JAKARTA– Calon pemimpin saat ini harus bisa membangun ekonomi kerakyatan atau ekonomi biru. Calon pemimpin haruslah bisa menarik simpati hati rakyat dengan penuh kasih sayang serta inovatif.
Demikian dikatakan mantan Menko Kesra/PengentasaanKemiskinan yang juga Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono, di depan peserta Diklat dan Penyegaran Juri Kampanye Nasional Partai Golkar di Kantor DPPGolkar di Jakarta, kemarin.
Haryono mengingatkan, tahun 2014 sebagai tahun politik, haruslah dipahami sebagai tahun di mana rakyat tidak lagi merasa terhibur dengan kehebatan partai politik di masa lalu. “Rakyat harus diberi harapan dengan perubahan dan perbaikan. Rakyat tidak suka dengan janji-janji di atas panggung para juru kampanye (jurkam) sebuah partai politik,” kata Haryono.
Mantan Kepala Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang juga sesepuh Partai Golkar ini mengingatkan, para juru kampanye dituntut tidak saja pandai menarik simpati rakyat di atas panggung, tapi mereka juga bisa menarik hati di luar panggung. Itu artinya mereka harus selalu dekat dengan hati rakyat.
“Bahkan juru kampanye juga harus bisa ‘blusukan’ ke desa-desa dan mendekati rakyat seta tokoh-tokoh masa lalu yang sangat berpengaruh di masyarakat. Kemampuan tokoh masa lalu ini kebanyakan sudah berpengalaman, sepuh atau lanjut usia (lansia),” katanya.
Tokoh masa lalu ini ada yang mantan kepala desa/lurah, camat, dan bupati. Mereka sudah punya keluarga, anak, cucu dan banyak pengalaman. “Biasanya tokoh masa lalu ini disegani dan mepunyai pengaruh besar di wilayahnya. Buktikan bahwa kader partai politik itu tidak memberikan janji, namun bukti nyata dengan menyiapkan program yang bisa dimengerti oleh rakyat,” tambahnya.
Menyinggung tentang keberadaan masyarakat perkotaan, Haryono mengungkapkan bahwa sebagai masyarakat kota permintaannya tidak berbelit-belit, tapi dinamis yang mengharapkan penyelesaian masalah sekarang juga.
Tawarkan kepada masyarakat kota program yang sangat sederhana, dengan pelatihan kewirausahan, pendidikan atau kesehatan yang gampang. Dengan begitu rakyat akan dekat dengan kader partai tersebut. “Bila perlu, kader itu melakukan sumpah pocong untuk membuktikan kebenaran semua ucapannya. Tunjukan bahwa dirinya mempunyai etika yang kuat, percaya diri, ilmu yang cukup, bukan tamatan SD, SMP atau ijasah palsu.”
Haryono menambahkan, seorang calon pemimpin tidak takut membagi ilmunya kepada orang lain, selalu siap menghadapi perubahan yang penuh dinamika, dan mapu mengusai pasar dalam dan luar negeri.
‘’Namun yang lebih penting lagi, para kader Golkar tentu tidak hanya kader yang hanya mengagung-agungkan kehebatan partainya dan demi pencitran saja. Tapi harus bisa mengajak masyarakat untuk mencoblos Partai Golkar. Sedangkan pencitraan itu nanti saja, usai tahun 2014,’’ demikian Haryono. (junaedi)