JAKARTA (Pos Sore) — Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, memberikan apresiasi kepada para perempuan yang telah berani bersuara atas kekerasan yang menimpa mereka, keluarga terdekat, maupun yang ditemui di lingkungannya.
Menurut Menteri PPPA, dengan perempuan berani bersuara, maka dapat memutus rantai kekerasan terhadap perempuan dan anak yang hingga kini masih terjadi di Indonesia.
Perempuan berperan penting dalam sebuah perubahan. Agar perempuan bisa bebas dari bias, stereotype dan diskriminasi. Sehingga perempuan mampu menciptakan kehidupan yang beragam, atau menghargai perbedaan.
Namun, hal ini membutuhkan banyak perjuangan. Karena data dan fakta menunjukkan perempuan dan anak masih mengalami diskriminasi, marginalisasi, dan bahkan kekerasan.
Salah satu perjuangan yang dapat dilakukan, yaitu perempuan dapat menyuarakan kekerasan yang dialami atau ditemuinya.
Demikian disampaikan Menteri PPPA, pada acara Penghargaan Perempuan Berani Bersuara dan Launching Jingle “SAPA 129”, Rabu, 23 Maret 2022, secara hybrid.
Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) 2021, menunjukkan prevalensi kekerasan fisik dan/atau seksual terhadap perempuan usia 15-64 tahun oleh pasangan dan selain pasangan, menurun 7,3% dalam kurun waktu 5 tahun.
Namun, masih terjadi peningkatan prevalensi kekerasan seksual dalam setahun terakhir dari 4,7% pada 2016 menjadi 5,2% pada 2021.
Sedangkan, Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2021 menunjukkan prevalensi anak usia 13-17 tahun yang pernah mengalami satu jenis kekerasan atau lebih di sepanjang hidupnya menurun.
Dengan rincian menurun sebesar 21,7% bagi anak perempuan, dan 28,31% bagi anak laki-laki dalam kurun waktu 3 tahun.
Kekerasan masih lebih banyak dialami oleh anak perempuan dibandingkan anak laki-laki.
Untuk mewujudkan perlindungan dan pemenuhan hak perempuan dan anak, KemenPPPA tidak bisa bekerja sendiri.
Dibutuhkan dukungan dari semua pihak (penthahelix). Mulai dari pemerintah di tingkat pusat dan daerah, akademisi, dunia usaha, hingga lembaga masyarakat.
“Dukungan ini dapat berperan untuk saling bersinergi dan berkolaborasi untuk mendukung pemenuhan hak dan perlindungan bagi perempuan dan anak,” ujar Menteri PPPA.
Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan, Ratna Susianawati, mengatakan, untuk mengurai berbagai permasalahan perempuan dan anak, dibutuhkan langkah–langkah yang konkrit, terarah.
Juga membutuhkan peran serta seluruh pihak. Mulai dari pemerintah hingga kelompok masyarakat untuk bersama-sama memberikan perlindungan, kenyamanan, dan keamanan bagi perempuan dan anak.
KemenPPPA telah melakukan berbagai upaya untuk mendukung pelaksanaan kebijakan pengarusutamaan gender (PUG) di setiap kegiatan dan memainstreamkannya pada kementerian/lembaga di pusat dan perangkat daerah di provinsi, hingga kabupaten/kota.
Kemen PPPA juga telah mengkampanyekan “Dare to speak” yang sudah digaungkan sejak 2021 hingga saat ini.
“Tujuannya, untuk mendorong perempuan berani bersuara baik menyuarakan hak-haknya maupun menyuarakan perlindungan perempuan di lingkungannya,” ujar Ratna.
Pada kesempatan ini, KemenPPPA memberikan penghargaan kepada perempuan– perempuan yang telah berani bersuara.
Di antaranya Dara Ayu Nugroho Putri. Sosok yang berani bersuara melawan kekerasan seksual di lingkungan kampus.
Ia juga memberikan edukasi untuk berani bersuara melawan kekerasan seksual melalui komunitas gender talk.
Selain itu, Badriah A Taleb, yang telah bangkit dan bersuara melawan kekerasan dalam rumah tangga.
Ia juga aktif sebagai ketua kelompok relawan perempuan “Bedah Besari” di Aceh yang menyuarakan pencegahan kekerasan terhadap perempuan.
Ada Niya Musa, yang telah melaporkan dan memperjuangkan keadilan bagi anaknya yang mengalami kekerasan seksual.
Berikutnya Mumu, yang juga telah melaporkan dan memperjuangkan keadilan bagi anaknya yang mengalami kekerasan seksual.
Pada acara yang sama, KemenPPPA juga melaunching jingle SAPA 129 sebagai bentuk kampanye dan salah satu upaya agar SAPA 129 dapat tersosialisasikan kepada masyarakat hingga ke seluruh pelosok Indonesia.
Ratna berharap agar layanan SAPA 129 ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh perempuan dan anak yang memerlukan penanganan secara cepat dan memberikan kemudahan serta rasa aman bagi korban.
SAPA 129 adalah layanan Sahabat Perempuan dan Anak berupa Call Center 24 jam.
Memberikan akses bagi seluruh rakyat Indonesia untuk melaporkan langsung kejadian kekerasan terhadap perempuan dan anak yang dialami maupun ditemui.
Masyarakat dapat melaporkan kekerasan seksual melalui Call Center 129, dan WhatsApp 08111-129-129.