-0.1 C
New York
02/12/2024
Aktual Kesra Pendidikan

APPTI Perkuat Jaringan Penerbitan Menuju Pasar Global

YOGYAKARTA (Pos Sore) — Afiliansi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI) mendorong agar penerbitan buku dapat semakin bermutu, murah, dan merata dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai wujud untuk mendukung industri penerbitan buku secara nasional dan global serta meningkatkan budaya membaca di Indonesia.

“APPTI akan mendorong industri penerbitan, khususnya university press agar dapat menerbitkan buku yang semakin mudah dijangkau oleh masyarakat,” ucap Ketua Umum Afiliansi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia (APPTI), Purnomo Ananto, pada saat Musyawarah Kerja Nasional APPTI 2020, di Kota Yogyakarta, DI Yogyakarta, (11/11/2020).

Mukernas dengan tema “Memperkuat Jaringan Penerbitan Berkualitas dan Efisien menuju Pasar Global” ini juga membahas kesadaran atas hak cipta. Purnomo menambahkan sadar hak cipta ini dapat memberikan sokongan lebih agar industri penerbitan terus tumbuh untuk mewujudkan cita-cita nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

“Sudah saatnya kita terus mengkampanyekan sadar hak cipta, untuk keberlangsungan industri penerbitan dan elemen didalamnya, termasuk penulis,” ujar Purnomo yang juga Direktur Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) ini.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen Dikti Kemdikbud), Prof. Nizam mendukung atas pengembangan industri penerbitan ini, terutama dalam memacu penerbit perguruan tinggi atau university press agar dapat menghasilkan buku yang berkualitas namun tetap murah dan dapat didistribusikan ke seluruh Indonesia.

“Sudah seharusnya penerbit perguruan tinggi memacu akselerasinya untuk menghasilkan buku yang berkualitas juga murah agar bisa dirasakan seluruh masyarakat Indonesia,” ucap Prof Nizam saat menjadi pembicara utama di acara mukernas tersebut.

Prof Nizam juga menambahkan, Indonesia bersumber dari beragam wilayah, budaya, dan bahasa sehingga banyak sekali ide kreatif yang muncul untuk menciptakan buku yang berkualitas. “Indonesia secara geografis, budaya, bahasa, sangat kaya, ini akan memperkaya ide kreatif dalam menulis,” tambah Prof Nizam.

Berkembangnya teknologi saat ini juga memberikan ruang bahwa penerbitan buku tidak harus selalu dicetak. Buku digital saat ini menjadi produk penerbitan yang tidak bisa dihindari.

Hal ini senada dengan pernyataan Kepala UI Publishing, Ayuda bahwa masa depan penerbitan ini ada di digital. “Era digital ini tidak dapat dihindari termasuk penerbitan buku, masa depan ada di digital,” jelas Ayuda.

Meski demikian, masih banyak tantangan yang akan dihadapi oleh buku digital. Salah satunya adalah rentan akan disalin atau dibajak secara digital.

Ayuda menjelaskan, kini dari UI Publishing melakukan kerja sama dengan media atau platform digital yang mampu memberikan jaminan produknya aman dari pembajakan.

“Kami di UI Publishing telah bekerja sama dengan platform digital yang menjaga agar buku digital ini aman dari pembajakan, tidak bisa dicopy, meski menggunakan printscreen,” jelas Ayuda.

UI Publishing ini berharap, APPTI ke depannya dapat memberikan wadah pasar bagi penerbit perguruan tinggi, sehingga memperkuat industri penerbitan itu sendiri yang akan berdampak pada kemandirian kampus dalam menghasilkan buku yang berkualitas.

“Ke depan, semoga APPTI bisa memberikan wadah pasar bersama, untuk memasarkan produk dari university press ini,” tambah Ayoda.

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Kemdikbud, Maman Fathurohman juga memberikan pandangan yang sama, bahwa sudah seharusnya university press ini turut menyumbangkan pemasukan bagi kampusnya. Terutama bagi perguruan tinggi negeri yang dapat menjadi elemen Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

“University press harus independen, bahkan sudah sewajarnya menjadi sektor profit bagi perguruan tinggi, ini menjadi PNBP bagi perguruan tinggi itu sendiri,” jelas Maman.

Maman juga menjelaskan, bagi industri penerbitan, kini tidak hanya bicara tentang penjualan buku, namun juga berkaitan dengan intellectual property atau kekayaan intelektual sehingga hak cipta dari buku itu sendiri dapat dijamin secara hukum.

“Produk penerbitan itu tidak hanya buku, namun juga intellectual property yang harus dilakukan oleh industri tersebut,” jelas Maman. Puskurbuk sendiri mendukung apa yang akan dilakukan oleh APPTI dalam membangun jaringan penerbitan menuju pasar global.

Maman menjelaskan ada tiga strategi yang mendukung hal tersebut, yang dapat mendorong industri penerbitan yang lebih baik.

Tiga strategi yang dimaksud yaitu membangun regulasi dengan ekosistem persaingan yang sehat, membentuk Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia bagi penerbit, serta melakukan akreditasi dan sertifikasi kepada lembaga yang menaungi penerbitan. (tety)

Leave a Comment