3.8 C
New York
03/12/2024
Aktual Ekonomi

Dari IIRC 2024: BULOG Gaungkan Pentingnya Adaptasi dan Inovasi dalam Ketahanan Pangan

DENPASAR, PosSore – Perum BULOG kembali menunjukkan komitmennya terhadap ketahanan pangan dengan menjadi tuan rumah Indonesia International Rice Conference (IIRC) 2024 di Nusa Dua, Bali. Sebagai inisiator konferensi, BULOG mengusung isu ketahanan pangan, khususnya beras, di tengah berbagai tantangan seperti perubahan iklim, gangguan ekonomi, dan ketegangan geopolitik.

Menurut Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan (TKH) BULOG, Sonya Mamoriska, pihaknya menekankan  bahwa tantangan dimaksud memerlukan pendekatan baru yang lebih inovatif. “Ketahanan tidak hanya soal bertahan, tapi tentang kemampuan beradaptasi dengan menerapkan solusi inovatif agar produksi beras tetap berjalan meski dihadapkan pada tantangan global,” katanya.

Ketahanan pangan, khususnya dalam konteks produksi beras, jelas Sonya tidak lagi hanya tentang upaya untuk bertahan dari berbagai tantangan. Saat ini, yang lebih penting adalah bagaimana negara dan pelaku industri pertanian mampu beradaptasi terhadap perubahan kondisi global, mulai dari perubahan iklim, peningkatan populasi, hingga tekanan geopolitik.

Adaptasi ini tentu membutuhkan penerapan strategi yang inovatif agar produksi beras dapat terus berjalan dengan efisien. Inovasi dalam teknologi pertanian adalah salah satu kunci dalam menjaga ketahanan produksi beras. Teknologi seperti irigasi cerdas, bibit unggul, dan pemanfaatan data digital untuk memprediksi cuaca atau kebutuhan lahan dapat membantu petani menghadapi tantangan alam dan meningkatkan produktivitas.

Hanya dengan inovasi memungkinkan produksi tetap berjalan meski kondisi cuaca tidak menentu atau ketika lahan pertanian mengalami degradasi. Selain teknologi, kata Direktur TKH Perum BULOG yang menyelesaikan pendidikan S1 Teknik Komputer dari Boston University di Amerika Serikat, S2 Administrasi Bisnis di Melbourne Business School di Australia, serta merain Doktor Manajemen Stratejik di Universitas Indonesia kebijakan yang mendukung adaptasi dan inovasi juga sangat penting.

Pemerintah, katanya perlu memberikan insentif bagi petani untuk mengadopsi praktik-praktik pertanian yang lebih berkelanjutan, seperti penggunaan pupuk organik, diversifikasi tanaman, atau pengelolaan air yang lebih baik. Dengan begitu, ketahanan pangan tidak hanya berfokus pada kuantitas produksi, tetapi juga kualitas serta keberlanjutannya dalam jangka panjang.

Secara keseluruhan, kata Sonya yang menjabat Direktur TKH sejak 1 Desember 2023 itu ketahanan produksi beras berarti lebih dari sekadar mempertahankan status quo. Ini tentang terus bergerak maju dengan cara-cara baru, yang memungkinkan negara-negara penghasil beras untuk tetap kompetitif dan tangguh menghadapi tekanan global. Adaptasi dan inovasi adalah kunci untuk memastikan bahwa ketahanan pangan bisa terus terjaga di masa depan.

Beras, dalam keterangannya pada PosSore disela acara IIRC 2024 di Bali bukan sekadar komoditas pangan biasa. Ia menjadi makanan pokok bagi lebih dari setengah populasi dunia, termasuk di negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Bagi miliaran orang, beras menjadi sumber energi utama yang menyediakan karbohidrat sebagai kebutuhan harian tubuh manusia. Dengan demikian, beras menjadi bagian tak terpisahkan dari kesejahteraan dan kesehatan masyarakat global.

Selain menyediakan nutrisi, beras juga memainkan peran penting dalam perekonomian. Banyak negara, terutama di Asia Tenggara dan Asia Selatan, mengandalkan sektor pertanian, khususnya produksi beras, sebagai penggerak utama ekonomi. Petani kecil hingga besar, serta rantai pasok yang menghubungkan produsen dan konsumen, terlibat dalam ekosistem ini. Ketergantungan terhadap beras bukan hanya dari sisi konsumsi, tapi juga sebagai mata pencaharian jutaan orang.

Produksi dan distribusi beras tidak hanya mempengaruhi sektor pertanian, tetapi juga sektor-sektor lain seperti industri pengolahan, perdagangan, dan logistik. Banyak negara berkembang menempatkan beras sebagai salah satu prioritas utama dalam kebijakan ekonomi dan sosial mereka karena dampaknya yang sangat luas. Beras menjadi simbol stabilitas ekonomi, terutama bagi negara-negara yang sangat bergantung pada produk ini.

Oleh karena itu, setiap gangguan dalam rantai pasok beras, baik karena faktor iklim, geopolitik, maupun ekonomi, dapat menimbulkan dampak serius. Dalam skala global, menjaga keberlanjutan produksi dan ketersediaan beras menjadi tantangan yang harus dikelola dengan baik, karena beras adalah garis hidup yang menopang jutaan keluarga dan ekonomi banyak negara.

Sonya mengungkapkan, pendekatan tradisional dalam pertanian dan distribusi beras mungkin tidak lagi memadai dalam menghadapi ancaman yang terus berubah. “Untuk menjamin masa depan beras, kita memerlukan solusi yang berkelanjutan, inovatif, dan kolaboratif,” tegasnya.

IIRC 2024 ini memang bukan hanya menjadi forum diskusi, tetapi juga ajang kolaborasi bagi para akademisi, regulator, dan pelaku industri. BULOG berharap hasil dari IIRC 2024 dapat membantu menciptakan strategi baru yang adaptif dan berkelanjutan untuk industri perberasan global.

Seperti diketahui, acara yang berlangsung 19-21 September ini menghadirkan ratusan pelaku industri perberasan dari 16 negara untuk bersama-sama menghadapi tantangan global dalam produksi dan distribusi beras. (aryo)

Leave a Comment