14 C
New York
13/10/2025
Opini

KEIKHLASAN DAN URGENSI NIAT DALAM AMAL SHALEH

Oleh : Mimi Jamilah Mahya, MA.IRK

Firman Allah SWT : Dan mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan menurnikan dien (agama) kepadanya lagi bersikap lurus. (QS Al Bayyinah : 5).

Tujuan hidup seorang mukmin tak lain hanyalah untuk beribadah, menyembah Allah SWT, dengan menjalankan segala macam ajaran agama yang diperintahkan oleh Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Memurnikan tujuan dalam ibadah dan Taqarrub kepada Allah dari segala hal yang mengotorinya, dan menjadikan Allah satu-satunya tujuan dalam menjalankan ketaatan merupakan inti dari pada keikhlasan. Karena itu Ikhlas merupakan syarat diterimanya amal shaleh yang kita lakukan disisi Allah.

Abu Umamah meriwayatkan seseorang telah menemui Rasulullah saw dan bertanya : “bagaimana pendapatmu tenteng seseorang yang berperang untuk mendapatkan upah dan pujian? Apakah ia mendapat pahala? Rasulullah menjawab ia tidak mendapatkan apa-apa. Orang tadi mengulangi pertanyaannya tiga kali, dan Rasulullah pun tetap menjawab, “ia tidak mendapatkan apa-apa”. Lalu bersabda : Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amal, kecuali jika dikerjakan murni karena-Nya dan mengharap wajah-Nya.

Kisah ini mengingatkan kita tentang betapa pentingnya nilai sebuat niat, motif, maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari sebuah amal shaleh.

Dalam Hadits lain Rasulullah SAW juga pernah menyampaikan sebuah hadits penting lain yang lebih khusus berbicara tentang niat.

Makna Hadits : Diriwayatkan dari Amirul Mukminin Abu Hafsh Umar bin Khattab ra ia berkata : Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat, dan setiap orang hanya memperoleh apa yang ia niatkan. Barang siapa yng hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang ditujunya atau kerena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang dihijrahkannya.

Hadits ini sangat penting dan menjadi salah satu prinsip dasar agama. Hadits ini juga menjadi poros dimana hukum islam bermuara. Para ulama mengungkapkan beberapa pendapat mengenai pentingnya hadits tersebut. Imam Abu Daud berkata : Hadits ini setengah dari pada agama Islam, karena agama pada dasarnya. Tertumpu pada dua hal : yaitu zahir atau amal lahiriyah, dan batin atau niat. Sedangkan Imam Ahmad dan Imam Syafi’i berkata : “Sepertiga ilmu masuk kedalam Hadits ini, karena perbuatan manusia meliputi tiga hal, yaitu hatinya, lisannya dan anggota badannya. Sedangkan niat dalam hati merupakan salah satu dari ketiga hal tersebut”.

Niat bukanlah sekedar ungkapan nawaitu, niat adalah dorngan hati atau kehendaka hati untuk melakukan sesuatu untuk mencapai apa yang diinginkannya. Niat yang baik merupakan hidayah dan anugerah dari Allah swt yang ia bukakan kepada hambanya yang ia kehendaki. Karena itu terkadang ia mudah untuk dicapai dan terkadang sulit. Orang yang lebih memperhatikan urusan agamanya akan diberikan kemudahan untuk menghadirkan niat untuk berbuat baik. Sebaliknya orang yang hatinya lebih mementingkan urusan dunia saja akan mendapat kesulitan besar untuk mencapainya. Bakan untuk menghadirkan niat baik dalam melakukan ibadah wajib pun ia harus bersusah payah.

