JAKARTA (Pos Sore) – Berbahaya. Selain kualitasnya yang tidak meningkat alias begitu-begitu saja, kampanye Pemilu (Pileg) 2014 yang sudah berlangsung sejak hampir dua pekan lalu, kini diwarnai dengan munculnya kampanye hitam (black campaign). Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan, Joko Widodo alias Jokowi, diisukan mau dibunuh. Serunya, isu Jokowi rentan terbunuh ini juga diyakini seorang kader PDI Perjuangan, Deni Iskandar.
Isu ini bergulir begitu saja. Tak jelas, apakah di belakang isu ini ada Parpol peserta pemilu yang bermain. Namun kalau tidak diwaspadai,, bisa berakibat runyam. Pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan munculnya isu ini bisa saja membalas dengan memunculkan isu lain yang juga bisa merugikan PDI Perjuangan maupun Jokowi. Akibatnya, saling serang dan saling melancarkan kampanye hitam jelas akan merugikan seluruh rakyat.
Isu Jokowi mau dibunuh apabila tetap akan dicalonkan sebagai presiden pada Pilpres tahun ini, bermula dari info yang dilontarkan seseorang yang mengaku mendengarnya dari seorang intelijen independen. Isu ini kemudian dilansir sebuah media online yang layak dipercaya. Isu yang sama kembali dikutip pada penayangan Senin lalu (24/3).
Menurut sumber yang dikutip media tersebut, dirinya sudah sejak lima bulan lalu mendengar kabar jika Jokowi tetap dicapreskan maka Jokowi bisa dibunuh atau minimal dibikin cacat seumur hidup.
Namun jauh sebelumnya, Sebastian Salang, seorang aktivis demokrasi dan antikorupsi, Agustus tahun lalu juga pernah melontarkan bahwa Jokowi rentan dibunuh lawan-lawan politiknya yang haus kekuasaan, menjelang Pemilu.
Biasa. Terhadap isu politik ada pihak yang percaya, ada yang tidak. Bagi yang tidak percaya, isu itu dianggap sebagai rumor sekadar hiburan selingan di tengah kepenatan para caleg berlomba mengumpulkan suara sebanyak-banyaknya. Bagi yang percaya, isu ini memancing munculnya analisis, praduga-praduga, lalu mengkategorikannya sebagai isu yang tak bisa dianggap enteng.
Andi Syahputra, pemerhati politik yang juga Direktur Eksekutif Goverment Watch (Gowa), berpendapat ancaman pembunuhan terhadap Jokowi itu merupakan rumor saja. ‘’Bisa saja hal itu memang sengaja dihembuskan oleh kalangan intern partai PDIP,atau mereka yang pendukung Jokowi,’’ ulasnya kepada Pos Sore.
Sementara Arbi Sanit, justru sebaliknya. Pengamat politik senior dari Universitas Indonesia ini meyakinkan bahwa niat aksi pembunuhan terhadap Jokowi itu memang ada. Arbi mendasarkan argumennya, bahwa fakta-fakta aksi pembunuhan terhadap lawan politik itu juga sebenarnya sudah ada sejak lama, zaman lalu.
Kepada Pos Sore, Arbi mengatakan, bisa saja teror itu dilakukan oleh lawan politik Jokowi yang terorganisir atau bisa saja spontanitas. Namun ia menghindar untuk mereka-reka. (baca: Cara-cara Paling Busuk).
Asumsi atau Praduga Lemah
Paling tidak — sekali lagi – paling tidak, ada tiga asumsi yang dapat ditarik dari isu bahwa Jokowi akan dibunuh atau dibuat cacat apabila tetap akan dicapreskan.
Pertama, info Jokowi mau dibunuh atau dibuat cacat itu benar. Berarti, memang ada pihak yang mau menggagalkan agar Jokowi tak jadi calon presiden. Jokowi mau dibunuh karena popularitas atau tingkat elektabilitasnya (keterpilihannya) cenderung terus meninggi, meninggalkan yang lain. Ini berarti rencana pembunuhan itu dirancang lawan-lawan politik Jokowi.
Tapi, tentu saja, asumsi atau praduga ini tak logis, karena sangat mudah ditebak orang. Orang dengan mudah menebak, siapa lawan politik utama Jokowi. Bahkan hal ini hanya akan memunculkan anti pati dari rakyat terhadap lawan politik Jokowi dan secara politis sangat merugikan. Potensi suara yang akan diraih pada Pileg dan Pilpres tahun ini bakal lari ke partai atau calon lain.
Kedua, info ini benar dan sengaja dirancang oleh pihak ketiga, dengan tujuan menciptakan keos (chaos), lalu menarik keuntungan dari keadaan yang tercipta.
Asumsi ini nampaknya lebih dipercaya Haryanto Taslam, seorang politisi senior dariGerindra. Pihak ketiga,kata HaryantoTaslam yang akrab dipanggilHartas itu, bisa saja main kiri-kanan, dan ini bisa mencelakakan Prabowo selaku ‘’lawan’’ utama Jokowi dalam Pilpres. Tapi bisa juga mencelakakan kubu Jokowi
Bagaimana pun lanjut Hartas, segala kemungkinan bisa terjadi, orang yang tidak senang dengan Prabowo bisa melakukan serangan untuk mengkambinghitamkan Prabowo.
