JAKARTA (Pos Sore) –Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat menjadi keynote speaker seminar nasional ‘Tantangan Global dalam Mewujudkan Sustainable Development Goals yang diadakan Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI.
Di hadapan peserta seminar yang sebagian besar mahasiswa Institut STIAMI, Wagub mengajak masyarakat utamanya para pelajar dan mahasiswa untuk berkunjung ke balaikota pada akhir pekan guna melihat konsep smart city Jakarta.
“Smart City menjadi gambaran seperti apa kondisi Jakarta sekarang dan masa datang. Mulai dari infrastruktur yang dibangun Pemda, fasilitas umum dan penataan kota lainnya. Semua ada” kata Wagub, Sabtu (6/2).
Wagub melanjutkan, dengan melihat konsep smart city, maka para pelajar dan mahasiswa memiliki gambaran yang lengkap terkait semua problem yang ada di Jakarta. Begitu juga gambaran berbagai kebijakan pembangunan yang telah, sedang dan akan dilakukan Pemda DKI Jakarta.
“Jakarta menjadi kota dengan karakteristik unik. Kota ini memiliki populasi penduduk terpadat di Indonesia,” ujarnya.
Kota Jakarta juga memiliki suku bangsa paling beragam, memiliki rasio Gini yang cukup tajam dan perbedaan tingkat pendidikan maupun sosial ekonomi yang juga mencolok.
“Orang paling pinter ada di Jakarta, orang tak berpendidikan juga banyak. Orang paling kaya ada di Jakarta, pun orang yang miskin jumlahnya lebih banyak,” lanjutnya.
Dengan karakteristik unik tersebut, dibutuhkan keberanian yang luar biasa untuk menata Jakarta. Tidak cukup dengan pola-pola pemerintahan dan kebijakan pembangunan yang selama ini ada tetapi butuh inovasi dan gebrakan baru.
Karena itu, kata dia, kalangan akademisi, kalangan kampus seperti STIAMI diminta memberikan sumbangan pemikiran guna membangun dan menata kota Jakarta lebih baik di masa depan.
“Harus ada sinergi yang baik antara Pemda dengan kalangan akademisi, karena Jakarta memang membutuhkan pemikiran untuk mengejar ketertinggalan dibanding kota lain di dunia,” tegas Wagub.
Sementara itu, Dr Ir Panji Hendrarso MM, Rektor Institut STIAMI menekankan, kemitraan global dengan berbagai negara dan lembaga hal yang tidak mungkin dihindari. Namun tidak berarti mengorbankan kepentingan nasional.
“Kita harus memiliki sikap yang jelas agar kepentingan negara tidak dikorbankan pada era globalisasi seperti sekarang ini,” katanya.
Rektor berharap lulusan Institut STIAMI terus berupaya meningkatkan mutu dan kualitas sehingga bisa berperan dengan baik dalam pembangunan nasional dan mengedepankan kepentingan nasional manakala dihadapkan pada kemitraan global. (tety)

