JAKARTA (Pos Sore) — Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta, mengungkapkan, dana untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang ada di Indonesia masih sangat kecil. Hal ini berimbas pada masih rendahnya persentase investasi penelitian dan pengembangan (Litbang) di Indonesia.
Gusti menandaskan, pembangunan Iptek memerlukan investasi untuk bisa penelitian dan pengembangan. Manfaatnya luar biasa, tapi ada kendala dana Iptek kita masih kecil sehingga dana untuk Iptek itu harus ditingkatkan.
“Dana penelitian kita sangat kecil. Ada yang bilang 0,09% dari PDB, ada yang bilang 0,1% dari PDB. Kementerian Ristek dengan 7 LPMK itu Rp3,6 triliun-Rp 3,9 triliun. Jika digabungkan dengan kementerian lain yang punya Litbang itu hanya 10 triliun, padahal APBN kita sudah Rp 1.700 triliun, kalau 1% saja sudah Rp 17 triliun. Itu baru dibandingkan dengan APBN, bandingkan dengan PDB akan lebih kecil lagi,” ungkapnya, usai membuka Seminar Kebijakan Fiskal Untuk Industri, di gedung BPPT, kemarin.
Menurutnya, peran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pertumbuhan ekonomi sudah terbukti efektif dan berhasil di berbagai negara. Terutama di negara-negara yang tidak menggantungkan pada kekuatan sumber daya alam. Di negara-negara maju peran Iptek sudah sangat berkembang dan ini diindikasikan dengan besarnya pembiayaan penelitian dan pengembangan yang dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (PDB).
Jika dibandingkan dengan negara maju lainnya, maka angka ini masih jauh lebih tertinggal. Pada 2012, dana penelitian Singapura sebesar 2,6% dari PDB, Malaysia 0,8% dari PDB. Jepang, persentase investasi Litbang hingga 3,4% dari PDB, sedangkan dari Korea Selatan mencapai 3,6% dari PDB. Singapura dana penelitian sudah 2,6% dari PDB. “Dan hasilnya memang luar biasa,” lanjutnya.
Gusti juga menjelaskan, kelemahan Indonesia adalah tidak adanya data jelas tentang jumlah nilai investasi dalam rangka penelitian dan pengembangan iptek.
“Kita sadari investasi kecil itu karena tidak ada data. Makanya data kita harus lengkap. Nanti semoga bisa terkumpul baik sehingga tahu investasi di bidang penelitian,” ujanya. (tety)