BEKASI, PosSore — Aula KH Noer Alie Islamic Center Bekasi dipenuhi oleh suasana kebahagiaan dan kebanggaan ketika Institut Attaqwa KH Noer Alie (IAN) Bekasi menyelenggarakan wisuda sarjana ke-24. Wisuda IAN kali ini sesunggunya merupakan wisudah pertama bagi IAN karena sebelumnya bentuk lembaga ini masih merupakan Sekolah Tinggi Agama Islam Attaqwa.
Acara ini dihadiri berbagai tokoh penting, termasuk Ketua Yayasan Attaqwa, Dr. KH Irfan Masud Abdullah, Kasubdit Pendis Kemenag, Dr. Imam Buchori, Rektor UIN Sunan Gunung Jati sekaligus Koordinator Kopertais Wilayah II Jawa Barat, Prof. Dr. Rosihan Anwar, dan H. Wikanda Darmawijaya, mantan Bupati Bekasi yang merupakan salah satu pendiri Yayasan Nurul Islam yang menaungi Islamic Center Bekasi.
Dalam pidato ilmiahnya, Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si, CSEE, MCE, mengingatkan para wisudawan untuk senantiasa menjaga integritas dan terus berinovasi di tengah tantangan zaman. “Keberhasilan yang kalian raih hari ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang yang penuh tantangan. Dunia saat ini menuntut lulusan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki komitmen moral yang kuat,” kata Prof Mahmud pada PosSore usai acara Wisuda, Rabu (11/9).
Prof. Mahmud juga menekankan pentingnya peran generasi muda dalam membawa perubahan positif di masyarakat. Ia mengajak para wisudawan untuk tidak berhenti belajar, baik dari pengalaman maupun perkembangan teknologi.
“Teknologi terus berkembang pesat, dan kalian harus bisa memanfaatkannya untuk kebaikan. Jadilah pionir dalam menciptakan solusi yang inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat,” kata pria kelahiran Bekasi 10 April 1962 itu.
Acara wisuda ini tidak hanya dihadiri oleh para anggota Senat Institut Agama Attaqwa, tetapi juga oleh orang tua wisudawan yang turut bangga atas pencapaian putra-putri mereka. Senyuman kebahagiaan dan rasa syukur terpancar di wajah para orang tua yang hadir, melihat buah dari usaha dan kerja keras anak-anak mereka selama menjalani pendidikan.
Selain itu, Prof. Mahmud juga memberikan pesan tentang pentingnya kolaborasi dalam dunia kerja. “Kunci kesuksesan di era saat ini adalah kolaborasi. Jangan pernah merasa cukup dengan apa yang sudah kalian capai, teruslah menjalin kerjasama dengan orang lain untuk meraih hasil yang lebih baik,” tegas Mahmud yang menyelesaikan S2 dan S3 nya dari Universitas Padjajaran Banding tersebut.
Wisuda ke-24 Institut Attaqwa ini menjadi momen istimewa, tidak hanya sebagai perayaan kelulusan, tetapi juga sebagai panggilan bagi para lulusan untuk memulai babak baru dalam kehidupan mereka, di mana mereka diharapkan menjadi agen perubahan yang mampu mengharumkan nama almamater serta membawa manfaat bagi bangsa dan agama.
Problem Solver di Masyarakat
Kasubdis Pengembangan Akademik pada Direktorat Pendis Kemenag, Dr. Imam Buchori, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada masyarakat atas kontribusi mereka dalam dunia pendidikan. Menurutnya, jika pendidikan di Indonesia sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah tanpa dukungan masyarakat, maka pendidikan di negeri ini akan stagnan dan sulit berkembang. Oleh karena itu, ia berpesan kepada para wisudawan dan wisudawati Institut Attaqwa KH Noer Alie (IAN) untuk memiliki nilai tambah saat terjun ke masyarakat dan tidak malah menambah permasalahan.
Dr. Imam Buchori juga menyatakan keyakinannya bahwa lulusan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) seperti IAN seharusnya mampu menjadi lebih baik dibandingkan lulusan perguruan tinggi umum. “Lulusan PTKI harus membawa integritas dan kejujuran sebagai nilai lebih, serta mampu menjaga nama baik almamater,” ujarnya. Ia menekankan bahwa cara berpikir dan bertindak para lulusan PTKI harus selalu berdasarkan pada nilai-nilai Islam.
