SOLO, PosSore — Di awal tahun 2000-an, dunia digital belum semarak seperti sekarang. Namun, bagi Mas Haryanta, langkah kecil yang diambilnya pada 2002 dengan membuat website justru menjadi kunci utama dalam mengembangkan bisnis furniture dan home decor ke pasar global. Berkat www.banana-furniture.com, ia berhasil menembus ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa, sesuatu yang saat itu masih jarang dilakukan oleh pelaku industri di Solo Raya.

Haryanta, yang akrab disapa Mas Hary, adalah pengusaha di bidang furniture dan home decor dengan bahan baku utama berupa kayu jati, rotan, take road, recycle wood, dan banana leaf, water hyacint dan seagrass
Ia mengelola perusahaan bernama Surya Abadi Furniture yang kini mengekspor 70% produknya ke Amerika Serikat dan sebagian ke Eropa. Dengan kapasitas produksi mencapai 10 kontainer per bulan, perusahaannya kini memiliki sekitar 120 karyawan tetap dan borongan, sementara 60% produksinya berasal dari supplier dengan kontrol kualitas tetap di tangannya.
Perjalanan bisnis Mas Hary bermula setelah menikah. Latar belakang kampungnya yang merupakan sentra industri rotan menjadi inspirasi awalnya. Namun, saat itu ia hanya seorang subkontraktor dengan 6 karyawan yang khusus menganyam rotan untuk eksportir lain.
Perubahan besar terjadi pada tahun 2002, ketika ia memutuskan untuk membangun website sebagai strategi pemasaran. Keputusan itu menjadi titik balik dalam hidupnya. “Saat itu, belum banyak yang memanfaatkan website untuk bisnis, apalagi di Solo Raya. Saya merasa beruntung bisa mengambil langkah lebih awal,” ungkapnya dalam sebuah percakapan pertelepon Rabu (13/2) kemarin.
Bermodalkan Rp1.500.000 untuk pembuatan website, Mas Hary mulai menarik perhatian buyer internasional. Tanpa showroom megah atau pameran mahal, ia berhasil mendapatkan pasar pertamanya di luar negeri. Bahkan, ketika perusahaannya belum memiliki pabrik sendiri, produksi dan finishing dikerjakan di rumah serta di jalanan.
Dalam perjalanan bisnisnya, tantangan datang silih berganti. Salah satunya adalah persaingan ketat dalam mendapatkan bahan baku. Negara-negara seperti Vietnam dan China kerap mengimpor bahan baku dari Indonesia, yang membuat ketersediaannya semakin terbatas.
Selain itu, sistem pembayaran buyer juga mengalami perubahan. Jika dulu buyer selalu membayar DP di awal, kini banyak yang meminta sistem pembayaran 60 – 90 hari . Namun, Mas Hary tidak gentar. Ia menerapkan strategi mitigasi risiko dengan mengasuransikan barang exportnya.
Dengan langkah ini, ia dapat memastikan bahwa setiap transaksi memiliki jaminan pembayaran yang aman. “Asuransi membantu saya menilai apakah buyer memiliki kondisi finansial yang sehat. Jika ada risiko, asuransi yang menanggung,” jelasnya.
Digital Marketing, Kunci Efektivitas
Meski bukan seorang desainer, Mas Hary memiliki strategi bisnis yang unik. Ia kerap berkeliling ke pameran internasional untuk mengamati tren pasar global. Dari sana, ia mengadaptasi desain yang sesuai dengan bahan baku lokal. Dalam pengelolaan bisnis, ia dan istrinya berbagi peran: istrinya menangani keuangan dan pemasaran, sementara ia fokus pada produksi.
Salah satu prinsip yang ia pegang teguh adalah bahwa digital marketing lebih efektif dibandingkan pameran offline. “Mengikuti pameran membutuhkan modal ratusan juta, sementara digital marketing bisa jauh lebih murah dengan hasil yang lebih besar,” katanya.
Lebih menariknya lagi, Mas Hary membuktikan bahwa keterbatasan bahasa bukan penghalang dalam bisnis ekspor. Meskipun tidak fasih berbahasa Inggris, ia tetap mampu membangun jaringan bisnis internasional dengan memanfaatkan strategi digital yang tepat.
Setelah bertahun-tahun beroperasi di bawah nama usaha sederhana, akhirnya pada 2011 Mas Hary resmi menggunakan bendera sendiri untuk ekspor. Kini, ia terus mencari cara agar bisnisnya semakin berkembang, dengan tetap berpegang pada prinsip bahwa “apa yang kita pikirkan hari ini akan berdampak pada diri kita yang akan datang.”
Dari hanya sekadar subkontraktor dengan 6 karyawan, kini Surya Abadi Furniture telah menjadi pemain besar di industri furniture dan home decor. Kisah Mas Haryanta adalah bukti bahwa keberanian berinovasi, terutama dalam memanfaatkan teknologi, bisa menjadi pembuka jalan menuju kesuksesan di pasar global.
Selain itu, pria yang gemar berolahraga ini dipercaya sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Solo Raya. Jabatan ini memberinya kesempatan untuk berkontribusi lebih luas dalam membangun ekosistem industri mebel dan kerajinan di wilayahnya.
Dengan perannya di HIMKI, Hary semakin aktif dalam mendorong kolaborasi antar-pengusaha, mengembangkan inovasi produk, serta memperkuat daya saing industri mebel dan home decor Solo Raya di pasar global. (aryodewo)
