JAKARTA (Pos Sore) — Di masa pandemi Covid-19, banyak ibu yang mengalami tekanan dan kecemasan. Terutama dari segi finansial, kesehatan dan peran ganda ibu dalam mengurus rumah tangga, serta perkembangan anak.
Menyikapi persoalan ini Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia melalui Sahabat Bunda Generasi Maju (SBGM) pun membagi tipsnya melalui webinar “Mengelola Emosi Positif Bunda dalam Pengasuhan si Kecil”, Rabu, 22 Desember 2021. Kegiatan ini juga dalam rangka memperingati Hari Ibu.
Webinar ini menjadi wadah edukasi, konsultasi, dan berbagi antar para Bunda bersamaan dengan para narasumber ahli. Juga untuk memberikan apresiasi bagi para Bunda yang telah gigih mengemban peran ganda dalam mengasuh anak dan mengurus segala pekerjaan rumah tangga selama ini.
Head of Careline & Communities Danone SN Indonesia, Flora Pramasari mengatakan, sangat memahami peran ibu sangat penting untuk anak dan keluarga. Danone meyakini, pengasuhan yang sehat agar anak dapat tumbuh menjadi generasi maju harus dimulai dari Ibu yang sehat juga secara mental.
Karena itu, pihaknya berharap melalui webinar ini terbentuk juga kerekatan antara SBGM dan Bunda dalam berbagai layanan Call Center SBGM yang hadir selama 24 jam.
SBGM berperan mendampingi ibu di sepanjang masa penting perjalanan mereka. Seorang ibu yang selalu mendukung si Kecil menjadi anak generasi Maju. Termasuk pada periode 1000 hari pertama kehidupan.
Pada 2021 ini SBGM telah mendampingi lebih dari 200,000 orang tua di seluruh Indonesia dengan menjawab pertanyaan mereka mengenai nutrisi, produk dan tumbuh kembang si Kecil.
SBGM saat ini berjumlah lebih dari 60 orang, dengan latar belakang yang berasal dari pendidikan gizi, kebidanan, keperawatan dan kesehatan.
Dilla Dinda, perwakilan SBGM Danone SN Indonesia dengan background pendidikan gizi, mengungkapkan banyak Bunda yang berkonsultasi padanya.
Terutama mengenai bagaimana sebaiknya pengasuhan anak yang dapat diterapkan sementara Bunda harus membagi perhatian dan pikirannya untuk hal lain juga.
Karena itu, ia pun senang dengan diadakannya webinar tersebut. Ia pun berkesempatan memberikan edukasi kepada para Bunda.
Terlebih ia juga tidak sendiri. Bersama dengan psikolog klinis anak dan keluarga, berbagai topik permasalahan mental yang dihadapi Bunda, bisa terjawab maksimal.
Psikolog Klinis Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani, mengatakan, umumnya para Bunda kerap dihadapi permasalahan ekonomi dan kesulitan dalam menangani pengasuhan.
Belum lagi kegiatan sekolah anak dari rumah selama hampir 2 tahun ini yang cukup menguras emosi.
“Kondisi ini jika tidak dikelola dengan baik dapat berdampak buruk bagi kesejahteraan mental ibu, seperti munculnya gejala depresi dan kecemasan,” tuturnya.
Pada dasarnya, kata Anna, semua jenis emosi ada manfaatnya dan boleh dialami secara wajar. Stres (eustress) dibutuhkan untuk membuat kita lebih bersemangat.
“Namun jika stress berlebihan, Bunda bisa rugikan anak, diri sendiri dan seluruh keluarga,” terangnya.
Perlu diketahui bahwa kondisi tubuh terkait erat dengan kondisi psikis, sehatkan tubuh untuk sehatkan fisik.
“Kuasai cara tenangkan diri, lakukan kebiasaan baik , jika masalah terus berlanjut maka konsultasikanla kepada ahli,” sarannya.
Tidak melulu masalah rumah tangga. Faktor internal lain seperti, toxic positivity juga sangat mempengaruhi kondisi mental ibu.
Ini adalah kondisi untuk selalu berpikir dan bersikap positif. Dalam hal ini, ibu dituntut untuk terlihat sebagai sosok yang selalu bahagia dan memancarkan emosi positif.
“Sedangkan, Ibu yang berkeluh kesah karena kelelahan mengasuh anak kerap dipermalukan. Tidak sedikit yang terkadang menyalahkan,” ungkapnya.
Selain itu, faktor sandwich generation yang dialami ibu dalam mengasuh orang tua mereka beserta anak di waktu yang bersamaan juga sangat mempengaruhi.
“Kesadaran akan kesehatan mental ibu masih minim. Faktor lingkungan dan budaya turut mempengaruhi, sehingga ibu kerap kali mengabaikannya,” jelasnya.
Dukungan emosional dari lingkungan sekitar, khususnya keluarga di rumah sangat diperlukan ibu untuk menghadapi masa pandemi.
“Terlebih agar ibu tidak merasa sendirian dan tetap semangat untuk mengasuh si Kecil menjadi anak generasi maju,” tambah Anna Surti Ariani.