PONTIANAK (Pos Sore) – Mantan Menko Kesra & Taskin, Haryono Suyono, mengharapkan mahasiswa yang melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di sekitar daerah perbatasan dapat mengubah imej negative masyarakat perbatasan dari yang tadinya dikesankan tak mengakui Pancasila, tak setia pada NKRI karena sering menyeberang, kea rah yang lebih positip lagi.
Ibaratnya, mereka sering dianggap sebagai ‘’ulat bulu’’,menjijikkan, bahkan bila disentuh membuat kulitgatal-gatal. Padahal hal itu tak benar semua. Sejatinya warga perbatasan itu adalah mutiara yang terpendam,yang perlu digosok secara telaten agar berkilau.
‘’Imej ulat bulu tadi justru harus diubah menjadi kupu-kupu berbuluh indah,’’ kata Haryono berumpama, saat memberi pembekalan kepada 545 mahasiswa dari 34 perguruan tinggi negeri dan swasta peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kebangsaan 2014 di Gedung Serba Guna Yonpaskhas 465/Brajamusti Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, kemarin.
Selama lebih kurang satu bulan (sampai 14 September 2014) mahasiswa yang rata-rata di Semester 7 itu akan berada di tengah-tengah masyarakat perbatasan di lima kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) yakni Kabupaten Sanggau, Kapuas Hulu, Sambas, Sintang, dan Bekayang. Selain Haryono, turut member pembekalan Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, DR Wendy Hartarto, dan Panglima TNI Jenderel TNI Muldoko.
Lebih jauh mengenai warga perbatasan, Haryono mengingatkan, mereka adalah warga Indonesia yang baik, tetapi perlu mendapat perhatian yang besar, karena sebagian besar dari mereka, hidup masih miskin, belum mendapat akses pelayanan pendidikan dan kesehatan secara baik.
Infrastruktur jalan, gedung sekolah, pasar, puskesmas, gedung pemerintahaan masih jauh tertinggal dibanding dengan masyarakat lain di wilayah NKRI. Padahal warga perbatasan bisa menjadi garda terdepan dalam mewujudkan kesejahteraan Negara Indonesia.
“Mahasiswa harus mampu mengubah masyarakat perbatasan menjadi kepompong dan kemudian menjadi kupu-kupu yang bulunya sangat indah. Para mahasiswa bisa mengajak mereka mendirikan pos pemberdayaan keluarga (Posdaya), koperasi, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pos pelayanan terpadu dan BKB. Itu semua untuk mendorong terwujudnya kesejahteraan masyarakat di perbatasan ,” ujar Haryono,sambil menambahkan, tak jauh dari wilayah perbatasan itu terdapat wilayah negeri lain yang kondisinya jauh berbeda, segalanya tersediadan tertata baik. ‘’Inilah yang menjadi pekerjaan rumah kita bersama.’’
Dalam kesempatan itu Haryono mengingatkan,mahasiswa harus memiliki lima modal dalam melaksanakan tugas KKN Kebangsaan, yakni percaya diri (pede), percaya kepada teman, percaya kepada institusi, percaya kepada masyarakat setempat (jangan sok pintar), dan laku jual.
“ Kalau Anda sekalian meninggalkan daerah, warganya menangis karena harus berpisah, mereka kehilangan, itu tandanya mahasiswa KKN Kebangsaan 2014 itu laku jual,’’ katanya.
Haryono mengharapkan para mahasiswa mampu mengajak warga perbatasan melaksanakan kiat jitu mewujudkan masyarakat yang sejahtera, nyaman, aman, dan damai. Yakni dengan strategi 2M mengapit 3W. Yaitu Maton (mengembangkan budaya dan menjalankan perintah agama), Waras (mengembangkan budaya hidup sehat), Wasis ( mendorong para generasi penerus untuk sekolah dari PAUD hingga perguruan tinggi). Wareg (mengajak masyarakat bekerja keras, cerdas dalam meningkatkan penghasilan sehari-hari agarkenyang) dan Mapan (menciptakan lingkungan tempat tinggal yang nyaman, sejuk, dan hijau). (jun)