-0.1 C
New York
03/12/2024
Aktual Nasional Tekno

Inovasi Pengolah Sampah Hejotekno – Pindad Raih SNI, BSN Ajak Peserta IQE 2021 Melihat Lebih Dekat

JAKARTA (Pos Sore) — Bergelut dengan sampah? Apa yang bisa didapatkan dari tumpukan sampah yang menggunung? Selain bau yang tidak sedap, dan bisa memunculkan penyakit, juga tidak ada barang yang bisa lagi dimanfaatkan dengan baik. Namanya juga sampah, sesuatu yang harus dibuang.

Namun, justru karena sampahlah, Betha Kurniawan, mampu menciptakan alat inovatif yang sangat bermanfaat. Tidak saja bagi dirinya, tetapi juga masyarakat. Kemirisannya melihat tumpukan sampah, akhirnya terciptalah produk pengolah sampah incinerator merk StungtaXPindad Smokeless Incinerator. Produk pemusnah sampah dengan teknologi tanpa asap.

Ada embel-embel Pindad karena Betha yang kini Direktur Utama PT. TOP TEKNO INDO (Hejotekno), bekerjasama dengan PT Pindad. Pindad dan Hejotekno memulai kerja sama produksi Stungta lewat penandatanganan MOU pada 26 Juli 2020. Kerja sama terkait produksi bersama, kegiatan sertifikasi, dan kegiatan bisnis lainnya.

Produk tersebut bertujuan untuk menjadi pengolah residu sampah, yakni sisa pemilihan sampah yang tidak bisa dimanfaatkan kembali. Incinerator buatan Hejotekno ini berfungsi sebagai mesin pembakar sampah dengan mengubah umpan sampah menjadi bottom (abu), gas buang, partikulat, dan panas yang bertujuan untuk mengurangi volume sampah.

Ini adalah teknologi tepat guna untuk minimasi masalah sampah dengan sistem yang dikembangkan berupa Sistem Tungku & Treatment Air sehingga sangat efisien dalam penggunaan bahan bakar. Incinerator buatannya ini tidak menghasilkan asap dan zat berbahaya lainnya karena sudah melalui pembakaran sempurna (double burner), filter, dan treatment asap.

Dengan kata lain, Stungta diklaim sebagai incinerator ramah lingkungan dengan tidak menghasilkan asap dan zat berbahaya lain karena sudah melewati pembakaran double burner, filter, dan treatment asap.

Bisa dibilang, Incinerator tersebut solusi dalam mengatasi persoalan sampah. Sistem tungkunya diklaim efisien dalam penggunaan bahan bakar. Pembakaran sampah dapat dilakukan terus-menerus karena tidak menggunakan sistem buka tutup pintu ruang bakar. Tidak seperti produk incinerator lain yang mengharuskan burner dipadamkan dulu sebelum memasukkan sampah baru.

Temperatur pembakaran Stungta berkisar 800-1.200 derajat Celcius yang diklaim dapat memusnahkan seluruh jenis sampah kering dan basah. Hasil pembakaran dominasi hingga tersisa 5 persen dari volume awal sampah. Stungta juga memiliki desain kompak, ukuran kecil, dan gampang dipindahkan karena memiliki sumber listrik mandiri.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berkesempatan meresmikan Stungta X Pindad tersebut pada 4 September 2020. Pihaknya, sudah menggunakan produk pengolah sampah buatan Hejotekno – Pindad itu.

Jadi, kalau ada 100 persen sampah, 10 sampai 20 persennya oleh Bank Sampah dikelola menjadi uang, 40 sampai 50 persennya didaur ulang menjadi pupuk dan sebagainya. Sisanya yang tidak ada value recycle sama sekali, masuk ke mesin ini.

Raih SNI Pertama di Indonesia untuk Insinerator
Hebatnya, pada 10 Februari 2021, produk Incinerator ini meraih sertifikat SNI atau Standar Nasional Indonesia. Adanya SNI ini membuat konsumen semakin percaya akan produk yang dihasilkannya. Dan, ini adalah SNI pertama di Indonesia untuk insinerator.

“Karena ini adalah SNI pertama di Indonesia untuk insinerator maka menjadi tantangan di mana tidak ada sampling atau contoh maupun parameter untuk kami dapat melihat apa yang dilakukan orang-orang sebelumnya,” terang Betha.

Keberhasilan Hejotekno meraih SNI inilah mendorong Badan Standarisasi Nasional (BSN), Kamis (4/11/2021), mengajak para peserta pameran Indonesia Quality Expo (IQE) ke-9 Tahun 2021 untuk melihat lebih dekat bagaimana Hejotekno memproduksi produk pengolah sampah itu. Lokasi produksinya, di PT Pindad, Bandung, Jawa Barat.

Dalam kesempatan itu, Betha Kurniawan menjelaskan, usaha membuat alat pengolah sampah tersebut memang dilatarbelakangi oleh kemirisannya terhadap lingkungan. Saat itu yang kemudian didukung oleh Gerakan Hejo dan saat itu menjadi Hejotekno.

“Team teknologi dan para teknokrat yang mengembangkan riset terkait dengan masalah lingkungan yang muncul pada saat itu sampai dengan saat ini adalah masalah limbah sampah domestik maupun sampah industri. Kami melakukan riset mulai dari Pulau Jawa, Sumatera lalu ke Bali, NTB, NTT,”ujar Betha kepada possore.com.

