetap semangat, tidak menyerah, dan bangkit bersama.”

“Kami, DPD HIMKI Bali menyambut baik acara Roadshow IFEX 2026 dengan tempat yang baru dan lebih luas di ICE BSD City, sebagai upaya kelanjutan kami untuk menampilkan desain-desain terbaik dengan kualitas yang baik pula di ajang pameran bertaraf internasional serta memperluas pasar,” tegasnya.

Badai di Balik Senyum

Optimisme itu dibayangi ancaman riil. Marthunus Fahrizal dari Bidang Hubungan Internasional DPP HIMKI memaparkan badai di depan mata: potensi kenaikan tarif impor AS hingga 53% melalui Pasal 232. “Kita tak bisa bergantung pada satu pasar!” tegasnya.

Strategi penyelamatan pun segera dikerahkan: mulai dari diversifikasi pasar, ekspansi ke Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika melalui misi dagang di Kazakhstan hingga Kenya juga transformasi digital dengan pemanfaatan platform B2B seperti archiproducts, hingga penyederhanaan regulasi dengan mendorong revisi kebijakan SVLK yang memuat UMKM. “Kami mendukung keberlanjutan, tapi administrasi justru rumit termasuk UKM,” ujar Fahrizal.

Sementara itu PT Dyandra Promosindo sebagai penyelenggara memperkuat jaringannya. “Kami tingkatkan kolaborasi dengan Atase Perdagangan dan ITPC di berbagai negara,” jelas Direktur Addy Damarwulan Gunadi. Fasilitas seperti Free Shuttle Bus dan Hosted Buyers Program akan dipertahankan di ICE BSD nanti.

Dengan langkah-langkah yang telah dirancang secara matang, HIMKI dan seluruh mitra industri meyakini bahwa IFEX 2026 akan menjadi titik balik penting dalam peningkatan daya saing industri furnitur dan kerajinan dalam menjawab tantangan dan peluang global.

Saat matahari terbenam di Nusa Dua, Hani Duarsa pun menutup acara dengan pesan hangat: “Kebersamaan dan kolaborasi itu indah. We love you full!” – semboyan yang menjadi pengingat: di tengah badai geopolitik, solidaritas pengrajin Bali tetap menyala-nyala. (aryodewo)

Leave a Comment