Syarah (penjelasan) Hadits

  • “Hanyasanya segala amal perbuatan tergantung niat” artinya Baik atau tidaknya setiap amal shaleh yang dilakukan sesuai dengan sunnah sangat tergantung kepada kebaikan niatnya. Yang dimaksud dengan amal-amal disini adalah amal ibadah mahdhah dan amal ibadah ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah amal ibadah yang disyariatkan oleh agama seperti shalat, puasa, zakat atau sedekah, haji dan umrah, membaca al Qur’an, berzikir, shalat sunnah dan puasa sunnah dan sebagainya. Adapun ibadah ghairu mahdhah adalah amal yang sifatnya mubah. Seperti tidur, makan, minum, berhubungan suami, mengurus rumah dan sebagainya. Perbuatan atau mal mubah seperti ini akan akan bernilai ibadah dan mendapatkan pahala disisi Allah bila disertai dengan niat mencari keridhoan Allah. Tapi jika tidak diringi dengan niat yang baik makan perbuatan tersebut tidak akan bernilai apa-apa. Niat adalah adala sebuah dorongan hati untuk melakukan sebuah amal. Niat juga dapat diartikan sebagai motiv, tujuan atau kehendak yang ingin dicapai seseorang dalam merealisasikan sebuah amal atau perbuatan.

Adapun mengenai ibadah mahdhah yang disyariatkan didalam agama, maka para ulama menjadikan niat sebagai salah satu rukun, dan syarat sahnya / diterimanya sebuah amal ibadah. Karena itu hampir setiap kitab fikih yang membahas tentang urusan ibadah pasti menyebutkan niat sebagai syarat utama.

Niat biasanya dilakukan pada saat hendak melakukan satu ibadah. Dalam shalat misalnya dilakukan ketika hendak melakukan takbiratul Ihram, dalam haji ketika hendak berihram, sedang dalam puasa cukup berniat sebelum terbit fajar. Tempat niat ada didalam hati dan tidak disyaratkan untuk diucapkan, namun bisa saja diucapkan untuk membantu hati menghadirkan niat. Didalam niat tersebut, ditentukan juga secara jelas apa yang diniatkan dan dibedakan dengan perbuatan lainnya, seperti niat shalat zuhur tidak cukup dengan niat shalat saja, melainkan harus diniatkan dengan jelas bahwa shalat yang dilakukan adalah shalat zuhur. Hal ini untuk membedakan dengan shalat yang lainnya.

 

  • Dan kalimat : “Dan seseorang itu akan mendapatkan apa yang ia niatkan” artinya seseorang itu akan mendapatkan pahala atau balasan amalnya, tergantung kepada kebaikan niatnya. Dalam hal ini amal shaleh bisa menjadi amal yang sia-sia karena niat yang salah, dan amal atau perbuatan yang mubah akan menjadi sebuah amal iabadah karena kebaikan niatnya. Begitupun halnya dengan shalat kita, ia akan bernilai pahala disisi Allah jika diniatkan untuk mencari keridoannya, namun shalat kita juga bisa menjadi kemaksiatan jika diniatkan untuk menddapatkan pujian orang lain. Karena riya’ merupakan perbuatan syirik kecil yang tidak disukai Allah. Dan tidur kita akan bernilai ibadah kalau kita niatkan untuk ibadah, menghilangkan rasa lelah agar kita lebih semangat melanjutkan iabadah.

 

  • Kalimat : “Barangsiapa niat hijrahnya kepada Allah dan Rasulnya, hijrahnya pun kepada Allah dan Rasulnya. Barangsiapa niat hijrahnya kepada dunia yang diinginkannya, atau wanita yang akan dinikahnya, hijrahnya pun untuk apa yang ia niatkan”. Ini adalah sebagai contoh dari kaedah diatas dimana amal yang sama yang dilakukan oleh sekelompok orang tetapi memiliki hasil yang berbeda dikarenakan bedanya niat, maksud dan tujuan yang ingin dicapainya. Contoh yang diilustrasikan oleh Rasulullah ini menjadi menjadi sebab turunnya hadits tentang niat ini.

Diriw ayatkan oleh Thabrani dalam Mu’jam Kabirnya dengan rangkaian rawi yang dapat dipercaya dari Ibnu Mas’ud ia berkata : Diantara kami ada seorang laki-laki yang melamar seorang wanita yang dipanggil dengan nama Ummu Qais, namun wanita itu menolaknya kecali jika laki-laki itu berhijrah ke Madinah. Kemudian laki-laki itu hijrah lalu menikahi wanita tersebut. Maka kami pun memberinya julukan Muhajir Ummu Qais (orang yang berhijrah kerena Ummu Qais)

Keutamaan Niat

Rasulullah bersabda : Niat seorang mukmin lebih baik dari pada amalnya. Sebagian salaf berkata : Betapa banyak amalan kecil menjdi besar karena niat dan betapa banyak pula amalan besar menjadi kecil karena niat”.