Setelah melakukan riset tersebut, permasalahannya sama bahwa lingkungan sangat bermasalah dengan sampah. Ia lantas membuat suatu inovasi solusi terhadap masalah tersebut.

Sekretaris Utama BSN, Nasrudin Irawan (kiri) dan Direktur PT Pindad, Wijil Jadmiko Budi (kanan) saat memberikan keterangan di sela kunjungan ke PT Pindad.

Menurutnya, krisis penanganan sampah membutuhkan peran serta masyarakat. Perlu juga menumbuhkan kembali nilai-nilai sosial budaya dalam pengelolaan sampah sejak dari sumber untuk mengantisipasi permasalahan lingkungan tersebut, yang tentu saja dibantu sentuhan teknologi.

Saat itu, ia membangun mesin insinerator dan mesin Water Treatment Plant (WTP). Dengan berhasilnya membangun 2 mesin ini, akhirnya melatarbelakanginya untuk membuat usaha yang memunculkan sebuah inovasi insinerator yang dinamakan STUNGTA.

Kata STUNGTA sendiri mengadaptasi dari kata gaul anak muda Bandung yaitu kata “Geus Tangtu” yang artinya “Sudah Pasti” dan diadopsi oleh HEJOTEKNO menjadi akronim dari Sistem Tungku & Treatment Air.

Bagi Betha, di tengah keraguan masyarakat akan tungku yang menjadi masalah bagi lingkungan, maka teknologi produk insinerator merupakan inovasi teknologi yang tidak merusak lingkungan sehingga aman untuk bisa diaplikasikan.

Untuk menjamin insinerator tersebut aman, maka SNI menjadi penting. “Setelah dibimbing BSN kami berhasil meraih SNI 8423:2017 Incinerator,” ujarnya.

Diakuinya, meraih SNI cukup memberikan tantangan tersendiri bagi Hejotekno mengingat belum ada parameter dari orang-orang yang sebelumnya yang mungkin menciptakan alat pengolah sampah yang sejenis.

“Kami menjadi pembuka jalan. Saat itu dari BSN menerjunkan 2 sampai 3 orang pembimbing. Ahamdulillah tidak pernah surut semangatnya untuk membimbing kami. Tantangan itu berhasil kami lewati dengan menjadi yang perdana sampai akhirnya Indonesia memiliki Incinerator yang ber-SNI yaitu StungtaXPindad,” tambahnya.


Jelas suatu pencapaian yang membanggakan sekaligus membahagiakan. Terlebih, Hejotekno juga bisa dibilang “pemain baru” mengingat perusahaan ini berdiri pada 2018. Setelah mendapatkan SNI banyak kemudahan yang didapatkan. Produknya juga semakin tepercaya sehingga menjadikan produk pengolah sampah buatannya memiliki nilai lebih. Tersebar di Danau Toba, Kabupaten Purwakarta, Kota Cimahi, Kota Medan, dan banyak lagi.

“Dengan logo SNI tersebut sudah menstandarisasi produk kami dan semuanya sudah berbasiskan dengan standar apa yang dibakumutukan. Kami juga lebih percaya diri, lebih tersistematis dan lebih terdokumentasi,” ungkap Betha.

Keberhasilannya itu lantas mendorong dirinya membuat program terkait dengan pengelolaan sampah berbasis hulu atau di sumber masalah sampah yang dinamakan program KAMISAMA. Di dalamnya ada teknologi pengangkut sampah untuk memudahkan tukang sampah yaitu motor listrik dengan brand StungtaXGeli.

Hejotekno sendiri berdiri pada 2018 atas besutan dari Gerakan Hejo, Eka Santoso sebagai pemimpin Gerakan Hejo yang mendelegasikan secara pribadi untuk melakukan riset terkait sampah, limbah, dan lain sebagainya. Lalu pada Februari 2019 Hejotekno siap terjun ke dunia usaha untuk melakukan bisnis di bidang lingkungan dengan nama PT. Top Tekno Indo.

BSN Apresiasi Incinerator ber-SNI
Sekretaris Utama BSN, Nasrudin Irawan, dalam kesempatan yang sama, menyatakan dukungannya terhadap inovasi yang dilakukan Hejotekno. Apalagi kemudian meraih SNI.

“BSN memiliki program pembinaan fasilitasi SNI kepada UKM. Dan salah satu binaan BSN di Jawa Barat adalah Hejotekno yang berhasil meraih SNI Insinerator. Dengan adanya industri yang menerapkan SNI ini maka permasalahan lingkungan dapat teratasi dengan mengedepankan teknologi inovasi yang ramah lingkungan,” papar Nasrudin.

Melalui penerapan SNI, BSN mendorong agar pengelolaan sampah di Indonesia dapat terkelola dengan baik dan memberikan solusi masalah sampah dan limbah dengan tidak menimbulkan efek negatif dari pola-pola yang dilakukan oleh manusia terkait dengan sampah dan limbah. Tidak hanya itu, tapi pengelolaan sampah juga butuh keterlibatan semua pihak termasuk masyarakat.

Selain Hejotekno, tercatat terdapat 1 industri lain yang telah menerapkan SNI incinerator. Untuk itu, Nasrudin mendorong pelaku usaha lain untuk dapat menerapkan SNI incinerator guna menjadikan Indonesia sehat dan bersih. (tety)

Leave a Comment