JAKARTA (Pos Sore) — Untuk melanjutkan program peningkatan mutu sekolah dalam menerapkan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah (MBS), USAID PRIORITAS kembali melatih 168 fasilitator pembelajaran dan MBS pada pelatihan tingkat nasional modul III SD/MI di Bandung (27-30/5).
Para peserta yan g berasal dari tujuh provinsi yaitu Aceh, Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan, dilatih untuk dapat menerapkan hasil pelatihan da n melatih di provinsinya masing-masing dalam mengembangkan sekolah bermutu.
Stuart Weston, Direktur Program USAID PRIORITAS, menyebut pelatihan tingkat nasional ini merupakan bagian dari upaya terus-menerus meningkatkan kualitas pendidikan dasar.
“Setelah berhasil menerapkan paket pelatihan modul I dan II, kini kami menggulirkan paket pelatihan modul III yang berorientasi pada peningkatan kemampuan literasi,” tutur Stuart di sela-sela pelatihan.
Menurutnya, upaya mendorong tingkat kemampuan literasi siswa sekolah dasar ditempuh secara terpadu melalui proses pembelajaran dan pengembangan budaya baca. Literasi mencakup kemampuan siswa membaca dengan pemahaman yang pada akhirnya mampu menghasilkan karya tulis orisinal.
Guru didorong untuk lebih kreatif sehingga strategi pembelajaran lebih bervariasi untuk memberi kesempatan siswa membaca dalam proses pembelajaran dan lebih intensif memeriksa pemahaman murid dalam membaca.
“Siswa didorong untuk mampu menuliskan pikiran sendiri dan melahirkan karya tulis yang panjang, teliti, dan menarik,” tambahnya.
Stuart juga menuturkan bahwa USAID PRIORITAS akan memberikan buku-buku bacaan untuk siswa kelas awal ke sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah dalam rangka meningkatkan kemampuan literasi siswa di sekolah mitra.
Bambang Suryadi, PhD, Sekretaris Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP) Kemdikbud RI yang hadir dalam acara ini menyampaikan, “BSNP menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada USAID atas kemitraan dengan pemerintah Indonesia dalam peningkatan mutu pendidikan nasional.”
Bambang juga menyampaikan apresiasi BSNP untuk rencana bantuan USAID memberikan buku bacaan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa di sekolah.
Buku bacaan yang akan diberikan USAID ke sekolah dan madrasah dikembangkan oleh Yayasan Literasi Anak Indonesia. Buku tersebut dibuat berjenjang berdasarkan tingkat kemampuan membaca anak, yaitu mulai tingkat A (anak mulai belajar membaca) sampai tingkat F (anak sudah lancar membaca).
Tujuannya, agar anak-anak menjadi lebih mudah belajar membaca dengan menggunakan buku yang sesuai kemampuan membacanya. Siswa bisa menjadi lebih tertarik untuk banyak membaca buku dan sekaligus belajar meningkatkan kemampuan membacanya.
Sebelumnya, USAID PRIORITAS juga telah memfasilitasi review buku oleh tim yang berasal dari berbagai unsur pendidikan seperti guru, kepala sekolah, dan pengawas dari tujuh daerah mitra USAID PRIORITAS agar buku bacaan relevan untuk digunakan anak-anak di seluruh Indonesia. Juga ikut dalam telaah buku bacaan ini adalah dosen dari LPTK dan perwakilan dari Kemdikbud (Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, dan Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan/P4TK Bahasa) dan Kemenag.
Prof Dr Patta Bundu, peserta dari Universitas Negeri Makassar menyebut pelatihan modul III ini sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa sejak dini. Karena, siswa dibiasakan menuliskan laporan kegiatan percobaan, observasi, atau mencari informasi secara terstruktur sesuai dengan kata-katanya sendiri.
”Selama ini banyak mahasiswa di perguruan tinggi yang kesulitan menuangkan ide-idenya dalam tulisan karena tidak terbiasa menulis dengan kata-katanya sendiri. Kalau sejak sekolah dasar siswa dibiasakan menulis secara terstruktur maka mereka akan terbiasa mengekspresikan ide-idenya dalam tulisan,” katanya.
Mengenai penggunaan buku berjenjang dalam pembelajaran, Mawarni guru SDN 2 Lhoksukon, Aceh Utara, menyebut buku tersebut membuatnya menjadi lebih jelas dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa dan menarik minat baca mereka.
”Implementasi strategi membaca terbimbing, membaca bersama, membaca mandiri, dan menilai kemampuan membaca siswa dengan menggunakan buku bacaan berjenjang ini sangat membantu saya sebagai guru dalam mendampingi anak yang memiliki kemampuan membaca berbeda,” tukasnya. (tety)