17.2 C
New York
09/11/2024
Aktual

Belanda Kembangkan Pesawat Nonawak Terkecil di Dunia

DELFT (Pos Sore) — Para ilmuwan Belanda berhasil mengembangkan pesawat nonawak berkepak otonom terkecil di dunia. Pesawat mini ini lebih menyerupai capung yang dilengkapi penglihatan tiga dimensi yang dapat merevolusi pengalaman kita tentang banyak hal, mulai dari konser pop hingga pertanian.

“Ini adalah DelFly Explorer, pesawat nonawak terkecil di dunia yang memiliki sayap berkepak dan dapat terbang mengitari diri dan menghindari berbagai rintangan,” ujar penemu dan pengembang Guido de Croon dari Delft Technical University.

Dengan berat hanya 20 gram, sekitar empat lembar kertas printer, capung robot ini dapat dipakai dalam berbagai situasi dimana heli biasa tak mungkin melakukannya karena dapat membahayakan manusia. Seperti terbang di atas penonton untuk merekam sebuah konser atau pertunjukan olahraga.

DelFly Explorer juga mirip dengan capung besar atau belalang. Dalam demo, pesawat itu terbang di dalam ruangan menggunakan dua kamera video resolusi rendah yang menghasilkan visi tiga dimensi mata manusia serta sebuah komputer untuk merekam dan menghindari benturan dengan benda di dekatnya.

“Beberapa tahun kemudian, riset dilanjutkan dan mesin yang dipakai semakin kecil, kata Sjoerd Tijmons, yang ikut menulis algoritma untuk ‘otak’ DelFly terakhir.”

Seperti serangga, pesawat ini memiliki sayap yang merentang hingga 28 sentimeter dan bisa terbang mengelilingi tanaman. “Misalnya, dipakai untuk terbang berkeliling dan mendeteksi buah yang sudah matang di dalam rumah kaca,” papar De Croon.

“Anda juga bisa membayangkan, untuk pertama kalinya, ada peri yang dapat terbang sendiri di dalam taman hiburan,” imbuhnya.

Tidak seperti pesawat nonawak lain yang menggunakan pisau rotor dan beratnya bisa mencapai ratusan kali, Explorer punya dua sayap pada tiap sisi yang mengepak cepat agar dapat terbang. “Kami mendapat inspirasi dari serangga kecil,” ujarnya.

Saat ini sudah ada pesawat kecil nonawak ‘berkepak’ lain seperti RoboBee. Sayangnya pesawat hasil rancangan mahasiswa Harvard University, Amerika ini bukan tergolong otonom dalam hal tenaga, kontrol dan pengolahan.

Explorer memiliki batere polimer litium kecil yang memudahkannya untuk terbang berkeliling selama sekitar sembilan menit. Pesawat ini dapat ‘melihat’ dengan prosesor onboard yang ada dan algoritma pengembangan khusus yang membuatnya dapat mengambil putusan instan.

Explorer juga memiliki video analog nirkabel, giroskop dan sebuah barometer untuk membuat kalkulasi tinggi. Algoritma yang berbeda memungkinkannya melakukan berbagai tugas. Lantaran sudah otonom, Explorer dapat dikirim ke ruang tertutup seperti bangunan beton atau terowongan pertambangan dimana kontrol radio tak dapat dilakukan, untuk mencari korban tewas dan bahan berbahaya.

“DelFly tahu persis dimana rintangan berada,” kata De Croon dalam demo terbang. DelFly dibuat dari material komposit termasuk serat karbon. Ide membuat pesawat nonawak bersayap sepak dimulai sembilan tahun lalu ketika sekelompok mahasiswa universitas itu pertama kali merebut DelFly I.

Beberapa tahun kemudian, riset dilanjutkan dan mesin yang dipakai semakin kecil, kata Sjoerd Tijmons, yang ikut menulis algoritma untuk ‘otak’ DelFly terakhir.

Pada produk sebelumnya, DelFly Micro dengan rentang sayap 10 sentimeter pada 2008 lalu dinyatakan sebagai pesawat dilengkapi kanker terkecil di dunia menurut Guinness Book if Records. Namun De Croon mengakui manusia belum dapat membuat serangga robot otonom seukuran lebah atau lalat, terutama karena adanya keterbatasan daya tahan batere.(gulfnews/meidia)

Leave a Comment