Possore.com — Tim Polda Metro Jaya berhasil menangkap tiga pelaku penembakan Arman, seorang para normal yang sebelumnya disebut sebut sebagai seorang ustad karena menjadi ketua majelis taklim. Penangkapan terjadi di kawasan hutan di wilayah Bogor, Jawa Barat.
Arman merupakan warga Kelurahan Kunciran, Kecamatan Pinang, Kabupaten Tangerang yang ditembak orang tak dikenal pada Sabtu dua pekan lalu (18/9) sekitar pukul 18.30 WIB. Dia dinyatakan meninggal dunia beberapa jam setelah dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Polda Metro Jaya menetapkan empat orang sebagai tersangka penembakan Armand. Namun salah satunya, pria bernama Yadi (Y), masih buron. Oleh karena itu polisi memerintahkan pelaku untuk segera menyerahkan diri. Selain Yadi, tiga tersangka lain, yakni Matum (M), Kusnadi (K), dan Saripudin (S).
“Yang pertama berhasil diamankan adalah saudara M, dia ini adalah yang menginisiasi kejadian ini. Dia aktor intelektualnya. Hari Kamis (23/9) lalu kita amankan di daerah Serang, Banten, saat yang bersangkutan di rumah makan,” ungkap Yusri.
Polda Metro Jaya mengungkapkan motif di balik penembakan yang berujung kematian Armand ini adalah dendam lama, Yaitu dendam kesumat seorang suami bernama Matum karena istrinya disetubuhi korban ketika memasang susuk sekitar 11 tahun lalu.
“Rasa dendam ini karena ada dugaan kejadian sekitar tahun 2010 lalu. Saat itu istri dari tersangka M berobat ke korban. Memasang susuk pada saat itu. Tetapi yang terjadi adalah korban menyetubuhi (istri pelaku),” beber Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Yusri Yunus saat menggelar konferensi pers pengungkapan kasus pembunuhan Armand, Selasa (28/9).
“Dari mana tahunya? Ada sms (pesan singkat) yang bocor kepada tersangka M ini,” kata Yusri.
Diketahui sekitar dua tahun lalu (2019) M meminta istrinya mengaku saat itu. Tapi saat M dan istrinya menunaikan haji barulah istrinya mengaku bahwa betul kejadian (disetubuhi).
Menurut Yusri, korban merayu istri pelaku sehingga terjadi persetubuhan.
Terkait status korban yang sebelumnya disebut sebagai ustad, polisi secara khusus memberi keterangan, bahwa korban tewas ditembak dalam kapasitasnya sebagai paranormal. Korban memang dikenal warga sekitar sebagai ustaz setelah menjadi ketua majelis taklim.
‘’Peristiwa pembunuhan ini tidak terkait predikatnya dalam kapasitas ustaz, karena memang bukan ustaz. Jadi …, dipanggil ustaz oleh lingkungan sekitarnya, adalah ketika dia menjadi ketua majelis taklim saja,” kata Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Tubagus Ade Hidayat kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Selasa (28/9)
Kepastian mengenai latar belakang korban ini didapat polisi dari keterangan saksi. Selain itu, polisi menemukan barang bukti di rumah korban.
“Dia tidak mengajarkan ngaji, tidak mengajarkan ilmu agama, tidak mengajarkan ini. Latar belakang ini menjadi sangat penting bagi arah penyelidikan selanjutnya. Kalau memang ternyata kita pastikan bahwa yang bersangkutan adalah paranormal. Dari para saksi yang sudah diperiksa satu yang pernah berobat di sana. Yang kedua dari barang bukti yang ditemukan di rumah korban. Apa saja itu? Daftar buku tamu dengan berbagai macam keperluannya. Artinya, si orang ini melayani itu,” ujar Tubagus. (lya)