02/11/2025
AktualEkonomi

Aryan Wargadalam: Menjaga Nyala Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia

POSSORE.ID, Jakarta — Di sela perbincangan yang hangat sore itu, Aryan Wargadalam berbicara dengan nada tenang namun penuh keyakinan. “Industri mebel dan kerajinan itu sebetulnya salah satu yang paling banyak menyerap tenaga kerja, dan membutuhkan keterampilan tinggi,” ujarnya membuka percakapan. Ada semangat yang tak pudar dalam suaranya—semangat yang tumbuh dari puluhan tahun berkecimpung di dunia industri berbasis hasil hutan Indonesia.

Aryan, Dewan Pakar Bidang Regulasi Industri di Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), bukanlah sosok baru dalam dunia manufaktur nasional. Sejak lama, ia dikenal sebagai figur yang mampu melihat keterkaitan erat antara kekuatan budaya, kekayaan alam, dan potensi ekonomi bangsa. “Sejak awal, budaya dan alam kita sangat mendukung tumbuhnya industri mebel dan kerajinan,” katanya, “banyak produk kita yang bernilai tinggi dan punya peran penting dalam perekonomian nasional.”

Ketika diminta mengenang masa-masa saat masih menjabat di pemerintahan, Aryan tersenyum kecil. Ia ingat betul bagaimana dukungan pemerintah menjadi salah satu kunci tumbuhnya industri mebel dan kerajinan nasional. “Dulu banyak bantuan dan kemudahan yang diberikan,” kenangnya. “Mulai dari pelatihan keahlian, bantuan mesin, hingga dukungan untuk ikut pameran internasional—baik di Eropa, Amerika, maupun Tiongkok. Itu penting agar kita bisa bersaing secara global.”

Salah satu inisiatif penting pada masa itu adalah pengembangan terminal kayu dan pusat-pusat pelatihan di berbagai daerah. Dari sinilah kemudian muncul cikal bakal lembaga-lembaga pendidikan kejuruan di bidang industri mebel—mulai dari D1 hingga D3, bahkan universitas. “Itu semua untuk memastikan tenaga kerja kita punya keahlian yang mumpuni,” ujarnya.

Konsistensi dan Daya Saing

Bagi Aryan, daya saing industri bukan hanya soal harga atau efisiensi, tetapi juga soal konsistensi. “Kita harus menjaga kualitas produk agar sesuai permintaan pasar internasional,” pesannya. Ia menekankan pentingnya investasi—bukan hanya di bidang finansial, tapi juga di bidang sumber daya manusia. “Investasi dalam keahlian tenaga kerja itu sama pentingnya dengan investasi mesin.”

Dalam pandangannya, masa depan industri mebel dan kerajinan akan bergeser seiring perubahan geopolitik dunia. Negara-negara di kawasan Selatan–Selatan, Pasifik, hingga Afrika dinilai memiliki potensi besar sebagai pasar baru. “Perubahan arah ekonomi global membuka peluang besar bagi produk kita,” tuturnya optimistis dalam percakapannya dengan POSSORE.ID akhir pekan lalu.

Sebelum aktif di HIMKI, Aryan lebih dulu dikenal luas di dunia industri pulp dan kertas. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) periode 2016–2021, serta Director of Forestry and Plantation Industries di Kementerian Perindustrian. Di bawah kepemimpinannya, APKI menekankan pentingnya rantai pasok domestik, efisiensi industri, dan penerapan prinsip green industry — produksi yang efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

Kini, sebagai Penasehat APKI dan Dewan Pakar HIMKI, Aryan menjadi jembatan antara dua dunia industri yang saling terkait: kehutanan dan furnitur. Ia percaya bahwa kolaborasi lintas sektor adalah kunci memperkuat struktur industri nasional. “Industri pulp, kertas, dan furnitur itu satu ekosistem,” katanya. “Kalau sinerginya kuat, nilai tambah yang dihasilkan juga besar.”

Sebagai tokoh yang lama berkecimpung di dunia industri, Aryan dikenal memiliki pandangan jauh ke depan. Ia tak sekadar berbicara tentang pertumbuhan, tetapi juga tentang tanggung jawab. “Kita ini punya sumber daya alam yang luar biasa,” katanya pelan. “Tinggal bagaimana kita memanfaatkannya secara bijak, agar bisa terus menjadi kekuatan bangsa.”

Harapannya untuk HIMKI pun sederhana namun dalam maknanya: agar terus tumbuh, adaptif, dan mampu bersaing di pasar global. “HIMKI harus menjadi motor penggerak agar industri ini menjadi andalan ekspor nasional,” pesannya.

Menutup perbincangan, Aryan mengingatkan satu hal yang selalu ia pegang sejak awal kariernya. “Jangan bosan-bosan mengembangkan industri mebel dan kerajinan,” katanya dengan senyum. “Karena di situlah letak jati diri bangsa kita—industri yang lahir dari budaya, alam, dan keringat anak negeri sendiri.” (aryodewo)

Leave a Comment