JEPARA, (PosSore) — Menjadi Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) di daerah yang terkenal dengan industri kerajinan mebel adalah tanggung jawab yang besar. Tentu saja tantangan ini semakin berat ketika seluruh anggota terdiri dari pengusaha sukses di bidangnya — ketua tak hanya sekadar melaksanakan peran administratif.
Posisi ini membutuhkan komitmen, keterampilan kepemimpinan, dan kemampuan untuk mengelola berbagai kebutuhan anggota organisasi yang sebagian besar adalah pengusaha mapan dan berpengalaman. Dengan latar belakang yang beragam, setiap anggota memiliki ekspektasi tinggi terhadap Ketua DPD yang diharapkan mampu memfasilitasi kemajuan dan kolaborasi di industri mebel.
Keberhasilan seorang ketua tidak hanya dinilai dari program yang dijalankan, tetapi juga dari keefektifan upaya membangun sinergi antara anggota yang memiliki kepentingan bisnis dan strategi yang mungkin berbeda. Tantangan yang dihadapi seorang ketua HIMKI di daerah industri besar seperti Jepara semakin kompleks karena organisasi ini menaungi berbagai pelaku bisnis yang memiliki skala dan jaringan pasar yang luas, baik domestik maupun internasional.
Ketua DPD harus mampu mengakomodasi kebutuhan seluruh anggota, baik dari segi peningkatan produksi, pengembangan desain, maupun strategi pemasaran global. Ia dituntut untuk memahami tren pasar, kebijakan perdagangan, dan inovasi di industri mebel agar bisa memimpin anggotanya menghadapi persaingan global.
Selain itu, ia perlu memiliki kemampuan diplomasi yang baik untuk menjembatani kepentingan yang beragam dan kadang bertolak belakang demi mencapai visi HIMKI dalam menguatkan industri mebel nasional. Alhasil tak hanya menghadapi tantangan eksternal, seorang ketua DPD HIMKI juga harus berperan sebagai mediator dan motivator bagi anggotanya.
Menghadapi pengusaha sukses yang telah terbukti di bidangnya tentu menuntut seorang ketua untuk memiliki wibawa dan kredibilitas yang tinggi agar dipercaya dan didengar. Ketua DPD perlu terus memotivasi anggota untuk terlibat aktif dalam kegiatan organisasi, saling berbagi pengetahuan, serta mendukung pengembangan industri secara menyeluruh. Dalam kondisi seperti ini, kepemimpinan yang inspiratif dan inklusif menjadi kunci, di mana ketua mampu memanfaatkan potensi besar dari setiap anggota untuk kemajuan bersama, dan tidak hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.
Seperti diketahui, Sabtu (26/10) kemarin, HIMKI Jepara Raya menggelar Musyawarah Daerah (Musda) ketiga dengan mengusung tema “Kreativitas Desain: Pilihan atau Keharusan?” Pada Musda kali ini, Hendra Sasmita, pemilik CV Karya Exindo Prima, terpilih sebagai Ketua DPD HIMKI Jepara Raya untuk masa bakti 2024-2027.
Dalam pidato pertamanya, Hendra mengutarakan niatnya untuk membawa perubahan positif bagi industri mebel dan kerajinan di Jepara. “Kami siap menjalankan program-program organisasi dengan kebersamaan. Tugas ini harus kita gotong bersama agar program HIMKI tidak hanya tertuang di atas kertas, tetapi benar-benar terlaksana dengan baik,” tujtur Hendra penuh semangat.
Musda HIMKI Jepara Raya tahun ini bertujuan menyatukan para pelaku industri untuk bertukar ide dan merumuskan strategi inovatif guna menghadapi tantangan global. Hendra menggarisbawahi pentingnya kreativitas desain sebagai kunci keberlanjutan industri mebel dan kerajinan yang kompetitif di tingkat nasional dan internasional.
Potensi Kreatif Jepara
Jepara, yang telah lama dikenal sebagai pusat seni ukir nasional, memiliki potensi besar di sektor mebel dan kerajinan. Sekretaris Jenderal HIMKI, Maskur Zaenuri, menegaskan bahwa Jepara adalah gudangnya kreativitas dan talenta, dengan jumlah anggota industri yang terbanyak di Indonesia. “Jepara adalah satu-satunya sentra industri yang memiliki akar sejarah panjang dalam seni ukir. Kualitas produk ukirannya telah dikenal dunia,” ujar Maskur.
Sejarah panjang seni ukir Jepara sudah dimulai sejak abad ke-16, dan hingga kini tetap menjadi ikon budaya lokal. Salah satu bukti peninggalan bersejarah adalah ornamen ukiran di Masjid Mantingan, yang menjadi saksi perkembangan seni ukir Jepara di masa pemerintahan Ratu Kalinyamat pada 1521-1546.
Dengan lebih dari 400 eksportir mebel yang menembus pasar di 113 negara, Jepara menjadi tujuan utama wisatawan lokal dan mancanegara yang mencari barang kerajinan ukiran. Pemerintah setempat telah membagi sentra-sentra produksi ke beberapa wilayah, termasuk Desa Mulyoharjo untuk ukir patung, Desa Senenan untuk ukir relief, Desa Petekeyan untuk ukir minimalis, dan Desa Blimbingrejo untuk ukir gebyok. Sentra-sentra ini memperkuat posisi Jepara sebagai pusat kerajinan yang dinamis dan berkembang.
Sebagai ketua baru, Hendra Sasmita menyatakan komitmennya untuk terus mengembangkan industri mebel Jepara. Langkah-langkah yang akan diambil mencakup pengembangan desain, peningkatan sumber daya manusia, serta promosi dan pemasaran produk secara berkelanjutan.
“Kami akan berusaha menyesuaikan produk dengan kebutuhan pasar global dan mendukung anggota untuk berdaya saing,” kata Hendra Sasmita. HIMKI juga aktif membantu pengembangan produk dengan berbagai material, seperti rotan dan besi, agar tidak hanya bergantung pada bahan kayu. Langkah ini dilakukan untuk memastikan industri Jepara dapat menghasilkan produk inovatif yang mampu bersaing di pasar internasional.
Musda HIMKI Jepara Raya 2024 menjadi momentum penting bagi industri mebel dan kerajinan Jepara untuk terus berinovasi dan memperkuat daya saingnya di kancah global. Dengan semangat gotong royong dan visi untuk membawa Jepara ke pentas dunia, HIMKI berupaya agar produk-produk mebel dan kerajinan dari kota ini tetap eksis dan berkontribusi pada perekonomian nasional. (aryo)