Namun asumsi kedua ini, pun rasanya sulit diterima. Kultur politik yang berkembang diIndonesia selama ini tak seperti di sejumlah negeri lain, sebut saja beberapa negeri di Timur Tengah, bahkan Amerika sekali pun. Lagi pula, alasan agar negeri ini dibuat chaos juga belum ada. Bandingkan keadaan sekarang dengan keadaan menjelang jatuhnya rezim Orde Baru di penghujung tahun 1990-an lalu.
Ketiga, info bahwa Jokowi mau dibunuh atau dibuat cacat seumur hidup, tidak benar. Tapi sengaja ditiupkan melalui cara-cara tertentu, menggunakan pihak lain, demi terus mengatrol popularitas Jokowi agar semakin menjulang,dengan tujuan kemenangan mutlak PDIP atau Capres PDIP nanti. Hal ini bisa saja dilakukan kalangan Projo (pro Jokowi) baik yang ada di dalam PDIP maupun yang berada di luar PDIP.
Namun asumsi ini nyata-nyata ditolak oleh kader PDI Perjuangan. Deni Iskandar salah satu kader Partai Moncong Putih, melihat, isu ancaman pembunuhan terhadao Jokowi ini tak lepas dari tensi politik yang semakin meningkat menjelang pemilu legislatif dan pemilu presiden. Isu yang beredar itu dia nilai wajar. “ Tapi tak mungkin munculnya dari internal kami,”kata Deni yang saat ini mewnjabat Wakil Sekertaris di Dewan Pengurus Daerah DKI PDI Perjuangan.
Tapi apa pun, menurut Deni, nyawa Jokowi memang demikian terancam karena dia orang terbuka di masyarakat. Dia ingin selalu dekat dengan rakyat. Jokowi tidak seperti tokoh atau pejabat lain yang selalu mendapat pengawalan ketat bila pergi kemana-mana. Karakternya memang begitu. “Ancaman itu ada, kemana-mana dia pergi selalu terbuka, tidak ada pengawalan,”ujarDeni.
Seperti di Lampung beberapa hari lalu, setelah kampanye, Jokowi sempat pergi ke sebuah pasar untuk membeli sesuatu tanpa pendapat pengawalan. Jika begini terus kata Deni, sama saja mereka atau PDIP menyerahkan nyawa Jokowi kepada pembunuh. “Pada hal , kan kita harus mengamankan Jokowi dari segala kemungkinan ancaman yang bisa terjadi,”imbuhnya.
Dalam kaitan ini Deni Iskandar mengingatkan semua struktur partai menyadari kemungkinan dan peluang Jokowi bisa terbunuh. Jokowi kata dia jangan lagi dibawa kesana kemari, termasuk hari kerjanya sebagai gubernur.
Melodramatik
Barangkali, menarik juga menyimak analisis pengamat politik dari Universitas Indonesia, Agung Suprio. Iamengatakan, munculnya isu bahwa Jokowi mau dibunuh dinilainya sengaja ditiupkan dalam tema besar melodramatik yang ujungnya untuk meningkatkan popularitas mantan Walikota Solo tersebut.
“Sayangnya kampanye Jokowi miskin program. Yang ditampilkan adalah sosoknya yang sederhana. Sangat melodramatik. Kampanye yang menguras perasaan tapi mengesampingkan akal sehat,” ujar Agung kepada Tribunnews.com, Senin (24/3).
Agung mengatakan, munculnya isu Jokowi bakal dibunuh atau dibuat cacat, bersamaan dengan munculnya figur baru yang disebut-sebut sudah didekati parpol lain untuk maju dalam pemilu 2014. “Apalagi di saat yang sama muncul figur baru, yaitu Abraham Samad. Yang punya pesona kuat dengan penekanan pada pemberantasan korupsi dan clean goverment dari pada Jokowi,” imbuhnya.
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, sudah membidik kemungkinan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk diajak menjadi bakal calon wakil presiden mendampinginya. Namun sejauh ini, memang belum ada kata pasti.
Prabowo adalah figur utama di Partai Gerindra dan sejak jauh-jauh hari sudah dideklarasikan sebagai calon presiden. Motto Gerindra adalah: Gerindra menang, Prabowo presiden.
Dalam banyak hasil survey oleh berbagai lembaga survey, electoral atau tingkat keterpilihan Prabowo selalu berada di bawah Jokowi. Namun jika terhadap figure-figur lain yang sering disebut sebagai bakal capres selalu terbuka kemungkinan akan berubah menjadi calon wakil presiden — seperti Hatta Rajasa, Aburizal Bakrie, Jusuf Kalla, Mahfud MD dan sejumlah nama lain di konvensi Partai Demokrat – maka terhadap Prabowo tak ada kemungkinan itu.
Artinya, nama-nama tersebut bisa saja kemudian berebutan untuk menjadi calon wakil presiden mendampingi Jokowi. Sementara Prabowo tak mungkin jadi calon wakil presiden. Prabowo dapatdisebut pesaing utama Jokowi di dalam Pilpres beberapa bulan mendatang. (lya/jun/dus)