Man maata, faata. Tapi ini tidak berlaku buat orang yang berilmu dan punya karya.
Contohnya, KH Muhajirin Amsar, pendiri pondok pesantren Annida Al Islami. Meski sudah tiada, beliau tetap dihormati dan dikenang.
Karena beliau punya karya monumental, yakni pesantren Annida Al Islami.
Siang ini, dalam memperingati haulnya di Pesantren Annida, DR. KH. Muhammad Aiz, salah satu putra beliau membacakan manakib sang ayah.
Menariknya, Kiyai Aiz memaparkan sisi lainnya kehidupan kiyai. Rupanya selain pendidik dan penulis kitab sang ayah juga seorang pencinta peni.
Menurut Aiz, sisi lain Kiyai Muhammad Muhajirin memiliki peran di bidang seni. Ia menciptakan lagu. Ummi Hanna binti KH Abdurrahman Shodri, isteri beliau, menyanyikannya.
“Jadi beliau membuat beberapa lyrik lalu dilagukan ummi Hannah,” kata Aiz lagi.
Jadi, selain menggeluti dan mendalami dunia ilmu, lalu menulis beberapa judul kitab yang sampai kini masih dibaca banyak orang, rupanya dua lagu karya beliau sampai saat ini dikumandangkan di Annida.
Keduanya yakni Mars Annida dan Himne Marhalah masih dihafal dan dilagukan.
KH Muhammad Muhajirin adalah salah satu tokoh Kota Bekasi. Semasa mudanya beliau mendalami Ilmu di Jakarta dan beberapa kota lain, kemudian ke Makkah, lalu mengabdikan ilmunya di Bekasi sampai akhir hayat
Kini peninggalan beliau berupa pondok dan beberapa kitab karya beliau menjadikannya akan terus diingat, dikenang. Tidak mungkin akan terlupakan.