14 C
New York
27/10/2024
Kesra

Cegah Stunting di NTT, UI dan PII Gelar Program “Bergizi dari Bumi Kami”

LABUAN BAJO (Pos Sore) — Enam dosen dari multidisplin ilmu — Program Studi Humas, Program Pendidikan Vokasi, dan Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, yang tergabung dalam Tim Pengabdian Masyarakat UI, telah tuntas menggelar program “Bergizi dari Bumi Kami” di Kantor Bupati, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (26/10/2021)

Dalam laporannya, program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat setempat mengenai bahan pangan bergizi yang dapat dengan mudah diperoleh di NTT, serta cara pengolahan yang baik agar kandungan gizi terjaga.

Kegiatan ini mendapat dukungan PT Penjamin Infrastruktur Indonesia (PT PII). Ada dua kegiatan dalam program tersebut yaitu Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Pola Konsumsi Masyarakat” yang diadakan pada 3 September 2021 dan Program Workshop Memasak Makanan Bergizi yang diadakan pada 26 Oktober 2021.

Untuk program workshop diikuti 25 perwakilan kader Posyandu dan orang tua dari balita stunting dari 4 Desa/Kelurahan — Desa Gorontalo, Kelurahan Waekelambu, Kelurahan Labuan Bajo dan Desa Batu Cermin. Workshop ini sekaligus menutup rangkaian kegiatan program “Bergizi dari Bumi Kami”.

Agung Waluyo, Ph.D, Direktur Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPM) Universitas Indonesia, mengatakan, Program Bergizi dari Bumi Kami untuk mencegah peningkatan angka stunting. Selain itu, untuk membentuk duta gizi Labuan Bajo dengan melibatkan masyarakat lokal dan menyejahterakan masyarakat setempat.

“Kami bersyukur kolaborasi pengabdian masyarakat dalam bentuk CSR PT PII dan UI sudah dalam tahap pelaksanaan. Kami berharap peserta dapat menjadi duta dan kader yang proaktif untuk mencegah peningkatan angka stunting. Kolaborasi ini wujud komitmen UI dan PT PII untuk mendukung upaya pemerintah Kabupaten Manggarai Barat untuk mengurangi angka stunting,” katanya.

Direktur Utama PT PII Muhammad Wahid Sutopo, mengatakan, program ini sebagai bentuk kepedulian pada masyarakat di sekitar proyek infrastruktur. Melalui program bersama ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan mendukung program pemerintah untuk menurunkan angka stunting sebagai wujud langkah-langkah peningkatan kesehatan dan kualitas SDM Labuan Bajo dan NTT pada umumnya.

“Kami yakin dengan gizi yang cukup, akan muncul kader-kader anak bangsa di Labuan Bajo yang berprestasi dan kreatif sehingga mampu melalui pariwisata menjadi masyarakat yang sejahtera,” lanjut Sutopo.


Fransiskus S Sodo, Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai Barat, mengakui, masalah stunting cukup besar di NTT, termasuk Manggarai Barat. Angkanya mencapai 15.1% dari jumlah balita yang diukur. Pihaknya menargetkan angka stunting turun ke 10% pada tahun depan.

Menurutnya, kehadiran PT PII dan UI dalam program pengabdian bersama bagian yang utuh dari proses penekanan angka stunting tersebut karena langsung mengedukasi kader dan para orang tua balita. Bagaimana pun, penekanan stunting tidak dapat hanya dilakukan oleh satu pihak, namun perlu kolaborasi antar berbagai pihak termausk akademisi dan BUMN.

“Saya berharap kolaborasi ini menjadi kolaborasi yang kuat dan berkelanjutan untuk mewujudkan Indonesia yang sehat dan menghasilkan generasi terbaik untuk masa depan,” kata Fransiskus.

Pijar Suciati S.Sos., M.Si, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat yang juga Dosen Program Studi Hubungan Masyarakat, Program Pendidikan Vokasi UI, menjelaskan, stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan fisik maupun otak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Anak stunting akan lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.

“Penyebab stunting adalah rendahnya akses terhadap makanan bergizi, kurangnya asupan vitamin dan mineral dan minim dalam konsumsi sumber protein hewani dalam jangka panjang. Maka, edukasi yang diberikan adalah workshop memasak makanan bergizi bagi orangtua dari anak yang mengalami stunting,” katanya.

Pada workshop memasak juga disampaikan tentang nilai kandungan gizi serta tips cara masak yang baik sesuai standar Perilaku Hidup Bersih & Sehat (PHBS) seperti proses mencuci tangan dan bahan makanan sebelum dimasak serta.

Tim juga memberikan materi edukasi berupa video untuk 6 resep masakan bergizi — Tahu Kukus Daun Kelor, Bola-Bola Ikan Tongkol/Tuna, Tumis Teri Daun Kelor, Bubur Jakeca (Jagung, Kelor, Cakalang), dan Agar-agar Kelapa Muda Gula Aren, serta kalender edukatif.

“Pemilihan jenis pangan tersebut didasarkan pada FGD yang telah dilakukan pada Sepember lalu tentang pola konsumsi masyarakat. Dalam materi edukasi terdapat resep, kandungan gizi dan cara memasak yang baik. Kami memilihkan resep yang mudah tetapi padat gizi yaitu mengandung protein, karbohidrat maupun serat yang seimbang untuk menjadi menu sehari-hari,” jelasnya.

Harapannya dengan pengetahuan yang baik, masyarakat dapat mengoptimalkan sumber pangan yang ada sehingga anak-anak dapat tumbuh sesuai dengan tahapan perkembangan yang seharusnya. (tety)

Leave a Comment