3.3 C
New York
19/01/2025
Opini

BERBAGI PENGALAMAN

Oleh Prof. Dr. Haryono Suyono

SETELAH  pemilihan calon legislatif berakhir, di tengah sibuk – sibuknya para calon Presiden dan calon Wakil Presiden mengembangkan kolaborasi untuk menghadapi pemilihannya pada bulan Juli mendatang, DNIKS juga bergerak cepat melakukan hal serupa. DNIKS mencanangkan pengembangan kolaborasi dengan 100 organisasi dan lembaga sosial membangun Kepedulian Sosial berbasis Pedesaan guna meningkatkan upaya pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan guna membangun keluarga sejahtera.

Berbagai perguruan tinggi, lembaga dan organisasi sosial, pemerintah daerah dan perbankan, diajak mengadakan konsolidasi dan mencari jalan bersama untuk mengatasi berbagai masalah sosial yang selama 14 tahun terakhir ini berjalan di tempat, atau bahkan sebagian terkesan makin mundur.

Angka-angka kemiskinan yang nampaknya mengalami penurunan, kalau disimak secara cermat justru jumlah penduduk miskin sejak tahun 2011 tidak pernah kurang dari 28 juta dan akhir-akhir ini naik kembali. Angka kematian ibu hamil dan melahirkan justru naik dari sekitar 228 per 100.000 penduduk menjadi hampir dua kali lipat sebesar 359 per 100.000. Pertumbuhan penduduk yang pernah mencapai sekitar 1,3 persen pada tahun 2000 meningkat menjadi sekitar 1,6 atau mungkin 1,7 persen. Keadaan ini disebabkan naiknya tingkat kelahiran, dalam ukuran TFR, dari sekitar 2,3 anak menjadi sekitar 2,6 – 2,7 anak.

Banyak kalangan terkecoh oleh angka-angka presentase yang menurun, padahal jumlah penduduk masih tetap meningkat sehingga jumlah fisik kasus yang dilaporkan stagnan atau justru meningkat tajam. Karena itu kita harus hati-hati membaca angka. Penduduk yang diharapkan mendapat bonus demografi dan disangka bonus itu baru datang pada tahun 2020, atau mundur sampai tahun 2030, sesungguhnya bonus itu sudah datang jauh hari sebelumnya. Jumlah penduduk berusia produktif (15 – 60 tahun) dewasa ini sudah lebih dari 175 juta jiwa, sangat jauh melebihi jumlah penduduk usia di bawah 15 tahun. Ini berarti kita tidak usah menunggu lama, jumlah penduduk produktif sudah sangat melimpah dibanding penduduk dibawah usia 15 tahun dan jumlah penduduk di atas usia 60 tahun.

Oleh karena itu, sejak pertengahan bulan lalu, DNIKS mengajak 100 lembaga dan organisasi sosial serta mitra kerja lainnya menggalang tekad dan bekerja keras membangun kolaborasi untuk mengembangkan Kedaulatan Sosial berbasis Pedesaan guna menyatukan kekuatan membangun budaya gotong royong dan bekerja bersama melalui Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya) di desa yang jumlahnya melebihi 35.000 dan tersebar di seluruh Indonesia, khususnya di pedesaan, memberdayakan setiap keluarga miskin dan keluarga disabilitas agar bisa menikmati hidup yang wajar seperti saudara lainnya.

Dalam rangkaian kegiatan itu antar lain ditanda tangani MOU dengan Dompet Dhuafa, yang selama ini menyalurkan Zakat kepada keluarga yang berhak menerimanya. Lembaga ini juga menyalurkan hewan kurban dan bahkan bertahun-tahun telah membuat desa-desa ternak dengan merangkul keluarga peternak di pedesaan untuk memelihara ternak dan kemudian membelinya untuk ternak kurban. Pengalaman itu membuahkan kelompok peternak yang mahir dan mempunyai pengalaman pemeliharaan dan penggemukan ternak secara profesional.

Berdasarkan pengalaman itu, DNIKS dan Yayasan Damandiri mengajak Dompet Dhuafa berbagi pengalaman dengan mendukung kelompok keluarga miskin dan keluarga penyandang disabilitas yang tergabung dalam Posdaya di pedesaan untuk belajar menjadi peternak yang baik. Tenaga ahli dan peternak berpengalaman dari daerah Garut, Sukabumi, Lebak, Cianjur, Bogor dan daerah lainnya diajak menjadi tutor bagi calon peternak anggota Posdaya di beberapa kabupaten. Para “tutor konsultan” serta peternak mahir itu diharapkan menjadi pendamping mahasiswa berbagai perguruan tingi yang setiap tahun disebar ke desa membuat dan membina Posdaya. Dalam setiap Posdaya itulah, utamanya di daerah yang dianggap cocok, para mahasiswa menjadi pendamping memberdayakan keluarga desa menjadi peternak yang baik.

Seperti halnya di desa ternak yang berhasil, peternak tidak saja memelihara seekor ternak, tetapi biasa bergabung dan tidak jarang beberapa keluarga mempunyai kandang bersama agar pemeliharaan ternak dapat dirawat dengan baik. Peternak tidak jarang didampingi tenaga professional, dibantu dokter hewan memelihara ternak agar jauh dari serangan penyakit dan membuat setiap ternaknya bisa makan dengan teratur dan berat badannya mengalami kenaikan.

Proses pemeliharaan yang teratur memungkinkan setiap ternak yang dipelihara bebas dari penyakit karena ukuran keberhasilannya adalah bahwa melalui pemeliharaan yang baik setiap ternak bisa disajikan sebagai ternak potong yang baik, naik berat badannya dan mendatangkan keuntungan bagi peternak pemeliharanya. Dompet Dhuafa dengan pengalamannya yang lama sanggup berbagi dengan calon-calon peternak dari berbagai kabupaten di daerah Jawa Barat atau daerah lainnya.

Sebaliknya para peternak diharapkan melengkapi kegiatannya agar masyarakatnya punya usaha lain untuk memperbaiki hidupnya. Setiap keluarga menganut hidup sehat, menyekolahkan semua anaknya, utamanya mengirim anak balitanya ke PAUD dan memberikan pelatihan ketrampilan kepada isterinya, mengembangkan kegiatan wirausaha untuk menopang kegiatan peternakan serta memelihara lingkungan dengan membangun Kebun Bergizi di halaman rumahnya. Dengan demikian, Kedaulatan Sosial berbasis Pedesaan mengantar setiap keluarga menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera. (Prof. Dr. Haryono Suyono, Ketua Umum DNIKS, www.haryono.com).

Leave a Comment