-0.1 C
New York
02/12/2024
Aktual Pendidikan

Saat Humas Menghadapi Perkembangan Media yang  Terus Berubah

POSSORE – Masih banyak orang menganggap pekerjaan humas itu hanya membuat press rilis untuk disiarkan kepada media, mengatur jadwal yang harus dikerjakan seorang atasan dan sejenisnya. Padahal sesungguhnya pekerjaan humas itu memegang posisi kunci karena dia harus membangun citra positif lembaganya.

Posisi humas khususnya pada badan publik seperti lembaga pendidikan, saat ini menjadi sangat penting dan strategis menyusul lahirnya UU No. 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP), dimana pekerjaan humas tidak hanya melayani pers atau media tetapi juga permohonan informasi langsung dari masyarakat

Pendapat tersebut dikemukakan Dr Bagus Sudarmato dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan Humas Politeknik Negeri Jakarta (PNJ) Minggu (4/10) kemarin.  Bagus Sudarmanto menyampaikan materi berjudul Menjaga dan Meneguhkan Reputasi Melalui Kehumasan di Era Digital.

Bagus menyarankan organisasi humas saat ini perlu mereorganisasi dirinya agar tidak tertinggal menyusul adanya perubahan manajemen informasi yang dihasilkan media digital yang real time, interactive, mobile, hypertext, dan multi platform.

Banyak orang menganggap pekerjaan humas itu hanya membuat press rilis untuk disiarkan kepada media, mengatur jadwal yang harus dikerjakan seorang atasan dan sejenisnya. Padahal sesungguhnya pekerjaan humas itu memegang posisi kunci karena dia harus membangun citra positif lembaganya  ….

Untuk mencapai reputasi organisasi, kata Dosen Pascasarjana Komunikasi di sejumlah kampus itu, diperlukan identitas dan citra organisasi yang tercermin pada nilai-nilai dan filosofi, penampilan fisik, pelayanan internal dan eksternal, media komunikasi serta pola interaksi.

Indikator penilaian tingkat reputasi tersebut, tutur mantan Pemimpin Redaksi Harian Terbit (Pos Kota Group) itu, sangat ditentukan oleh daya saing dalam waktu tertentu, mempertahankan staf berkualitas, konsistensi dukungan publik melalui WOM (gethok tular) dan keberpihakan publik saat ada masalah.

Implementasi transformasi kehumasan di era digital, jelas dosen Pascasarjada di Univeritas Indonesia ini memang cukup berat. Paling tidak, ada 5 strategi Humas Digital menurut para ahli, yaitu (1) mengubah strategi konten dari one to many menjadi many to many, melalui keterhubungan digital, (2) utamakan pesan pada connected consumer di semua kategori secara personalitas.

Syarat ketiga yaitu  (3) menunjukkan keaslian, keselarasan dan tanggungjawab sosial dengan yang diyakini konsumen, (4) membuat konsumen mudan menemukan Anda, dimana pun mereka dengan Internet on Transmission (IoT), dan (5) KISS (Keep It Short and Simple) dengan membuat kalimat berita/siaran pers secara singkat dan sederhana.

Masih kata penasihat redaksi PosSore.com ini, ada juga 3 pilar Humas Digital yang harus ditegakkan. Pertama, dalam dunia tersaturasi oleh produksi konten, konten menarik adalah pilihan satu-satunya. Konten untuk brand/citra lembaga menuntut kreativitas. Kedua, buat konten menjadi menarik, jika tidak ada yang melihat? SEO (Search Engine Optimization) harus bekerja untuk meningkatkan lalu lintas web dengan memperbaiki visibilitas mesin pencari.

Dan (ketiga), melalui media sosial, humas digital dapat digunakan untuk mencapai target, mengembangkan audiens, ekspresikan brand dan membangun pengaruh.

“Untuk implementasi kehumasan tersebut, sangat diperlukan konstruksi digitalisasi kehumasan. Humas sebagai organisasi harus melakukan transformasi newsroom  dengan konten/data yang terkonvergensi dan media yang multi platform secara digital.

Bagus juga mejelskan sumberdaya manusia (SDM) yang dimiliki humas haruslah mampu untuk digital native multitasking dan selalu update teknologi. Kesemuanya itu akan melahirkan prosumer dari media sosial seperti blogger, vlogger, influencer, youtuber, maupun buzzer yang dapat memberikan amplifikasi (penguatan) pada publik/stakeholder.

Sementara, Kamsul Hasan, M.H, Ketua Komisi Kompetensi PWI Pusat yang menjadi pembicara berikutnya menguraikan ciri-ciri humas yang kompeten antara lain  (1) mampu membuat erencanaan kegiatan kehumasan, baik internal maupun eksternal, (2) mampu menganalisis pemberitaan dan opini terkait instansinya, (3) mampu mempersiapkan bahan siaran pers yang memiliki nilai berita.

Ciri ke (4) mampu menyiapkan jumpa pers dengan sarana dan prasarananya serta mendokumentasikan, dan (5) mampu mendampingi pimpinan saat jumpa pers ataupun doorstop/wawancara cegat dengan data teknis dan terinci yang tidak dikecualikan,

Ciri lain dari humas yang kompeten misalnya  mampu dan paham membedakan produk jurnalistik dan media sosial untuk menhyelesaikan sengketa, baik melalui prosedur Hak Jawab, Hak Koreksi, Mediasi di Dewan Pers dan membuat Laporan Pengaduan di Kepolisian karena konten yang merugikan instansinya.

Memiliki memiliki jaringan, baik dalam bentuk surel, telepon, dan lainnya dengan perusahaan pers, redaksi atau reporter, bahkan blogger yang biasa meliput kegiatan, juga mampu membaca kecenderungan masyarakat/media dari Google Trends atau berbagai sumber lainnya, serta mampu mengelola berbagai saluran media sosial merupakan ciri lain bagi humas yang kompeten. (aryo)

Leave a Comment