BOGOR (Pos Sore) — Apakah bumi bulat atau bumi datar? Begitu tema yang diangkat dalam media gathering Badan Informasi Geospasial (BIG), Selasa (20/2). Tema ini dibahas karena beberapa waktu ke belakang sempat dihebohkan dengan munculnya paham yang menyatakan bumi ini datar.
Paham ini pun disebar baik di sosial media dan penyedia konten video dengan penjelasan dan data. Adalah Komunitas Bumi Datar atau dikenal juga dengan Flat Earth Society yang meyakini bumi itu datar. Di Indonesia sendiri pengikut bumi datar mencapai 63.800 anggota dari 187.000 jumlah anggota di dunia.
Untuk memastikan apakah bumi itu bulat atau datar, BIG menghadirkan narasumber Dosen Prodi Astronomi Institut Teknologi Bandung Dr. Moedji Raharto, Kepala Pusat Jaring Kontrol Geodesi dan Geodinamika BIG Dr. Antonius Bambang Wijanarto, dan Dosen Prodi Geodesi dan Geomatika Institut Teknologi Bandung Dr. Heri Andreas ST, MT.
Sekretaris BIG Titi Suparwati, mengatakan, diskusi ini untuk menjawab dan memberi informasi kepada masyarakat tentang issue tersebut dengan bahasa sederhana dengan merujuk pada ilmu pengetahuan.
Tujuan diskusi yang dipandu Akbar Hiznu Mawanda, Kepala Subbagian Bantuan Hukum BIG, ini untuk mengupas mengenai Geoid, bagaimana proses pemodelan bumi, serta bagaimana permasalahan bentuk bumi dari sisi geodesi dan astronomi.
Dengan pemodelan ini kita akan mengetahui bahwa bentuk bumi ini memang tidak bulat, tidak pula datar, melainkan elipsoid dengan permukaannya tidak beraturan karena berbagai topografi yang ada di bumi ini. Atau dikenal sebagai geoid.
“Kami sampaikan juga BIG mempunyai kebijakan satu peta, Geoid tidak hanya untuk membuat peta dasar tetapi bisa juga dimanfaatkan untuk pertanian, pertambangan dan sebagainya, ” kata Titi
Lantas apakah bumi itu bulat atau datar? Dr. Moedji Raharto menjelaskan, fenomena ‘super blue blood moon’ yang terjadi pada 31 Januari 2018 menjadi pembuktian bahwa bumi itu bulat seperti bola, dan super blue blood moon itu hanya terjadi 2 kali selama 20 tahun.
Sementara itu, dalam ilmu bidang geodesi, Dr. Heri Andreas menegaskan, bumi ini bulat, walaupun bentuk bumi tidak bulat penuh dan tidak rata. Ini hasil dari pengukuran geodesi.
“Bukti bumi ini bulat ditunjukkan dengan produk-produk peta dan positioning. Gojek, google earth, global map, itu bukti karena bumi ini bulat,” ungkap Heri.
Menurutnya, dalam bidang geodesi ada bagian data dari citra satelit atau pengindraan jauh. Hal ini sekaligus mematahkan anggapan dari Computer Graphic Imagery (CGI) yang menyebutkan tidak pernah ada roket yang membawa satelit ke angkasa.
Klaim Flat Earth Society bahwa ilmu yang bersinggungan langsung dengan geodesi adalah hoax. BIG sendiri menggunakan satelit dalam menyelesaikan masalah-masalah geodesi.
“Salah satunya GPS dan dulu belum ada Base Transceiver Station (BTS), GPS sendiri masuk Indonesia tahun 1988 dan baru terkenal dan populer di tahun 2000-an, dan GPS yang dikatakan komunitas bumi datar adalah hasil dari BTS-BTS dan bukan dari satelit sudah bisa dipatahkan,” jelasnya.
Sementara itu, Dr. Antonius Bambang Wijanarto menegaskan, bumi ini bulat geoid. Pemahaman-pemahaman komunitas bumi datar sepertinya memanipulasi pandangan.
“Sampai sekarang belum pernah dipertemukan antara orang-orang yang memahami bahwa bumi itu datar dengan pemahaman orang banyak bahwa bumi itu bulat,” ujarnya. (tety)