9.1 C
New York
28/10/2024
Aktual

Buah Naga, Produk Unggulan Raja Ampat

RAJA AMPAT (Pos Sore) — Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, meninjau usaha tani buah naga di Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Jumat (28/2/2020). Ternyata buah naga menjadi produk unggulan UMKM di wilayah yang tersohor destinasi wisatanya itu. Daerah ini menjadi penghasil buah naga berkualitas baik.

“Presiden Joko Widodo selain meminta pengembangan 10 destinasi wisata prioritas, juga meminta lima produk UMKM yang bisa dikembangkan pada masing-masing destinasi wisata tersebut. Salah satunya, buah naga ini sebagai produk UMKM unggulan dari Raja Ampat,” katanya.

Di depan para petani buah naga, Wakil Gubernur Papua Barat Mohammad Lakotani, dan Bupati Raja Ampat Abdul Faris Umlati, Teten mengatakan mengembangkan buah naga menjadi produk unggulan tentu dapat mengangkat perekonomian masyarakat sekitar.

Namun, untuk Raja Ampat tidak hanya buah naga saja yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi produk unggulan yang bisa diolah menjadi produk kuliner. Komoditas kopi, wisata alam dan budaya harus juga bisa menjadi produk unggulan daerah. Tak ketinggalan adalah olahraga wisata.

Bagi Teten, bila wisata alam tumbuh, maka akan membutuhkan pemandu wisata. Lebih dari itu, akan tercipta suplai kebutuhan para turis seperti oleh-oleh atau souvenir. “Karena itu, Kemenkop dan UKM akan memberikan program di Raja Ampat terkait pendampingan-pendampingan hospitality, sekolah barista, dan desain, agar produk yang dihasilkan bisa lebih artistik, hingga tercipta branding produk,” jelas Teten.

Untuk Green Investment, menurut Teten, akan masuk di beberapa komoditi seperti kakao, pala, dan kopi. Dan itu cocok untuk pengembangan UMKM di Papua. “Di Raja Ampat perlu didorong terbentuknya sentra-sentra bisnis, seperti sentra buah segar, sampai sentra produk laut untuk go internasional. Konsepnya adalah kemitraan skala besar dengan yang kecil,” ucap Teten.

Sukses Bercocok Tanam Buah Naga
Dalam kesempatan yang sama, seorang pelaku usaha tani bernama Keis Burdam bercerita kesuksesannya dalam bercocok tanam buah naga di wilayah Waisai, Raja Ampat, Papua Barat. Keis bercerita, awalnya menanam buah naga karena terinspirasi saudaranya yang sudah lebih dulu menanamnya di Kalimantan.

“Pada 2014, saudara saya itu mengatakan kalau tanaman buah ini tidak kenal musim. Maka, sejak itu, saya pun mulai menekuni buah naga dengan serius,” kata Keis. Langkahnya ini cukup menarik perhatian warga Waisai lainnya untuk melakukan hal yang sama. Ternyata, dengan cara tekun, rajin, dan sabar, orang Papua pun bisa bertani buah naga, ucap Keis.

Di tahap awal itu, Keis berharap warga Papua tidak menjual lahannya, melainkan memanfaatkannya dengan bercocok tanam apa saja, termasuk buah naga, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Saya dan teman-teman sudah melakukan ini, dan bisa menarik warga Papua lainnya untuk melakukan hal yang sama,” kata Keis.

Keis mengaku, banyak orang Papua yang sudah datang ke perkebunannya, melihat langsung kebun buah naga hasil anak Papua. “Saya tidak belajar kemana-mana. Saya di Raja Ampat belajar sendiri dan saya berhasil. Tidak ada orang Jawa yang datang yang ajari saya bertani disini. Saya menyebutnya bertani versi orang Papua, berbeda dengan yang dilakukan di daerah lain,” ucap Keis lagi.

Terkait bibit buah naga, Keis menjelaskan bahwa bibit berasal dari Kalimantan, kemudian ditanam di daerah Sorong. Berhasil di Sorong, Keis membawanya dan menanamnya di Raja Ampat. “Apalagi, tanah di Raja Ampat itu sangat subur. Pohon buah naga tumbuh luar biasa dengan hasil buah naga berkualitas,” tukas Keis.

Menurut Keis, yang menyebut kualitas buah naga asal Raja Ampat bagus adalah orang-orang yang datang dari Jayapura, Manokwari, Sorong, dan dari Pulau Jawa. “Oleh karena itu, kami akan terus menjaga mutu buah naga asal Raja Ampat, sehingga bisa memanjakan kepuasan para pembeli,” jelas Keis.

Seiring waktu berjalan, lanjut Keis, jumlah petani buah naga di Raja Ampat sudah lebih dari 100 orang dengan memiliki tak kurang dari 2.500 pohon buah naga. “Saya berharap mendapat dukungan dari pemerintah, sehingga buah naga memiliki nilai keberlanjutan. Walau belum terlalu fokus, kami mensuplai buah naga ke homestay-homestay di destinasi wisata di Papua,” tukasnya. (tety)

Leave a Comment