TASIKMALAYA, PosSore – Bambu, material alami yang telah lama dikenal sebagai simbol Negeri Tirai Bambu, kini menorehkan kisah suksesnya dari sudut lain dunia. Bukan dari Cina, melainkan dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Di tangan Yose Andi Komara, bambu yang semula hanya dikenal sebagai bahan baku sederhana, telah menjelma menjadi sumber penghasilan yang luar biasa menggiurkan.
Yose Andi Komara, pengusaha kreatif di balik CV Kiwari Bamboe, berhasil mengubah bambu menjadi produk-produk bernilai tinggi yang menembus pasar internasional. Bermula dari kerajinan dan furnitur bambu, kini Yose mengembangkan bisnisnya ke bidang pembangunan kabin atau rumah panggung dengan penampilan modern, eksotik dan menarik minat banyak pengusaha resort di luar negeri. Bambu yang diolah dengan apik ini tidak hanya menawarkan keindahan estetika, tetapi juga kekuatan dan kenyamanan, sehingga diminati oleh pasar global.
Keberhasilan Yose tak lepas dari inovasi dan dedikasinya dalam mengelola bisnis. Dari workshop di Tasikmalaya, produk-produk bambu hasil kreasinya telah dikirim ke berbagai belahan dunia, seperti Panama dan Kosta Rika. Di negara-negara tersebut, kabin bambu buatannya diterima dengan antusias oleh para pemilik resort yang mencari alternatif hunian yang unik dan ramah lingkungan.
Tidak hanya berhenti di situ, Yose terus berupaya meningkatkan kualitas dan daya saing produknya melalui desain yang modern dan fungsional. Dengan menggabungkan bahan bambu dan metal, kabin-kabin yang diproduksi CV Kiwari Bamboe tampil kokoh dan elegan, serta tahan lama. Keberhasilan Yose dalam mengembangkan kerajinan bambu dari Tasikmalaya membuktikan bahwa dengan kreativitas dan kerja keras, material lokal pun bisa bersaing di kancah internasional.
Di tangan manajemen CV Kiwari Bamboe, bambu menjelma menjadi sumber cuan yang menjanjikan, tidak hanya sebagai bahan dasar furnitur dan kerajinan tangan, tetapi juga sebagai bahan utama untuk membangun rumah panggung atau kabin eksotik.
Perjalanan Yose ke dunia kabin bambu dimulai saat dia diundang oleh Kedutaan Besar RI di Panama untuk memberikan kuliah tentang bambu di salah satu universitas di sana. “Awalnya, saya terjun dalam bisnis pembuatan kabin ketika diundang KBRI di Panama untuk memberikan materi kuliah,” ujar Yose Andi Komara dalam percakapan dengan PosSore Kamis (25/7) .
Di Panama, Yose bertemu dengan pengusaha resort yang menunjukkan minat besar pada kabin bambu. “Pengusaha asal Panama yang saya temui bertanya apakah saya bisa membuat kabin. Saya katakan siap, dan ternyata dia adalah pemilik resort yang sudah mengetahui potensi bambu dari pengusaha di Bali,” jelas Yose yang juga menjabat sebagai Bendahara di DPD Himpunan Industrin Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Periangan itu.
Pengusaha resort Panama memilih CV Kiwari Bamboe karena melihat potensi pasar yang besar, baik di Panama maupun Kosta Rika, terutama di kalangan pensiunan asal Amerika Serikat yang mencari hunian unik dari bambu.
Yose dan timnya merancang kabin dengan desain modern dan menarik, menyerupai kacang tanah dengan lekukan-lekukan yang unik. Kabin ini menggunakan sistem knockdown yang memudahkan pemasangan dan pengiriman. Kombinasi bambu (70%) dan metal (30%) memastikan kabin tampak kokoh, modern, dan nyaman.
“Kelebihan kabin kami selain tampilannya yang modern dan nyaman adalah daya tahannya yang bisa mencapai 10 tahun. Kami juga memberikan garansi satu tahun dan menyediakan suku cadang,” ungkap Yose.
Kabin berukuran 5×6 meter ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti sofa, tempat tidur, kitchen set, kompor, toilet dengan shower, peralatan elektronik, dan bahkan panoramic roof. Fasilitas internet juga tersedia, dan ada opsi untuk memasang panel surya sebagai sumber energi.
CV Kiwari Bamboe saat ini mampu memproduksi dua unit kabin per bulan dengan tim beranggotakan delapan orang. Yose berharap bisa meningkatkan produksi hingga 10 unit per bulan di masa depan, membuka lebih banyak lapangan kerja.
Selain fokus pada bisnis kabin, CV Kiwari Bamboe tetap memproduksi furnitur dan kerajinan bambu, yang sudah dikenal konsumen sejak didirikan pada 2019. “Produk kami sudah dikenal berkat promosi melalui pameran seperti IFEX, yang menarik minat pembeli dari Arab Saudi dan Turki,” kata Yose.
Yose memutuskan untuk merambah bisnis kabin setelah menemukan bahwa produk furnitur dan kerajinan berbahan bambu kurang efisien bersaing dengan produk serupa dari negara lain. “Kami pernah mendapat order besar dari luar negeri, tapi harganya sangat murah. Karena itu, kami lebih memilih bisnis kabin yang memiliki nilai jual tinggi,” pungkasnya. (aryo)
