03/11/2025
AktualEkonomi

Dari Furnitur ke Camilan, Jejak Muhaimin Menembus Pasar Korea Selatan

POSSORE.ID, Seoul — Aroma manis kue hangat perlahan memenuhi ruangan sederhana di Masjid Gimpo, Korea Selatan. Di tengah pertemuan komunitas pekerja migran dan mahasiswa Indonesia, Muhaimin hadir bukan hanya dengan senyum ramah, tetapi juga dengan sekotak camilan khas Nusantara. Potongan kecil kue itu seolah menjadi pembuka percakapan besar tentang harapan, peluang, dan keberanian menembus pasar global.

Bagi sebagian orang, langkah Muhaimin mungkin tampak mengejutkan. Wakil Ketua Bidang Organisasi DPP Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indoneisia (HIMKI) itu mamanya sudah lebih dulu dikenal di industri furnitur, khususnya lewat keberhasilan menembus pasar Korea Selatan dengan produk mebel indoor.—sebuah pencapaian yang tidak mudah. Namun, Muhaimin tidak berhenti di sana. Dengan keyakinan bahwa bisnis harus selalu bergerak mengikuti peluang, ia kini melangkah ke dunia kuliner, membawa kue dan makanan ringan Indonesia ke negeri Ginseng.

“Produk kue yang saya buat ini memang masih baru, tapi saya yakin cemilan yang kami produksi akan diminati konsumen,” ujarnya penuh keyakinan. Optimisme itu terbukti, karena produk yang ia perkenalkan mendapat sambutan hangat dari masyarakat Korea Selatan. Rasanya yang otentik menjadi jembatan antara budaya Indonesia dan Korea, seolah membuktikan bahwa lidah tak mengenal batas negara.

Pertemuan di Gimpo itu ia kemas dalam tajuk “Ngaji Bisnis”. Dengan gaya bertutur yang ringan, Muhaimin berbagi pengalaman, juga mendorong para pekerja migran dan mahasiswa Indonesia untuk tidak ragu memulai usaha. Menurutnya, peluang selalu terbuka bagi mereka yang berani mencoba. Kuncinya ada pada keberanian membaca selera pasar dan kemampuan menjalin kerja sama dengan pemasok di tanah air.

“Apabila sudah mengetahui potensi pasar produk yang dibutuhkan, para pekerja migran atau mahasiswa Indonesia di Korea Selatan bisa mencari suplier untuk dijadikan mitra bisnis,” jelasnya. Saran itu terdengar sederhana, namun mengandung pesan penting: jalur perdagangan bisa tercipta jika ada kemauan saling menguatkan.

Ide itu langsung disambut positif oleh peserta. Banyak di antara mereka yang awalnya memandang usaha hanya sebagai tambahan penghasilan, kini mulai melihatnya sebagai bekal berharga ketika kembali ke tanah air. Kehadiran Muhaimin menjadi semacam pemantik semangat, bahwa mimpi berbisnis di luar negeri bukanlah hal mustahil.

Perjalanan panjang Muhaimin di dunia usaha memang penuh warna. Sebelum terjun ke bisnis furnitur, ia lebih dulu meniti karier sebagai bankir di Bank Duta dan Bank Dagang dan Industri. Ia juga pernah bekerja di Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya. Pengalaman itu memperkaya wawasannya, hingga akhirnya ia mendirikan perusahaan sendiri, UD. Smartindo, yang menjadi cikal bakal langkah seriusnya di industri furnitur indoor.

Ada satu kisah yang selalu ia kenang: saat menyelamatkan sebuah pabrik mebel di Malang yang hampir bangkrut. Dengan keberanian melobi pihak bank dan kegigihan mencari solusi, ia berhasil menjaga pabrik itu tetap berdiri. Kepercayaan pun diberikan kepadanya untuk mengelola pabrik tersebut. Dari situlah ia belajar, bahwa bisnis tidak hanya soal untung-rugi, tetapi juga soal keberanian, ketekunan, dan komitmen.

Kini, pelajaran itu ia terapkan di bidang kuliner. Baginya, makanan ringan memiliki potensi pasar yang luas, melintasi batas wilayah maupun budaya. Lewat produk yang sederhana namun sarat makna, ia ingin membuktikan bahwa Indonesia punya kekuatan di pasar global, bukan hanya lewat furnitur, tetapi juga lewat camilan.

Dalam setiap langkahnya, Muhaimin selalu berpegang pada satu prinsip: bisnis harus memberi manfaat. Filosofi ini menuntun keputusannya, termasuk ketika ia menawarkan diri untuk mendampingi siapa saja yang serius ingin memulai usaha. “Saya siap membantu prosesnya sampai selesai,” ujarnya. Ia bahkan sudah menyampaikan gagasan itu kepada Atase Perdagangan di Korea Selatan agar para pekerja migran dan mahasiswa mendapat akses serta pembinaan berkelanjutan.

Di luar dunia bisnis, Muhaimin dikenal sebagai sosok yang gemar travelling dan aktif membagikan pengalaman melalui platform daring, mulai dari www.otwo.co.kr, www.mastideco.co.kr, hingga Instagram @home_sasam. Warna favoritnya adalah cream—kesederhanaan yang seakan mencerminkan filosofi hidupnya. Ia ingin selalu memberi warna lembut namun bermakna bagi orang-orang di sekitarnya.

Dari furnitur hingga camilan, dari Malang hingga Seoul, Muhaimin membuktikan bahwa kerja keras dan semangat pantang menyerah mampu membuka jalan ke mancanegara. Di Seoul, sekotak kue yang ia bawa bukan sekadar suguhan, melainkan simbol keyakinan besar: produk Indonesia bisa dicintai dunia, jika ada keberanian untuk melangkah. (aryodewo)

Leave a Comment