JAKARTA (Pos Sore) — Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Puan Maharani yang diwakili Seskemenko PMK Y.B. Satya Sananugraha membuka secara resmi Diskusi Publik dan Diseminasi Riset SDGs bertema ‘Kesiapan Lembaga Filantropi dalam mendukung pencapaian SDGs di Indonesia’.
Diskusi dihadiri para penggiat filantropi, pejabat pemerintah, akademisi dan pihak-pihak yang terlibat dalam SDGs.
Adapun sebagai narasumber pembahas, yakni Staf ahli Kemenko PMK bidang SDGs Pasca 2015, Ghafur Akbar Darma Putera; dan Ketua FOZ/Forum Zakat, Nur Efendy.
Menko PMK dalam sambutan yang dibacakan Seskemenko PMK mengajak lembaga filantropi untuk ‘membumikan’ SDGs hingga ke daerah.
Dikatakan, upaya ini perlu dilakukan agar terjadi pemerataan, pembukaan dari keterisoliran dan keterbelakangan serta pengurangan kesenjangan agar Indonesia dapat semakin kuat dan bersatu guna mempersiapkan generasi emas tahun 2045.
“Dapat disampaikan di bawah koordinasi Kemenko PMK akan segera dilaksanakan sinergi program di 40 desa, yang akan diisi dengan program dari seluruh kementerian bidang pembangunan manusia dan kebudayaan,” katanya, di Jakarta, Senin (13/3).
Karena itu, pihaknya berharap, lembaga-lembaga Filantropi turut mendukung dan dapat berpartisipasi dalam program ini sebagai salah satu bentuk quick win pencapaian SDGs di Indonesia.
“Kita secara bergotong royong perlu bergerak cepat dan terencana dalam mensejahterakan rakyat, dalam mengejar ketertinggalan dari negara tetangga serta dalam meningkatkan daya saing Indonesia,” kata Menko PMK.
Adapun berbagai kegiatan yang Lembaga-lembaga Filantropi dapat pilih dari serangkaian program yang dikoordinasikan Kemenko PMK sesuai RPJM 2015-2019. Mulai dari program jaminan pemenuhan kebutuhan dan pelayanan dasar seperti pangan, kesehatan, pendidikan hingga upaya-upaya dalam penanggulangan kemiskinan.
Juga perlindungan anak, perempuan dan kaum marginal, pemberdayaan masyarakat terutama di pedesaan hingga peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi, serta program revolusi mental dalam membangun integritas, etos kerja, dan jiwa gotong royong.
“Tidak ada peran yang terlalu besar dan peran yang terlalu kecil. Dalam bergotong royong membangun negeri, kerja bersama merupakan amal bersama untuk kepentingan bersama,” tambah Menko PMK.(*/tety)