Yahya bin Abu katsir berkata : “Pelajarilah niat! Sesungguhnya niat itu lebih dapat menyampaikan kepada tujuan dari pada amal”.

Hikmah Hadits

  1. Hadits ini mendorong kita agar ikhlas dlam melakukan suatu amalan dan ibadah agar meraih pahala di akherat dan memperolrh kebahagiaan didunia.
  2. Seorang yang berniat melakukan kebaikan namun karena satu dan lain hal, seperti sakit parah, meninggal dunia dan belum adanya kesempatan, lalu ia tidak bisa melaksanakannya, maka ia tetap mendapatkan pahala. Hal ini seperti yang dilakukan Utsman Bin Affan, dimana beliau pernah berniat membeli sebuah sumur untuk kaum muslimin, namun sumur tersebut keburu dibeli orang orang yahudi, dan umar pun hilang kesempatan. Namun menurut Rasulullah niat Utsman bin Affan lebih baik dari pada amal yang dilakukan oleh orang yahudi ersebut dan utsman mendapatkan pahala dari niat baiknya.
  3. Setiap amal baik dan bermanfaat yang diiringi dengan niat yang ikhlas dan hanya untuk mencari kerihoan Allah maka amal tersebut merupakan ibadah.
  4. Hendaklah senantiasa memperbaharui dan memperbaiki niat sebelum melakukan aktifitas. Dan pastikan bahwa segala yang kita lakukan semata-mata dalam rangka mencari keridhoan Allah semata.

Tips  Menjadi Orang Ikhlas

  1. Senantiasa berdoa kepada Allah agar dijadikan orang yang Ikhlas, dijauhkan amal kita dari penyakit riya’ dan sum’ah
  2. Senantiasa meluruskan niatnya dan meneliti motifasi yang sebenarnya dari setiap langkah yang ditempuhnya.
  3. Bekerja atau beramal dan beribadah dengan penuh semangat dalam setiap keadaan, kapan dan dimanapun.
  4. Mengkaji berbagai dorongan kejiwaan yang dapat menyelewengkan seseorang dari keikhlsan, seperti kekayaan, penampilan, pangkat, julukan dan kepentingan, dan meneliti jiwanya dengan baik apakah hal-hal tersebut menjadi motifasinya dalam beramal. Jika benar jangan serta merta ditinggalkan, namun tetap meneruskan amal dengan diiringi usaha untuk meluruskan dan memperbaiki niat. Karena Fudhail bin Iyadh berkata : “meninggalkan amal karena orang lain adalah riya’ Sedangkan beramal karena orang lain adalah syirik. Adapun ikhlas adalah ketika Allah menyelamatkanmu dari keduanya.”
  5. Senantiasa menyembunyikan kebaikan-kebaikan dirinya sebagaimana ia menyembunyikan keburukan-keburukannya.
  6. Jangan pernah merasa diri anda telah ikhlas, karena Assusiy berkata : “Ikhlas adalah tidak pernah merasa telah berbuat ikhlas. Barangsiapa masih menyaksikan keikhlasan dalam ikhlasnya, maka keikhlasannya masih membutuhkan keikhlasan lagi”.
  7. Sebisa mungkin jangan menyebut-nyebut kembali amal baik yang pernah kita lakukan, dan cukuplah Allah saja yang maha mengetahui dan menilai seluruh amal ibadah kita.

Memurnikan ketaatan dalam menjalankan ibadah adalah satu keharusan. Karena Allah SWT tidak pernah ridha untuk disejajarkan dan disekukan dengan apapun. Namun keikhlasan adalah sesuatu yang sangat sulit diraih karena nafsu dan godaan syetan senantiasa mengintai kita. Hanya dengan berharap kepada rahmat dan ridhonya saja kita akan selamat dari penyakit syirik dan riya’. Semoga kita dijadikan oleh Allah SWT orang-orang yang ikhlas dalam beramal. Wallahu A’lam bish shawab.

Mimi Jamilah Mahya, MA.IRK, adalah Dosen Prodi Komunikasi Penyiaran Islam STAI Attaqwa Bekasi

Leave a Comment