14.2 C
New York
13/10/2025
AktualEkonomi

Wahyu Suparyono: Misi Berat BULOG dan Tantangan Menjaga Stok Pangan Nasional

JAKARTA, PosSore — Sinar matahari mulai condong ke barat di sela-sela gedung tinggi ibu kota ketika Direktur Utama Perum BULOG, Wahyu Suparyono, dengan langkah mantap memasuki ruangan menemui awak media. Ia baru saja menyelesaikan rapat koordinasi terbatas (Rakortas) bersama Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan.

Di tengah tekanan dan tantangan yang membayangi, Wahyu menyampaikan kabar penting kepada wartawan: BULOG siap memenuhi penugasan pemerintah untuk menyerap 3 juta ton beras dalam negeri pada tahun 2025.

“Ini tugas besar, tetapi kami percaya diri bisa melakukannya,” ujarnya tegas, Rabu (22/1). Selama beberapa tahun terakhir, BULOG hanya diberi target penyerapan 2 juta ton. Namun, mulai 15 Januari tahun ini, angka tersebut naik drastis. Wahyu yang baru menjabat sejak 9 September 2024 menyadari betul beratnya tanggung jawab ini. “Karena ini penugasan negara, kita wajib berkomitmen penuh,” tambahnya.

Perjalanan menuju target besar itu tidak akan mudah. Saat ini, stok beras di gudang-gudang BULOG mencapai 1,7 juta ton. Dengan tambahan 3 juta ton, BULOG akan mengelola total 4,7 juta ton beras sepanjang 2025.

“Tentunya ini bukan perkara gampang,” ujar Wahyu. Tantangan tersebut membuat BULOG harus memperkuat sinergi dengan berbagai pihak. Salah satu langkah awal yang telah dilakukan adalah menjalin kemitraan strategis dengan Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi). Tak berhenti di situ, Wahyu juga menekankan pentingnya menggandeng sektor swasta dan mempercepat kerja sama dengan mitra lainnya.

Di sisi lain, Direktur Keuangan Perum BULOG, Iryanto Hutagaol, memaparkan strategi pendanaan yang menjadi kunci sukses dalam menjalankan mandat besar tersebut. Dalam sebuah diskusi di Kantor BULOG, Jakarta Selatan, Iryanto menjelaskan bahwa BULOG selama ini mengandalkan pinjaman perbankan untuk menyerap beras sebelum menerima dana dari pemerintah. Namun, ia menyatakan bahwa skema pendanaan yang lebih terstruktur melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sangat diharapkan.

“Saat ini kami dibantu perbankan, tetapi ke depan kami berharap sebagian dana APBN bisa langsung disalurkan kepada kami,” tutur Iryanto. Berdasarkan perhitungan, BULOG membutuhkan sekitar Rp57 triliun untuk mengelola 4,7 juta ton beras sepanjang 2025. Angka ini muncul dari perkiraan harga Rp12 ribu per kilogram beras. “Ini kebutuhan besar yang memerlukan dukungan penuh dari pemerintah,” jelasnya.

Selama ini, BULOG menggunakan dana internal untuk menyerap dan menyalurkan beras, dengan pendapatan yang diperoleh setelah beras terjual di pasar. Namun, sebagai badan usaha milik negara (BUMN) yang menjalankan fungsi Public Service Obligation (PSO), BULOG kerap menghadapi beban keuangan yang signifikan.

“Kami mengandalkan pendapatan dari penjualan untuk memulihkan biaya operasional, tetapi konsekuensi finansial sebagai PSO tetap harus kami tanggung,” terang Iryanto. Meskipun demikian, ia tetap optimistis bahwa laporan keuangan perusahaan akan tetap sehat. “Secara teknikal, kami pastikan menjaga stabilitas keuangan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku,” tegasnya.

Langkah BULOG dalam menghadapi tantangan besar ini menjadi cermin dari komitmen lembaga tersebut dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Di tengah dinamika pasar dan tantangan logistik yang kompleks, keberanian dan strategi yang matang menjadi bekal utama menuju sukses. (aryodewo)

 

Leave a Comment