POSSORE.ID, Jakarta — Dari udara, landasan itu tampak seperti goresan tipis di antara raksasa-raksasa industri. Sebuah garis lurus yang tersembunyi di balik asap smelter dan bangunan baja raksasa milik PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Tidak ada menara tinggi yang mencolok, tidak ada terminal yang ramai. Hanya runway yang sepi dan bangunan kecil yang lebih mirip gudang daripada fasilitas penerbangan. Namun pada 2025, inilah landasan yang mendadak menggemparkan negeri.
Selama bertahun-tahun, bandara IMIP yang diresmikan di era Presiden Joko Widodo hidup dalam senyap — beroperasi, tapi tidak diperhatikan; ramai, tapi tidak terbaca dalam peta data publik. Dan kini, ketika sorotan diarahkan ke sana, muncul satu pertanyaan mendasar yang menggantung di udara: bagaimana sebuah bandara dapat berfungsi selama hampir satu dekade tanpa publik benar-benar tahu apa yang terjadi di dalamnya?
Ketika kawasan industri IMIP tumbuh pesat, pembangunan bandara ini dimulai dengan nama yang samar: fasilitas penerbangan internal perusahaan. Tidak ada publikasi resmi. Tidak ada detail teknis yang dibuka.
Seorang pejabat pemerintah daerah yang meminta identitasnya disembunyikan mengatakan, “Waktu itu IMIP hanya menyampaikan bahwa mereka membutuhkan akses udara. Tidak ada yang menganggap itu bermasalah.”
Bandara ini lahir tanpa riuh. Tanpa perdebatan. Tanpa kontrol ketat. Menurut Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin saat melakukan inpeksi mendadak di Bandara IMIP (20/11) lalu kondisi seperti ini untuk Indonesia sebagai sesuatu yang berbahaya.
Bagaimana tidak, jika di bandar itu tak ada satu pun apparat pemerintah yang mengawasi, baik dari otoritas penerbangan, bea cukai maupun imigrasi, sehingga membuat kedaulatan ekonomi ini menjadi rawan.
