JAKARTA (Possore) — Asia Pasific Resources International Limited (APRIL) yang mengoperasikan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) meningkatkan komitmen pengelolaan hutan lestari ke level yang lebih tinggi untuk memastikan seluruh bahan baku kayu yang dimanfaatkan berasal dari hutan tanaman yang berkelanjutan.
Untuk memantau implementasi komitmen produsen bubur kayu dan kertas terbesar nomor dua di Asia itu, akan dibentuk komite penasehat parapihak independen yang melibatkan stakeholder kunci, termasuk organisasi lingkungan WWF. Komite tersebut nantinya akan menunjuk auditor untuk melakukan verifikasi dan melaporkan perkembangan komitmen APRIL.
“Kebijakan ini melampaui komitmen yang pernah kami buat sebelumnya. Keberadaan komite penasehat parapihak independen akan memastikan kebijakan tersebut dilaksanakan secara transparan,” kata Presiden APRIL Praveen Singhavi pada peluncuran peningkatan komitmen APRIL di Jakarta, Selasa (28/1).
Turut hadir dalam peluncuran tersebut Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan. Peningkatan komitmen APRIL juga mendapat dukungan dari Duta Besar Norwegia untuk Indonesia, Stig Traavik.
Dengan komitmen yang diperbaharui, maka APRIL akan melakukan moratorium pengembangan hutan tanaman pada lahan yang kajian hutan bernilai konservasi tinggi (High Conservation Value Forest/HCVF)-nya belum selesai.
APRIL juga memastikan pengembangan hutan tanaman baru akan selesai pada Desember 2014. Hal itu memastikan pada 2019 seluruh bahan baku kayu akan berasal dari tanaman.
Selain itu, APRIL juga akan menaikan dua kali lipat program restorasi hutan yang kini dijalankan menjadi 40.000 hektare. Bukan itu saja, APRIL pun mengupayakan areal konservasi yang setara dengan luas hutan tanamannya.
Menhut Zulkifli Hasan menyatakan pihaknya mendukung komitmen APRIL yang selama ini telah melakukan praktik terbaik pengelolaan hutan tanaman dan melakukan kajian HCVF sejak tahun 2005.
Menhut juga mendorong APRIL untuk terus mengembangkan kemitraan baik dengan masyarakat maupun dengan institusi lain, termasuk organisasi lingkungan, yang peduli dengan pengembangan hutan tanaman di Indonesia.
Menhut pun mengundang investor lain untuk ikut berinvestasi dalam menanam hutan secara lestari, bukan hanya untuk industri pulp dan kertas tapi juga untuk industri berbasis kayu lainnya.
Dalam pernyataan terpisah, Dubes Norwegia untuk Indonesia Stig Traavig menyatakan keterlibatan masyarakat memastikan integritas kebijakan APRIL. “Keterbukaan dan pemantauan independen adalah kunci agar kebijakan APRIL berhasil,” katanya.
Norwegia adalah negara pelopor yang menyerukan perlindungan hutan sebagai upaya untuk menekan emisi gas rumah kaca secara global. Menurut Stig, sektor privat memainkan peran penting untuk berkontribusi merealisasikan target Indonesia untuk mengurangi emisi dari deforestasi sebanyak 80% pada tahun 2020.
Kebijakan yang baru dicanangkan APRIL memastikan perusahaan tersebut melanjutkan perlindungan HCVF. Pada, tahun 2005, APRIL adalah perusahaan Indonesia pertama yang melakukan identifikasi dan perlindungan HCVF. Saat ini APRIL dan perusahaan pemasoknya telah menyelamatkan lebih dari 250.000 hektare hutan yang dikategorikan HCVF oleh penilai independen.
Kebijakan baru itu menjadikan APRIL bakal memperluas program restorasi yang dirilis Mei 2013 lalu. Saat itu APRIL mengembangkan Restorasi Ekosistem Riau, sebuah program berdurasi awal selama 10 tahun senilai 17 juta dolar AS untuk merestrorasi 20.265 hektare hutan yang terdegradasi di Semenanjung Kampar, Sumatera.
APRIL juga akan menambah luas hutan yang direstorasi seluas 20.450 hektare di jantung Pulau Padang, Sumatera. Pulau tersebut adalah konsesi APRIL terakhir dimana pengembangan hutan tanaman akan dilakukan.(fent)