JAKARTA (Pos Sore) — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan awal musim kemarau 2017 di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada Mei-Juni-Juli 2017.
“Untuk puncak musim kemarau 2017 diprakirakan dominan terjadi antara bulan Juli – September 2017, dengan persentase sebesar 85.6%,” papar Deputi Bidang Klimatologi BMKG, R. Mulyono Rahadi Prabowo, di gedung BMKG, Selasa (7/3).
Dibandingkan dengan rata-ratanya (1981-2010), awal musim kemarau 2017 diperkirakan maju sebanyak 64 zona musim (22,8%), sama sebanyak 124 zona musim (37,3%), dan sisanya mundur sebanyak 154 zona musim (39,9%).
Sedangkan untuk sifat hujan musim kemarau 2017 diperkirakan bawa normal sebanyak 77 zona musim (23,6%), normal sebanyak 199 zona musim (58,2%), dan sisanya atas normal sebanyak 66 zona musim (18,2%).
Dia menambahkan, kondisi Indian Ocean Dipole Mode (IOD) pada Juli-September 2017 menunjukkan kondisi IOD positif, yaitu kondisi muka laut di pantai timur Afrika lebih hangat dibandingkan pantai barat Sumatera, yang menyebabkan berkurangnya potensi hujan di wilayah Indonesia bagian barat.
Prabowo menekankan, meski kondisi musim kemarau 2017 secara umum normal tetap harus diwaspadai beberapa potensi dan dampaknya, seperti sumber daya air harus lebih ditentukan oleh pengoperasian waduk.
Dampak ke sektor pertanian, berpengaruh pada potensi luas tanam padi seluas 3.137.358 Ha, luas tanam jagus seluas 3.084.375 Ha, dan luas tanam kedelai seluas 826.719 Ha.
Sementara untuk potensi kebencanaan hidrometeorologi seperti potensi ancaman karhutla di 8 provinsi tetap perlu diwaspadai. Pada periode musim kemarau yang normal masih ada ancaman potensi kekeringan di NTB dan NTT meskipun tidak separah pada 2015. (tety)