JEPARA, PosSore – Sebagai organisasi, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong pertumbuhan sektor mebel tanah air. Pada Selasa (1/10) kemarin misalnya, Ketua Umum HIMKI, Abdul Sobur, bersama Sekretaris Jenderal HIMKI, Maskur Zaenuri, serta jajaran pengurus lainnya resmi membuka pelatihan “HIMKI Furniture BootCamp” yang digelar di Palm Beach Hotel, Bandengan, Jepara.
Pelatihan yang berlangsung selama empat hari, dari 1 hingga 4 Oktober 2024, ini bertujuan meningkatkan kompetensi pelaku industri mebel di tanah air. Pada kesempatan tersebut Abdul Sobur menekankan pentingnya acara ini bagi para anggota HIMKI, khususnya dalam meningkatkan kemampuan produksi mebel dan kerajinan.
Ia juga menyoroti kesenjangan antara ekspor mebel Indonesia dan Vietnam, di mana Vietnam mengalami pertumbuhan signifikan sementara ekspor Indonesia justru menurun. “Kita harus memahami dan menerapkan filosofi Monozukuri dari Jepang—fokus pada inovasi, efisiensi, serta semangat menciptakan produk berkualitas unggul,” kata Abdul Sobur pada PosSore usai pembukaan acara.
Monozukuri sendiri merupakan filosofi produksi yang mengedepankan disiplin, ketelitian, dan komitmen untuk terus menyempurnakan proses kerja. Filosofi ini terbukti sukses membawa Jepang menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia, dengan perusahaan seperti Toraya yang mampu bertahan lebih dari 445 tahun melalui penerapan inovasi teknologi yang berkelanjutan.
Sebanyak 37 Industri Kecil dan Menengah (IKM) mebel dari 18 wilayah DPD HIMKI terlibat dalam pelatihan ini. Mereka terdiri dari produsen mebel yang sudah aktif maupun calon IKM yang memiliki potensi untuk berkembang di sektor ini.
Pelatihan ini tak lepas dari kondisi aktual industri mebel Indonesia yang masih menghadapi berbagai tantangan. Abdul Sobur menjelaskan bahwa IKM mebel di berbagai sentra produksi, baik di Jawa maupun luar Jawa, kerap dihadapkan pada masalah klasik seperti keterbatasan modal, kesulitan memperoleh bahan baku berkualitas dengan harga terjangkau, keterbatasan teknologi produksi, serta minimnya sumber daya manusia yang kompeten.
Selain itu, pasar global yang semakin kompetitif memaksa para pelaku industri untuk berinovasi, meningkatkan efisiensi, dan menjaga kualitas produk agar mampu bersaing di tingkat internasional.
Pelatihan “HIMKI Furniture BootCamp” yang diselenggarakan di Jepara ini tentu tidak hanya sekadar agenda rutin, melainkan sebuah upaya strategis untuk memajukan industri mebel dan kerajinan di Indonesia. Menurut Yakub Firdaus, Dewan Pakar Bidang Usaha Kecil Menengah DPP HIMKI, pelatihan ini memiliki tiga tujuan utama yang sangat penting dalam peningkatan kualitas dan daya saing Industri Kecil Menengah (IKM) di bidang mebel.
Tujuan pertama, jelas Yakub, adalah untuk meningkatkan kompetensi teknis peserta. Melalui pelatihan ini, peserta diharapkan dapat menguasai pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang diperlukan, dan mampu bersaing di industri furniture dan kerajinan, khususnya dalam aspek teknik produksi serta standarisasi produk. Ini menjadi modal penting bagi IKM untuk bisa bersaing di pasar yang kian kompetitif.
Tujuan kedua pelatihan adalah mendorong peningkatan kapasitas dan kualitas usaha IKM mebel agar memenuhi standar mutu dan permintaan pasar global. Dengan demikian, produk-produk lokal dapat terus bersaing di pasar ekspor, yang saat ini menjadi fokus utama bagi banyak pelaku industri mebel Indonesia.
Yang ketiga, lanjut Yakub, pelatihan ini juga bertujuan untuk memajukan industri mebel di kawasan-kawasan sentra permebelan. Sebanyak 37 IKM mebel dari 18 wilayah HIMKI, baik di Jawa maupun luar Jawa, menjadi penerima manfaat dari pelatihan ini. Dengan demikian, diharapkan para peserta mampu mengembangkan usaha mereka secara lebih terarah dan berkelanjutan.
Kendala Modal dan Teknologi
Sejauh ini IKM mebel di berbagai daerah masih menghadapi beragam kendala, mulai dari keterbatasan modal kerja hingga teknologi produksi yang tertinggal. Bahan baku yang sulit diakses dengan kualitas baik dan harga terjangkau juga menjadi tantangan tersendiri. Selain itu, masalah sumber daya manusia dengan keahlian manajemen, kewirausahaan, dan teknik produksi yang memadai juga masih menjadi kendala besar.
Meski begitu, HIMKI bersama pemerintah terus berupaya menghadirkan solusi dengan berbagai langkah strategis. Melalui sinergi antara sektor swasta dan pemerintah, diharapkan sektor IKM dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.
Yakub menjelaskan beberapa strategi yang dibahas dalam pelatihan ini, di antaranya adalah pemanfaatan potensi bahan baku yang melimpah di Indonesia. Pemanfaatan ini akan lebih efisien jika dikelola dengan pendekatan terpadu yang mampu memberikan nilai tambah pada bahan baku yang ada.
Selain itu, industri padat karya seperti IKM mebel memiliki potensi besar dalam menyerap tenaga kerja. Oleh karena itu, pelatihan on-the-job yang langsung diterapkan di lapangan akan sangat membantu dalam meningkatkan kompetensi tenaga kerja, baik dari segi manajerial maupun teknis.
Yang tak kalah penting, adalah pemanfaatan teknologi dan inovasi. Teknologi tepat guna yang dikombinasikan dengan kreativitas memungkinkan IKM untuk menghasilkan produk dengan biaya rendah namun tetap berkualitas. Ini menjadi keunggulan kompetitif yang penting di pasar global. (aryo)