12.3 C
New York
26/10/2024
Kisah Sukses

Perjalanan MLM Busana Muslimah Elhakim

TERKADANG seseorang tidak menyadari bahwa bakat dan hobby yang dimiliki bisa membuatnya menjadi kaya raya dan bisa menjadi penopang hidup bagi orang lain. Atau seringkali bakat yang melekat dengan diri seseorang itu baru akan dimanfaatkan jika sudah terdesak atau kepepet. Di saat itulah seseorang akan mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

Sebut saja pengusaha sukses Ibnu Hakim yang kini menjadi pemilik Elhakim sebuah perusahaan Multi Lever Marketing (MLM) Busana Muslim yang baru menggunakan kemampuannya saat duduk di bangku kuliah untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya.

Trend penggunaan busana muslim dekade belakangan ini menjadi peluang bisnis yang empuk hal itu ditunjang pula dengan keistimewaan wanita muslimah saat mengenakan pakaian muslim. Ini jadi alasan utama mengapa Ibnu Hakim menerjunkan diri secara total ke dalam dunia bisnis busana muslim. Saat didirikan tahun 2010 busana muslim belum naik daun seperti sekarang, namun Ibnu memiliki keyakinan bahwa suatu saat busana muslim akan menjadi salah satu tren fashion. Dia menggunakan sistem MLM sebab masih sedikit perusahaan yang pakai sistem itu khusus untuk produk busana muslim.

Pilihan Ibnu tepat, dengan menerapkan sistem MLM, hanya berselang 3 tahun setelah didirikan, jumlah stokist (agen) Elhakim mencapai 185 orang dan member sebanyak 3.800 orang yang tersebar di seluruh Indonesia.

Menurut Ibnu, dengan menerapkan sistem MLM, kepastian customer membeli produk buatannya cukup tinggi. Dengan kata lain, jaringan penjualan produk lebih mudah karena dibantu oleh member dan stokistnya. Seiring dengan animo masyarakat, Ibnu memprediksi jumlah member dan stokistnya akan terus bertambah. Dia menargetkan pada 2015 nanti sudah siap 500 stokist dan 5.000 member.

Jauh sebelum mendirikan Elhakim, sejak kuliah pada 2004 di Yogyakarta Ibnu sudah terbiasa berwirausaha. Untuk memenuhi biaya hidupnya dia harus berjualan mulai dari kaos, stiker, buku bekas, sampai minyak goreng hanya dengan modal usaha yang merupakan hasil tabungannya dan juga patungan bersama teman kuliah.

Setelah beberapa tahun melakoni dagang kecil-kecilan, Ibnu hijrah ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta, ia bekerja menjadi agen gas elpiji. Tidak berapa lama, Alumnus UGM mulai melirik busana muslim sebagai bidang usahanya pada 2008. Dengan cara mengambil baju dari Tanah Abang untuk kemudian dijual kembali.

Dari berjualan baju, ia mencoba untuk memproduksi baju muslim sendiri dengan bekerja sama dengan beberapa penjahit dan konveksi. Ia pun memiliki banyak kenalan supplier bahan dan konveksi.

Namun usahanya tidak berjalan mulus, perusahaan konveksi yang merupakan partner kerjanya bermasalah dan tidak bisa memenuhi pesanan akibatnya tagihan sempat tertahan sekitar Rp 45-50 juta di konveksi tersebut. Perusahaan konveksi tersebut tetap tidak bisa membayarkan tagihan dalam bentuk uang, jadi tagihan dibayarkan berbentuk barang. Barang-barang berupa meja kantor, beberapa AC, server komputer,dan lain-lain yang diperoleh dari perusahaan konveksi tersebut menjadi modal awal Ibnu untuk mendirikan Elhakim.

Kini produk-produk Elhakim bisa ditemukan di hampir seantero tanah air yang semuanya merupakan busana muslimah seperti gamis, tunik, blouse, rok, celana, dan abaya dengan berbagai bahan, seperti silky, spandeks, katun, sifon, rayon, dan satin. Busana-busana tersebut diberi aplikasi sulam, payet dan bordir. “Di antara jenis busana tersebut, produk utama kami ialah gamis dengan harga mulai dari Rp185 ribu sampai Rp 415 ribu per pcs.

Menurut Ibnu, perbedaan produk miliknya dengan produk sejenis lainnya terletak pada modelnya yang simpel, namun bisa membuat pemakainya terlihat elegan. Ia menambahkan, pemilihan bahan untuk produknya juga mementingkan kenyamanan pemakainya. Dalam sebulan, Ibnu mengaku bisa meraup omset di atas Rp600 juta. Dengan produk berupa busana muslim, Ibnu bisa meraih omset 3 kali lipat saat bulan Ramadan dan Lebaran.

Dari omset fantastis tersebut, saat ini Ibnu sudah memiliki kantor sendiri yang berlokasi di Jalan Ulujami Raya, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Tidak hanya itu, ia juga sudah mendirikan konveksi di Tasikmalaya, Jawa Barat untuk memenuhi kapasitas produksinya.

Dengan berkembangnya industri fashion busana muslim di Indonesia, Ibnu yakin produknya akan terus diterima di pasar. Ke depannya, ia ingin memproduksi semua jenis busana muslim untuk semua segmentasi. Pasar busana muslim untuk kalangan anak-anak, pria dan keluarga masih sangat terbuka. (hasyim husein)

Leave a Comment