7.7 C
New York
28/10/2024
Aktual

Meninjau Peternakan Ayam dan Pengolahan Rajungan, LPDB KUMKM Siap Salurkan Dana Bergulir

LAMPUNG (Pos Sore) — Direktur Utama Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) mengunjungi sentra peternakan ayam petelur, yang berada di Bangunrejo, Lampung Tengah. Peternakan yang dikelola Abi Farm yang berdiri pada 2018 ini akan memperluas kandang ayam dalam satu blok yang dapat menampung peternakan ayam 60 anggotanya.

Penanggung jawab peternakan ayam Abi Farm, Muhammad Tahrir, menyebutkan, untuk memperluas kandang ayam dibutuhkan dana sekitar Rp5 miliar. Dengan perhitungan satu kandang yang mampu menampung 3313 ekor ayam ini menghabiskan dana sebesar Rp600 juta. Dengan perluasan kandang ini diharapkan mampu menampung 30 ribu ekor ayam.

Mendengar hal ini, Braman Setyo mengatakan, LPDB siap mencover kebutuhan dana ini. Namun, dananya tidak bisa langsung dikasih ke peternak, melainkan disalurkan kepada KSPPS BTM BiMU yaitu Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah Baitut Tamwil Muhammadiyah Bina Masyarakat Utama mengingat para peternak ayam tersebut anggota dari Koperasi BiMU.

“LPDB siap mengcover dana pembuatan kandang ayam yang mencapai Rp5 miliar itu karena di usaha peternakan ayam ini menerapkan model pemberdayaan para peternak sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan para peternak,” kata Braman, di Lampung Tengah, yang dalam kesempatan ini turut mendampingi Staf Khusus Menkop dan UKM Agus Santoso, Direktur Pengembangan Usaha LPDB-KUMKM Iman Pribadi, dan Direktur Bisnis LPDB-KUMKM Krisdianto.

Setelah perluasan kandang ini selesai yang diisi juga dengan ternak ayam, nantinya para peternak diajak untuk ikut berinvestasi berapapun jumlah dana yang akan diinvestasikannya. Model pemberdayaan seperti ini, menurut Braman, sangat menarik karena tidak hanya memikirkan dari segi ekonomi, tetapi juga dari segi sosialnya.

“Model pemberdayaan semacam ini bisa menjadi role model untuk diterapkan di provinsi lain. Karena beternak ayam anggota Koperasi juga bisa melakukan kegiatan pertanian lainnya seperti bertani, berkebun sehingga mendapatkan income tambahan,” tutur Braman.

Braman menambahkan pada dasarnya LPDB siap memberikan bantuan dana bergulir kepada Koperasi hingga Rp50 miliar sekalipun. Yang penting, calon mitra sudah memperhitungkan mitigasi resiko atas usaha yang dijalankan.

LPDB juga mengunjungi PT Siger Jaya Abadi yang berlokasi di Desa Serdang, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Tengah. Perusahaan ini memproduksi olahan rajungan dalam kemasan kaleng yang diekspor ke berbagai negara. Sebanyak 90 persen produk rajungan diekspor ke Amerika Serikat, sisanya ke Eropa, China, Taiwan, Singapura, dan Malaysia.

Perusahaan ini mendapatkan pasokan rajungan dari para nelayan yang menjadi anggota KSPPS BTM BiMU. Para nelayan ini mengambil rajungan yang sudah ditentukan titik lokasinya. Ada yang di Bangka Belitung, Palembang dan Lampung.

Untuk memudahkan aktifitas para nelayan, BiMU memberikan pinjaman yang nanti dibayar setelah panen. Persoalannya, para nelayan ini akan mendapatkan hasil jerih payahnya menangkap rajungan setelah produk diekspor, dan BiMU selama 2 tahun ini sudah menggelontorkan dana sebesar Rp2 miliar.

Setelah melihat lebih dekat bagaimana proses rajungan dikemas dalam kalengan di Siger, LPDB siap membiayai para nelayan yang nilainya bisa dua kali lipat dari yang BiMU keluarkan. Mengapa LPDB berani menggulirkan dana sebesar itu karena produk rajungan ini sangat menjanjikan. Pasar ekspornya juga jelas. Standar mutunya pun terjamin.

“Tapi dana ini tidak langsung disetor ke para nelayan tetapi melalui Koperasi atau two step loan, pinjaman melalui pihak kedua. Kapan disalurkan menunggu evaluasi lebih lanjut,” katanya seraya menambahkan hal tersebut sejalan dengan arahan Menteri Koperasi dan UKM yang menginginkan koperasi dan para anggotanya lebih berdaya saing.

Tak hanya itu, LPDB juga siap menggulirkan dana bantuan kepada perusahaan budidaya ikan patin untuk diekspor ke Belanda. Sebenarnya Belanda mendapatkan pasokan ikan patin dari China dan Taiwan, namun belakangan ini karena sesuatu (kasus Corona) hal pasokan ikan patin tersebut mulai berkurang sehingga Belanda pun melirik Indonesia.

“Usaha ini juga menjanjikan. Pasar ekspornya ada yaitu Belanda. Pasarnya terbuka untuk Indonesia. Kami mempelajari berapa kebutuhan dananya yang akan disalurkan ke koperasi BiMU dengan sistem two step loan,” jelas Braman.

Braman memaparkan untuk pembudidayaan ikan patin ini, membutuhkan modal yang cukup besar mengingat luas lahan pembudidayaan mencapai 40 hektar yang 1 hakternya membutuhkan biaya sekitar Rp1,2 miliar. Jadi, setelah mendapatkan penjelasan dari pemilik pembudidayaan ikan patin, Rimbawan, yang menemui LPDB di perusahaan Siger, Braman pun menyatakan siap membantu. (tety)

Leave a Comment