Selain itu kata Imam Buchori, Institut Attaqwa KH Noer Alie (IAN) merupakan bagian dari Yayasan Attaqwa, sebuah lembaga pendidikan pesantren terbesar di Jawa Barat yang memiliki tradisi keagamaan kuat. Keistimewaan IAN juga terletak pada pendiriannya oleh KH Noer Alie, seorang ulama sekaligus tokoh pergerakan nasional, sehingga kampus ini dikenal sebagai “Kampus Pahlawan Nasional”. Dr. Imam Buchori mengingatkan para lulusan untuk senantiasa menjaga nama besar kampus tersebut.
Pada bagian lain Rektor IAN, Dr. Saiful Bahri Maih, M.Pd., dalam sambutannya menyoroti perjalanan transformasi kampus ini, yang sebelumnya berstatus Sekolah Tinggi Agama Islam Attaqwa (STAI), kini menjadi Institut Attaqwa KH Noer Alie (IAN). Transformasi ini, menurutnya, menuntut banyak perbaikan di berbagai aspek. “Dulu hanya ada dua program studi, sekarang sudah ada lima, termasuk satu program Pascasarjana Pendidikan Agama Islam (PAI),” jelasnya.
Selain itu, Dr. Saiful juga menekankan pentingnya peningkatan fasilitas dan kualitas dosen. “Kalau dulu perpustakaannya kecil, sekarang harus diperluas. Dosen yang dulunya banyak kegiatan di luar, sekarang harus lebih fokus mengajar. Semua aspek harus ditingkatkan, agar IAN tidak hanya berubah nama, tetapi juga kualitasnya juga,” tegasnya.
Unggul, Kompetitif, dan Transformatif
Ketua Yayasan Attaqwa, KH Dr. Irfan Masud Abdullah, menyampaikan harapannya agar Institut Attaqwa KH Noer Alie dapat menjadi perguruan tinggi yang unggul, kompetitif, dan transformatif, sesuai tema wisuda kali ini. Menurutnya, kunci untuk menjadi unggul adalah bersaing secara sehat dan terus bertransformasi menjadi lebih baik.
Irfan juga mengingatkan bahwa Yayasan Attaqwa memiliki modal sosial yang kuat, dengan sekitar 170 lembaga pendidikan mulai dari PAUD hingga Madrasah Aliyah (MA). “Transformasi ini merupakan langkah nyata untuk mewujudkan cita-cita KH Noer Alie. Nama Institut ini semakin memperjelas nilai-nilai perjuangan pendiri yayasan yang bertujuan memulihkan pendidikan masyarakat pasca perang kemerdekaan,” jelasnya.
Sementara itu Rektor UIN Bandung sekaligus Koordinator Kopertais Wilayah Jawa Barat, Prof. Dr. Rosihan Anwar, berpesan agar transformasi IAN tidak hanya sekadar perubahan bentuk, tetapi juga harus substantif. “Inovasi adalah kunci, jika pimpinan perguruan tingginya kurang inovatif, sulit diharapkan perubahan yang berarti, meskipun sudah berganti nama,” katanya.
Ia juga menekankan perlunya perubahan mindset yang lebih progresif, tidak lagi sekadar mengejar kelulusan, tetapi benar-benar memastikan kualitas pendidikan. “Perubahan harus terjadi di seluruh prodi, dengan kurikulum yang selalu ditinjau sesuai kebutuhan masyarakat. Sistem pengajaran pun harus lebih transparan dan terukur, salah satunya dengan menggunakan sistem kredit semester (SKS),” tambahnya.
Prof. Rosihan juga mengingatkan bahwa transformasi membutuhkan pengorbanan dan keterbukaan, termasuk dalam sistem penilaian yang harus mudah diakses oleh mahasiswa melalui platform teknologi seperti SIAG atau Si-Akad.
Dengan semangat transformasi ini, lulusan Institut Attaqwa KH Noer Alie diharapkan menjadi problem solver di masyarakat, membawa nilai-nilai kejujuran, integritas, serta siap bersaing secara kompetitif.
Acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh anggota Senat Attaqwa KH Noer Alie Bekasi, Dr H Aca Syathybie, MA mengiringi langkah para wisudawan menuju masa depan yang gemilang. (aryo)