JAKARTA (Pos Sore) — Indonesia benar-benar dalam darurat bahaya narkoba. Banyak cara yang dilakukan pengedar narkoba untuk meracuni generasi muda. Modus penjualan ganja paling baru yakni ganja diolah dalam kue brownies. Bagaimana membedakannya?
Badan Narkotika Nasional (BNN) meminta masyarakat lebih hati-hati dan cermat karena ternyata tidak mudah membedakan mana brownies asli dan yang sudah tercampur ganja.
“Pesan kepada masyarakat terutama kepada para orang tua agar lebih berhati-hati dan lebih baik membekali makanan anak dari rumahnya mengingat makanan yang mengandung narkotik itu susah dikenali,” ujar Kabag Humas BNN Kombes Pol Slamet Pribadi, Selasa (14/4).
Slamet mengutarakan, efek yang dialami jika memakan ganja yang sudah diolah menjadi makanan sama dengan ganja yang berbentuk rokok. Untuk mengetahuinya pun harus dilakukan uji laboratorium.
“Efeknya sama yaitu halusinasi. Dan akibatnya orang jadi pemalas, tidak suka makan dan prestasi menurun,” ujar Slamet.
Seperti diketahui, BNN berhasil menangkap sindikat pembuatan brownies berbahan ganja pada Jumat (10/4) di kawasan Blok M Plaza dengan tersangka 5 orang. Tersangka berinisial OJ, AH, IR, YG, dan HA.
Pengungkapan kasus tersebut berawal dari laporan masyarakat yakni seorang siswa SMP yang tertidur 2 hari 2 malam setelah mengkonsumsi kue brownies atau coklat tersebut, yang ternyata mengandung ganja.
“Brownies mengandung zat THC yang merupakan zat inti pada ganja yang memiliki efek depresi sehingga menyebabkan orang yang mengkonsumsi tertidur dan fly. THC kebalikan dari sabu yang terasa semangat setelah mengkonsumsinya,” jelas Ketua Direktur Pengendalian Narkotika BNN Dedy Fauzi.
Setelah diperiksa dalam laboratorium, brownies tersebut positif mengandung ganja. BNN kemudian menangkap sindikat pembuatan brownies berbahan ganja pada Jumat (10/4) di kawasan Blok M Plaza dengan tersangka 5 orang. Tersangka berinisial OJ, AH, IR, YG, dan HA.
“Ini merupakan modus paling baru dari perwujudan narkotika. Imbauan kepada masyarakat untuk hati-hati membeli makanan yang dibeli dari media online, karena bentuk perwujudan narkoba ini sulit sekali dibedakannya,” kata Dedy. (tety)
