JAKARTA (possore.id) — Pameran Adiwastra Nusantara kembali hadir, berlangsung selama lima hari yang berlangsung pada 15-19 Mei 2024 di Jakarta Convention Center (JCC).
Pameran bertema “Ragam Wastra Indonesia, Pesona Budaya Nusantara” ini dibuka secara resmi Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel.
Adiwastra Nusantara ke-14 kalinya ini untuk memperkenalkan dan memasarkan aneka kreasi wastra Indonesia baik tenun, batik, sulam, jumputan, dan produk fesyen terkait lainnya.
Rachmat Gobel dalam sambutannya menyampaikan wastra menjadi salah satu produk industri berbasis budaya yang harus terus diperkuat.
“Karena basis dari produk wastra adalah UMKM yang diharapkan bisa menopang ekonomi nasional,”
Menurutnya, ada tiga alasan mengapa industri berbasis budaya harus diperkuat, yakni karena pelakunya adalah UMKM, berada di desa-desa, dan bahan bakunya ada di Indonesia.
Ia mengatakan di tengah era globalisasi, industri berbasis budaya menghadapi tantangan yang tidak ringan, terutama terkait masuknya produk budaya asing ke pasar domestik.
Misalnya saja makanan tradisional dan produk fesyen negara Korea, Jepang dan lainnya yang kini banyak digandrungi generasi muda.
“Tidak sedikit generasi muda kita yang lebih bangga dan menyukai produk budaya negara lain,” ucapnya.
Ketika ia berkunjung ke pengrajin batik di Cirebon, banyak pelaku UMKM batik di daerah tersebut yang mengeluhkan membanjirnya produk tekstil impor.
“Jika ini dibiarkan terus tidak menutup kemungkinan akan menggeser produk tekstil dalam negeri,” katanya.
Rachmat Gobel pun mengajak semua pihak, baik kementerian/lembaga, maupun swasta untuk bersama-sama menyelamatkan dan mendukung pertumbuhan produk industri berbasis budaya. Mulai dari produk makanan tradisional, aksesoris hingga produk fesyen Indonesia.
“Saya mengimbau instansi terkait seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan dan Kementerian Koperasi dan UMKM untuk bersama-sama membuat kebijakan untuk melindungi industri berbasis budaya,” ujar Rachmat Gobel.
Jika hal itu tidak dilakukan, lanjutnya, dikhawatirkan generasi muda Indonesia tidak lagi mengenal batik asli Indonesia, batik tulis dan produk budaya adati asli Nusantara.
“Jadi mendukung produk berbasis budaya bukan hanya fokus pada bisnis, tetapi adalah upaya melestarikan produk asli Indonesia. Jangan sampai ada produk budaya Indonesia yang kemudian diklaim milik negara lain,” tandasnya.
Ketua Pelaksana Adiwastra Nusantara 2024 Helga Kumontoy dalam kesempatan itu melaporkan pameran Adiwastra Nusantara digelar sejak tahun 2008.
Pameran kali ini merupakan pameran Adiwastra Nusantara ke-14 setelah sempat vakum dua tahun akibat pandemi Covid-19.
Dikatakan, Pameran Adiwastra Nusantara sejak pertama kali digelar telah mendapatkan sambutan positif dari para perajin, perancang wastra dan juga UMKM yang bergerak di bidang wastra adati.
Terbukti dari tahun ke tahun, peserta Adiwastra Nusantara terus meningkat dengan ragam jenis produk wastra yang semakin banyak.
“Kini, Adiwastra Nusantara telah menjadi salah satu pameran yang dinanti-nantikan kehadirannya oleh para UMKM wastra adati juga oleh masyarakat pecinta dan pengguna wastra adati di Indonesia, bahkan dari mancanegara,” sebutnya.
Tahun ini ada 200 produk UMKM yang ambil bagian. Berbagai jenis wastra dipamerkan mulai dari batik, tenun, jumputan dan sulam dari berbagai daerah di Indonesia.
Ada juga produk fesyen berbasis wastra dan produk pendukung seperti aksesoris dan perhiasan. Termasuk UMKM wastra binaan.
Adiwastra Nusantara 2024 juga menggelar 2 stand display yang ikonik yaitu kain tenun Uis Karo koleksi desainer dan perancang wastra dari Sumatera Utara, Torang Sitorus.
Ada pula batik peranakan koleksi Hartono Sumartono, seorang kolektor batik dan penulis berbagai buku tentang batik Indonesia.
Digelar pula Lomba Rancang Wastra bertajuk Adikarya Wastra Nusantara. Lomba ini bertujuan menggugah serta merangsang para perancang wastra untuk terus berkreasi dalam melestraikan dan mengembangkan wastra adati Indonesia.
Dengan demikian akan semakin dicintai dan digemari oleh berbagai kalangan masyarakat termasuk generasi Z, bahkan diharapkan dapat menembus pasar internasional.
Lomba ini diikuti hampir 100 perancang wastra dari seluruh wilayah Indonesia terdiri dari wastra dengan teknik batik, wastra dengan teknik tenun dan wastra dengan teknik jumputan dan kombinasi.
Pagelaran pameran juga dimeriahkan oleh berbagai kegiatan seperti peragaan busana berbasis wastra dari para desainer nasional, talkshow, pelatihan dan workshop tentang wastra, pagelaran seni tradisional dan lainnya.