JAKARTA (Pos Sore) — Dompet Dhuafa (DD) – PTT Exploration and Production Public Company Limited (PTTEP) memberikan alat bantu gerak bagi 101 perempuan di wilayah Jabodetabek secara cuma-cuma. Bantuan alat gerak yang tidak dibatas usia ini untuk para perempuan yang memiliki keterbatasan dalam bergerak ini agar mereka dapat beraktivitas secara maksimal.
General Affairs Manager PTTEP Afiat Djajanegara mengatakan bantuan tersebut dalam rangka Hari Perempuan Internasional yang diperingati setiap 8 Maret. Bantuan berupa alat bantu kursi roda dan skrup yang disesuaikan dengan kebutuhan ini juga berkaitan dengan rangkaian peringatan ulang tahun Gerai Sehat Rorotan ke-1. Ini adalah klinik pelayanan kesehatan gratis bagi dhuafa, yang dibangun hasil kerjasama PTTEP dengan DD.
“Kami memberikan bantuan ini khusus kepada para perempuan yang memiliki keterbatasan dalam bergerak dan memerlukan alat bantu gerak untuk mendukung aktivitas kegiatan sehari-hari, baik perempuan tua, anak-anak atau anak muda,” ujar Afiat, di Jakarta, Senin (14/3).
Penjaringan peserta bantuan dilakukan berkerjasama dengan yayasan, LKC Dompet Dhuafa, Gerai Sehat Rorotan dan yayasan sosial di sekitar Jabodetabek.
”Saat ini alat bantu gerak yang diberikan sebanyak 101, namun ke depan kami berencana untuk bisa memberikan sebanyak 1.001 alat bantu gerak bagi mereka yang membutuhkan,” tambah Ismail A. Said, President Director Dompet Dhuafa Social Enterprise.
Angkie Yudistia adalah salah satu sosok perempuan inspiratif yang ikut mendukung program ini. Ia yang menjabat sebagai CEO Thisable Enterprise ini memiliki keterbatasan pendengaran sejak usia 10 tahun, namun ia telah membuktikan mampu mandiri dan berprestasi lebih.
“Keterbatasan memang acapkali menjadi batu sandungan bagi beberapa penyandang disabilitas untuk mewujudkan impian. Rasa minder dan perlakuan diskriminasi orang-orang sekelilingnya inilah yang seringkali membuat orang-orang difabel atau disabilitas sangat sulit untuk mengembangkan dirinya,” paparnya.
Angkie menegaskan di balik keterbatasan pasti ada kelebihan. Walaupun terbatas, bukan berarti harus terbatas melakukan apapun. Semua batas harus ditembus, karena setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
Lewat pemberian 101 alat bantu gerak bagi perempuan difabel ini, Angkie pun berharap para perempuan difabel di Indonesia, khususnya di Jabodetabek, bisa lebih berdaya dan berkaya, dalam artian mampu menjangkau aksesibilitas dan mandiri secara finansial, tanpa harus bergantung dengan orang lain.
Menurutnya, di era globalisasi, perempuan – apapun kondisinya, harus tetap mengambil peran tanpa meninggalkan sisi feminitasnya. Modernisasi harus menjadikan perempuan dapat melakukan banyak hal dan mampu memberikan pengaruh yang positif bagi masyarakat dan negara secara lebih luas.
“Perempuan yang memiliki keterbatasan fisik harus bisa menjadikan era globalisasi sebagai peluang untuk terus maju dan mandiri agar bisa berkontribusi positif bagi masyarakat luas,” tandasnya. (tety)


